tiga puluh lima

Mulai dari awal
                                    

Mereka memandang Azka dengan tatapan yang paling cowok itu benci.

"Kalo gue sih bakal malu banget ya." Sahut salah satu teman Alarick yang memakai banyak anting.

"Kalo gue sih udah bunuh diri." Timpal yang lain.

Azka mengepalkan tangannya kuat. Dia harus bersabar menghadapi mereka. Karena sekarang dia sedang bekerja. Dan dia tidak ingin di pecat.

"Kalo gak mau pesan gue pergi." Kata dia.

"Orangnya marah." Sindir Alarick. Yang lain hanya tertawa.

Alarick menatap Azka remeh. "Gue pesen semua yang ada di sini. Termasuk elo!" Katanya.

Di lain tempat, Audora yang baru selesai dengan urusan perutnya menggeram melihat Azka dijadikan bulan-bulanan Alarick dan temannya.

"Tu anak pengen mati muda kayaknya." Geramnya.

Dia menatap lurus Alarick lalu menghampirinya. Terlihat cowok itu seperti menjatuhkan sesuatu dan menyuruh Azka untuk mengambilnya.

Sebelum Azka benar-benar membungkuk dia menahan pundaknya. Lalu mengambil lembaran kertas berwarna merah itu dan melemparnya tepat ke wajah Alarick.

"Lo layanin yang lain aja ya kak. Biar mereka urusan gue." Kata dia pada Azka.

"Tap-"

"Pergi!" Tegasnya saat Azka ingin protes.

Terpaksa Azka pergi. Dari pada Audora mengamuk.

Sepuluh orang dan sebelas ditambah Alarick sedang menatapnya sinis. Mereka tidak menyangka jika dia bekerja di sini.

"Jadi lo mau pesan apa?" Tanya Audora dengan notes kecil ditangannya dan sebuah pulpen.

"Gue mau pelayan yang tadi." Kata Alarick.

"Sorry. Tapi kakak gue sibuk. Jadi lo mau pesen apa?" Tanya Audora lagi.

"Pelayan kok sombong." Cibir Jack -teman Alarick yang memakai banyak anting.

Audora menatapnya datar. Cowok kok kayak cewek mulutnya. Pikirnya. "Mau ngoceh atau pesan makanan?" Sindirnya.

"Gue mau request menu baru. Kepala kakak lo. Keknya enak," ujar Alarick santai.

Audora tersenyum di paksa. Sabar ya, Ra. Gak boleh kasar. Ntar di omelin Aurora kalo Caffe-nya lu berantakin.

"Erick," panggilnya lamat. Alarick membeku. Wajahnya memucat mendengar Audora memanggilnya dengan nama itu.

Skakmat!

Audora tertawa dalam hati karena bisa membalas ucapan cowok itu. Yang selalu memanggilnya dengan nama 'Erick' hanya Afa.

Brak!

Para pengunjung terkejut saat Alarick membalik meja yang ada di depannya hingga berbunyi dentuman keras.

Azka yang melihat itu ingin mendekat. Tapi Audora memberi kode agar dia tetap di tempatnya.

"Jangan kasar dong. Lo kira ini rumah lo." Kata Audora santai.

My Childish [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang