two.

37.9K 4.5K 158
                                    

Renjun berjalan ke tempatnya semula,  dibelakang Meja bar. Dari jauh ia sudah bisa melihat wajah menyebalkan Ten.

"Hyung!! dia Jung Jaehyun! Astaga!!!!"

"Hei hei, jangan panik. Dia memang Jung Jaehyun."

"Kenapa kau baru bilang sekarang hah?!"

"Kalau aku bilang dari tadi, memang ada perbedaan?"

"Ya tidak sih, untuk apa dia kesini?"

"Untuk bersenang-senang, tentu saja."

"Iya, tapi banyak club malam lain dekat kota! Kenapa harus kesini?"

"Mungkin ia mau mencari suasana baru? Apa salahnya?"

"Tapi dia itu pengusaha tersukses dan termuda di Korea Ten hyung! Mau apa dia ketempat seperti ini?! Aku tak bisa mempercayai ini."

"Heh, club milikku ini tak terlalu buruk kok."

"Iya memang tidak buruk, tapi bar ini bukan dilevelnya Ten hyung.. bahkan ia bisa saja terbang ke paris hanya untuk meminum segelas margarita"

"Aish, biarkan saja dia bersenang senang."

"Tapi--"

"Sst, apa dia tampan?"

"Hell! Dia sangat tampan Ten hyung. Aku sampai tak mau berkedip."

"Kau berlebihan."

"Aku serius. Dan, asal kau tau Ten hyung, pakaian yang ia kenakan sungguh sangat terlihat mahal. Walau disini remang remang, aku tetap bisa menilai, semua yang menempel pada tubuhnya berasal dari brand mahal."

"Aku tidak terkejut, dia adalah Jung Jaehyun."

"Hyung bagaimana ini? Jantungku... seperti mau lepas."

"Apa terjadi sesuatu diantara kalian?" Tanya Ten penasaran

Renjun mendesah panjang, haruskah ia katakan yang barusan terjadi pada Ten?

"Sebenarnya terjadi sesuatu Hyung."

"Eum?"

"Tadi, ia menarik pergelangan tanganku hingga aku terjatuh dipangkuannya hyung. Dan kau tau apa yang membuatku lebih terkejut?"

"Apa?"

"Ia memintaku menemaninya malam ini!!"

"Astaga Huang Renjun! Hari ini adalah hari keberuntunganmu. Kau menerima tawarannya?"

"Tentu tidak. Aku masih waras Ten hyung."

"Kau gila Renjun. Bagaimana bisa kau menolak ajakannya seperti itu?! Bahkan ribuan wanita dan lelaki rela mengantri untuk sekedar menyentuh tangannya. Dan kau?! Malah menolak untuk bermalam dengannya?! Kau gila!"

"Ten hyung.. aku tak mau memperumit hidupku dengan berurusan dengan Konglomerat sepertinya."

"Hei, ini kan hanya One Night Stand. Hal seperri ini tak akan membuat hidupmu rumit."

"Ten hyung, kau tak mengerti. Bagaimana jika aku malah menginginkan hal lebih darinya?!"

"Ya.. minta saja, dia itu pria kaya Jun."

"Maksudku itu, kalau aku malah jatuh cinta padanya bagimana?! Aku tak mungkin meminta lebih dan menjadi kekasihnya kan?!"

"..."

"Lebih baik aku tak menanggapinya dari sekarang."

"Benar juga Jun, ternyata kau sudah berpikir jauh."

"Aku ini tipe pemikir Hyung."

"Iya aku tau."

Setelah percakapan tersebut, Renjun buru buru membuat pesanan yang tadi dipesan Jaehyun dan kawan kawannya.

"Ten hyung, bisakah kau antarkan ini?"

"Itu tugasmu Huang, berani beraninya kau menyuruh bos."

"Ten hyung! Please.."

"Tidak."

"Aku janji mau dijadikan kelinci percobaanmu."

"Benarkah? Kau tak masalah? Aku benar benar akan merubah warna rambut membosankanmu itu menjadi merah terang."

"Iya tak apa, tapi antarkan ini ya. Please Ten hyung."

"Oke call, besok hari sabtu kan? Datang ke Apartement ku setelah shift jaga mu di perpustakaan selesai."

Ten mengambil nampan dan beberapa minuman pesanan Jaehyun lalu segera pergi ke meja bernomor 127.

'Kuharap aku tak akan menyesal. Bye bye rambut brown kesayanganku.'

Ten menyebrangi manusia manusia yang sibuk dengan kegiatannya sendiri untuk mencapai meja 127.

Ten segera menaruh pesanannya dimeja dan memberikan senyuman terbaik miliknya.

"Maaf atas keterlambatannya, tadi ada sedikit masalah."

"Kau pemilik bar ini?" Tanya Jaehyun dingin.

"Ya,"

"Siapa nama bartender yang tadi melayani kami?"

"Untuk apa anda menanyakannya?"

Jaehyun mengangkat pandangannya dan menatap Ten tajam. Ten mengalihkan pandangannya dari tatapan tajam Jaehyun, karena sesungguhnya ia merasa terintimidasi oleh aura gelap milik Jung Jaehyun.

"Kau cukup menjawabnya. Tak usah banyak bertanya."

"Huang Renjun, Itu namanya."

"Kau boleh pergi."

Dengan itu Ten melangkah pergi dan meminta maaf dalam hatinya pada Renjun.

'Semoga saja Renjun tidak marah.'

TBC

Just it ; JaeRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang