Resya merajuk

1.8K 58 11
                                    

"Kenapa kita ke sini, Kak?" tanya Resya setibanya mereka di sebuah resto dekat sekolahnya. Biasanya Rendra akan langung mengajaknya pulang, mungkin sesekali mereka makan di luar, hanya kalau ada acara tertentu atau ulang tahun salah satu dari mereka saja.

"Kakak ingin mengenalkan seseorang kepadamu," jawab Rangga riang, ia bersiul-siul tanda suasana hatinya sedang senang.

“Oh, ya? Siapa, Kak?" tanya Resya lagi.

"Sebentar lagi kau akan tahu," jawabnya singkat, membuat Resya makin penasaran.

Selama ini kakaknya tidak pernah merahasiakan apa pun darinya. Kalau sampai ada sesuatu, pasti ....

Belum sempat pikirannya berandai-andai, datang seorang gadis cantik bertubuh langsing menghampiri mereka. Gadis itu tersenyum ramah, kulitnya yang putih bersih sangat kontras dengan blazer hitam berlengan panjang yang dikenakan. Rambutnya juga ia biarkan tergerai membuat gadis itu semakin cantik seperti bidadari. Resya sampai terpesona saat melihatnya.

"Hai, maaf ya, aku terlambat, tadi ada meeting mendadak. Kamu pasti Resya, ‘kan? Persis seperti yang Rangga ceritakan, kamu memang cantik sekali," puji gadis itu, sementara Resya cuma bengong melihatnya.

Suaranya halus sekali, gadis yang sempurna. Mendadak perasaan Resya menjadi tidak enak. Jangan-jangan benar.

"Tidak apa-apa, kami juga baru datang. Duduklah, Raisa."

Rangga tersenyum pada gadis yang ia panggil Raisa tersebut, rupanya mereka sudah saling mengenal. Resya mempunyai firasat tidak enak dengan kejadian ini, bahkan namanya hampir mirip dengan gadis itu. Ah, bukan. Gadis itu yang namanya hampir sama dengannya. Apa bedanya?

"Res, perkenalkan ini Raisa. Dia ...,” Rangga ragu-ragu sejenak, matanya melirik Resya penuh antisipasi, sebelum kembali melanjutkan, “dia pacar Kakak. Dan semalam Kakak sudah memikirkan akan menikah dengannya. Kamu tahu sendiri kalau usia Kakak sudah cukup untuk berumah tangga. Tapi tentu saja, Kakak ingin meminta pendapatmu dulu. Karena kamu adalah orang yang sangat berarti buat Kakak," jelas Rangga, sementara Raisa hanya memandang dengan penuh harap.

Resya masih terbengong di tempat, mulutnya membentuk huruf o kecil. Otaknya berusaha mencerna kalimat Rangga barusan. Kakaknya akan menikah.

Menikah? Ini bencana! Kalau kakaknya menikah, itu berarti kakaknya akan punya keluarga baru dan melupakan dirinya. Tidak, itu tidak boleh terjadi!

"Apa? Menikah? Kakak baru saja mengenal gadis ini dan Kak Rangga akan menikahinya begitu saja?" Resya tidak terima setelah lebih dari sepuluh menit berkutat dengan pemikirannya sendiri, membuat Rangga dan Raisa menanti jawabannya dengan harap-harap cemas.

"Sebenarnya Raisa dan Kakak sudah menjalani hubungan ini selama setahun terakhir."

"Setahun?” Resya tertawa getir, matanya berkaca-kaca karena menahan tangis dan kecewa yang merasuk di dadanya, “Kalau aku memang berarti di hidup Kakak, kenapa baru sekarang Kakak cerita. Kenapa?"

"Maafkan Kakak, Res. Kakak tidak berani memberitahumu, karena Kakak pikir kamu pasti akan marah."

"Lalu, apa bedanya dengan sekarang? Apa karena sekarang Kakak akan menikah makanya memberitahuku? Kalau begitu, menikah saja sana. Aku nggak peduli!" jerit Resya kalap, ia berlari keluar restoran tanpa menoleh lagi.

Istriku Lemotnya Tingkat DewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang