29 : Childish (2)

93.8K 3.9K 27
                                    

Holaa ...
Apa kabar?
Kabar baik ^^
Alhamdulillah ...

.

.

.

"Enggak, enggak, enggak!!!" bentak Shion. Sikap Shion sudah berubah sejak mereka pulang dari rumah orang tua Ran. Tadi, Ran berniat untuk membawa pulang Leon, tetapi Leon tidak mau karena masih asik bermain dengan Kenzo dan Arion yang kebetulan ada di sana.

"Terus Shion maunya apa?" tanya Ran sabar. Ran memang selalu sabar saat Shion seperti ini.

"SHION MAU LEON!!!" teriak Shion. Saat Leon menangis karena akan diajak pulang, terpaksa Ran membiarkan Leon untuk tinggal bersama kakek dan neneknya dulu. Nah, saat perjalanan pulang, Shion diaaaamm ... terus. Dia tidak berbicara sepatah katapun kalau tidak diajak bicara oleh Ran. Paling hanya menjawab hm, iya, enggak, dan terserah.

Flashback

Saat di dalam mobil, diperjalanan pulang dari rumah orang tua Ran ...

"Shion, nanti mampir beli buah - buahan dulu, ya. Kulkasnya udah kosong," kata Ran seraya menatap Shion yang fokus menyetir.

"Hmm," jawab Shion tanpa menoleh ke arah Ran.

"Oh iya, kamu mau buah manggis nggak? Aku lagi pengin makan manggis, nih," ucap Ran seraya memakan keripik kentang yang ia bawa.

"Terserah," jawab Shion (lagi - lagi) tanpa menoleh ke arah Ran.

"Kalau jambu mau nggak? Kamu kan suka jus jambu, jadi nanti aku mau beli jambu yang banyak," kata Ran.

"Iya."

"Eh, aku lupa! Nanti juga mampir beli sayuran dulu, ya. Aku mau masak sup untuk besok pagi. Sama sekalian beli ayam juga, kamu kan sukanya sup pake ayam. Kalau sayuran aja kamu kadang suka nggak mau," ucap Ran kemudian meminum air bening yang ia bawa.

"Hmm," jawab Shion dengan deheman.

"Kamu kenapa, sih? Marah sama aku, ya?" tanya Ran khawatir karena dari tadi Shion cuek saat dia bertanya.

Shion melirik Ran 0,5 detik, "Enggak."

"Terus kamu kenapa? Kok kayaknya badmood gitu," tanya Ran.

"Enggak."

Ran pun memilih diam. Daripada terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Lagipula, Ran tidak mau jika Shion marah kepadanya.

Flashback end


"Ran tuh nggak peka!! Shion masih pengin main sama dedek!! Hiks .."

Oh, my God !!!

Please, deh. Kalian tadi baca kan?
Shion ... Terisak.

'A-aduh gimana nih? My honey nangis lagi,' batin Ran.

"J-jangan - jangan, Leon ... Hiks .. Udah nggak sayang lagi sama Shion," ucap Shion sesenggukan sambil sesekali menyeka air matanya yang jatuh.

Ran pun mendekati Shion dan menangkup kedua pipi Shion yang basah karena air mata.

"Hei, siapa bilang kalau Leon nggak sayang sama Shion? Leon tuh sayang banget sama Shion. Jadi, kamu nggak boleh bilang gitu, ya," ucap Ran sabar.

Ran selalu sabar, ingat itu!!

"B-buktinya ... Leon tadi nangis karena mau diajak pulang. Hiks ... Itu artinya Leon nggak mau main sama Shion lagi. Hiks ... HUWAAAAAA!!!!" tangis Shion semakin kencang dan itu membuat Ran panik sampai - sampai Ran keringat dingin.

"I-itu nggak benar, Shion."

"ITU BENAAARRR...!!!! HUWAAAA..."

Ran khawatir bagaimana kalau tetangga pada dengar, lalu Shion dijadikan bahan gosipan para ibu - ibu bermulut pedas itu? Tidak, tidak, tidak. Ran menggelengkan kepalanya. Kalau sampai itu terjadi, Ran tidak akan tinggak diam! Ia tak mau Si Honey, Bunny, Sweety, Shion-nya bernasib seperti itu.

"Shion, dengerin Ran dulu," kata Ran sambil menghapus air mata Shion.

"ENGGAK!!!!!" Shion membentak Ran keras sekali sampai Ran menjadi cengo.

1 detik ...

3 detik ...

5 detik ...

"HUWAAAAA...!!!! LEON PERGI..!!!" Ran langsung membawa Shion ke pelukannya.

"Leon nggak pergi, Shion. Dedek cuma kangen kakek, nenek, dan uncle-nya aja. Shion kan bisa setiap hari ketemu Leon, tapi kalau mereka kan nggak bisa. Jadi, biarkan Leon main sama kakek, nenek, dan Uncle-nya dulu, ya. Shion nggak boleh egois, ya," kata Ran. Perlahan, tangis Shion mereda. Shion mengangguk dalam pelukan Ran. Tiba - tiba ...

Tok .. Tok .. Tok ..

Pintu rumah diketuk. Ran pun melepas pelukannya.

"Shion duduk dulu di sofa, ya. Ran mau bukain pintu dulu," perintah Ran.

"Ikut~" rengek Shion.

"Nggak usah. Cuma bukain pintu sebentar kok. Shion nonton TV dulu, ya. Nanti Ran nyusul," Shion pun mengangguk dengan terpaksa. Dia pun beranjak pergi ke sofa dan menyetel TV yang menyiarkan acara kartun bawah laut.

Ran pun membukakan pintu.

"Oh, Mbak Rana, ada apa, Mbak? Mari masuk dulu," ucap Ran. Ibu tiga anak itu menolak.

"Makasih, Dek Ran, tapi nggak usah. Saya kesini cuma mau kasih kue ini aja, kok. Tadi anak saya yang paling kecil ulang tahun, saya udah kesini buat ngundang Nak Leon, tapi rumahnya sepi," ibu itu menyerahkan kue tart kepada Ran yang diterima Ran dengan senang hati.

"Oh, tadi habis dari rumah Mama, Mbak. Leon masih disana, nggak mau diajak pulang."

"Hahaha .. Oh, begitu. Yasudah, saya permisi, ya, Dek Ran," katanya.

"Iya, Mbak. Makasih kue nya, Mbak."

.

.

"Katanya sebentar," kata Shion ngambek.

"Maaf, Shion. Tadi ngobrol dulu sama Mbak Rana," jawab Ran.

"Mau kue nggak? Tadi dikasih Mbak Rana. Kayaknya enak, deh, rasa cokelat. Shion suka kan?" Ran duduk disebelah kiri Shion.

"Mau, suapi," pinta Shion.

"Iya, deh, iya." Ran pun menyuapi Shion sama seperti saat ia menyuapi Leon. Ran tidak tahu apakah saat dewasa, sifat Shion menurun ke Leon. Atau mungkin akan menurun ke anak kedua mereka kelak? Ran tidak tahu. Dan bagaimana kalau Leon, dan anak keduanya besok mempunyai sifat yang sama seperti Shion? Ran hanya tersenyum geli.

Eits, Ran nggak hamil anak keduanya!!

Dia cuma berpikir bagaimana jika ...

Lagipula, Ran memang berencana ingin memiliki dua anak.





.




.




Tbc

Haii (≧∇≦)/
Aku kangen kalian O(≧∇≦)O
Jangan lupa nyenengin aing dengan cara vote dan komentar ^^

See, ya.

My Childish Husband [SUDAH TERBIT] ✔Where stories live. Discover now