"Tapi, Mam, semalam tidak terjadi apa-apa," bantah Rendra.
"Dengan memasukkan anak gadis orang ke kamar dan tidur seranjang, kau bilang tidak terjadi apa-apa? Kau sudah mencoreng nama baik keluarga kita, kalau sampai Papimu tahu, bisa habis kau!" gertak Maminya.
Rendra meringis mendengar Papinya di sebut-sebut. Papinya memang menjunjung tinggi nama baik dan martabat keluarga. Jangankan membawa anak gadis orang ke kamar, mau mengajak ke rumah saja harus laporan terlebih dahulu, apalagi ke ranjang! Duh, bisa habis kalau Papinya sampai mengebiri kepunyaannya.
"Nah, anak manis, berapa nomor teleponmu? Pasti orang tuamu khawatir mencarimu, biar Tante yang bicara pada mereka. Setelah itu, Rendra akan mengantarmu pulang," ucapnya lembut.
Resya masih terisak, pertanyaan itu membuatnya semakin sedih. "Aku tidak punya orang tua, Tante. Mereka sudah meninggal sejak aku masih kecil," jawabnya sendu.
Maminya terkesiap, begitu juga Rendra. Ia tidak tahu kalau selama ini Resya sudah yatim piatu. Apa kematian orang tuanya ada hubungannya dengan petir atau api? Semalam dia terlihat sangat ketakutan. Ia jadi merasa bersalah pada gadis itu karena sempat menyalahkannya atas semua ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istriku Lemotnya Tingkat Dewa
RomanceRendra tidak menyangka bahwa maksud baiknya untuk menolong muridnya yang sedang patah hati, malah membawa perubahan drastis dalam hidupnya. Dia tidak tahu harus menyebutnya sebagai musibah atau anugerah. Yang jelas, sejak saat itu, dia harus menguba...