3. Jamais Vu

473 94 23
                                    


So we don't gotta go there
Past lovers and warfare
It's just you and me now
I don't know your secrets
But I'll pick up the pieces
Pull you close to me now;



-

“ permintaan gua gak aneh-aneh, cukup lo selalu ada saat gua butuh” ujar Jungkook

“ kenapa harus gua? “ tanya Jieun dengan raut muka kesalnya.

Sesaat terdiam dengan manik mata yang saling menatap;

“ mata lo cantik, gua suka “ jawab Jungkook.



-


Berhentilah CBR Jungkook didepan pelataran rumah sederhana yang terlihat sangat rapi dengan riasan karangan bunga menghiasinya, setelah perdebatan kecil dihalte tadi dengan persetujuan Jieun akan permintaan Jungkook, asal pria itu membungkan mulutnya mengenai privasinya itu.

“ lo tinggal sendiri? Kok sepi “ tanya Jungkook.

“ ada kakek didalem “ jawab Jieun.

“ orang tua lo? kakak? adik? “ tanya Jungkook lagi.

Sesaat Jieun terdiam membuat manik Jungkook mencoba menatap parasnya lewat spion motornya.

“ udah gaada, gua anak tunggal “ jawab Jieun mendadak lirih.

Jungkook terdiam memilih mengganti topik obrolan mereka dengan sejuta pertanyaan di benaknya mengenai gadis ini;

“ lo gamau nanya nama gua gitu?” tanya Jungkook saat Jieun turun dari motor;nya dan berdiri disampingnya.

“ ga penting “ sahut Jieun ketus.

Menarik; batin Jungkook.

“ siniin hape lo “ ucap Jungkook dengan menyaut kasar handphone digenggaman Jieun, dan mulai mengetik nomor telfon dia, dan menamai kontaknya JUNGKOOK TAMPAN dan mengembalikan handphone itu pada pemiliknya;

“ biar gampang kalo gua butuh lo, jangan diganti username nya ya cantik “ lanjut Jungkook dengan mengedipkan sebelah matanya dan bergegas pergi dari pelataran rumah Jieun.

“ dasar sinting! “ umpat Jieun saat Jungkook mulai lenyap dari pandangannya.

Dengan gontai ia melangkah masuk ke rumahnya, mendapati sang kakek tengah tertidur diruang tamu dengan koran digenggamnya, teh tawar tanpa sugar yang mulai mendingin. Jieun yang tak tega untuk membangunkan sang kakek dari mimpi indahnya lantas menyelimuti sang kakek dengan selimut diatas sofa lalu mengecup pelan kening sang kakek dan perlahan memasuki kamarnya.








-----

Suasana fakultas psikologi pagi itu gaduh desas-desus para mahasiswi yang terkejut sekaligus terkagum karna mendapati seorang Jeon Jungkook berjalan didalam lorong menuju salah satu kelas fakultas itu;

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Suasana fakultas psikologi pagi itu gaduh desas-desus para mahasiswi yang terkejut sekaligus terkagum karna mendapati seorang Jeon Jungkook berjalan didalam lorong menuju salah satu kelas fakultas itu;

siapa yang tak kenal Jeon Jungkook; Pria dingin dengan sejuta pesonanya, paras tegas dengan sorot mata tajam, senyum yang tak pernah terlihat, aura arogan yang mendominasi, terkenal karna prestasi juga ke-nakalannya keluar masuk club malam, balap liar, merokok tanpa tau tempat, tetapi dia juga yang mendapatkan penghargaan bergengsi  Korean Culture Bussines  bersaing dengan para mahasiswa/i pilihan beberapa kampus di Korea Selatan yang diselenggarakan di Seoul, yang cukup mengharumkan citra dan membuat bangga Universitasnya.




“ Jieun? “ ujar Jungkook yang telah berhenti di salah satu kelas fakultas psikologi, kelas Jieun.

Sesaat satu ruangan berhenti beraktifitas karna dikejutkan oleh sosok Jeon Jungkook dengan pakaian serba hitamnya, rokok yang masih tersemat diantara celah bibir ranumnya yang sudah menjadi tabiat dia dan tak membuat orang-orang terkejut atau bahkan sekedar menegurnya, karna para dosen pun tak berani menegur seorang Jeon Jungkook atau kariernya akan menjadi taruhannya. 

“ lo kenal sama Jungkook? “ tanya Irene teman sebangku Jieun yang cukup dibuat terkejut karna temannya itu termasuk golongan orang yang anti-sosial namun bisa membuat seorang Jeon Jungkook menghampirinya bahkan menyebutkan namanya.

“ engga “ jawab Jieun datar dan mulai menghampiri Jungkook.

“ kenapa telfon gua kem- “ belum selesai Jungkook berbicara ia dikejutkan oleh tingkah Jieun yang tiba-tiba tanpa permisi mengambil rokok diantara celah bibirnya.

“ jangan nyebat kalo deket gua “ ucap Jieun datar.

“ gua kemarin sibuk kerja paruh waktu gaada waktu buat buka hape “ lanjut Jieun.

“ tunggu diparkiran ntar gua anter pulang, dan temenin gua malem ini “ ucap Jungkook tanpa persetujuan Jieun yang langsung meninggalkan kelasnya.

Sebelum meninggalkan kelas, Jungkook membuat seisi ruangan tercengang dengan tingkahnya yang mengelus puncak rambut Jieun pelan dengan senyum manis terpatri diwajahnya, senyum yang tak pernah ia tunjukkan pada siapapun.

Berbagai bisikan mulai terdengar ditelinga Jieun, siapa yang tak terkejut lantaran Jieun bukanlah mahasiswi yang tergolong “ aktif, populer, atau termasuk dalam golongan keluarga dengan ekonomi yang tinggi “ bisa dekat dengan sosok Jeon Jungkook; Primadona kampus.

Jieun cukup bersyukur karna kecerdasan otaknya itu membawa dia ke Universitas bergengsi ini dengan beasiswanya itu, dan dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan emasnya, sebisa mungkin ia menghindari hal-hal yang merugikan dia, dan lebih memilih untuk bekerja disaat waktu luang daripada menerima ajakan teman-temannya untuk bermain, mengetahui ia harus bekerja membantu sang kakek mencukupi kebutuhan hidupnya juga sang kakek.

Dan hanya dengan bekerja paruh waktu sebagai bertender di club malam dengan gaji yang lumayan banyak, dan memang ia hanya bisa bekerja pada waktu malam hari dikarenakan saat pagi-siang-sore ia harus kuliah dan mengerjakan tugasnya, ia bahkan harus menunggu sang kakek untuk tertidur baru ia bisa bekerja. Semua ia lakukan demi mendapatkan hidup yang lebih layak. Setelah kedua orang tuanya meninggal karna kecelakaan 15 tahun lalu.




e u p h o r i a  ーjjkWhere stories live. Discover now