12

5.5K 957 106
                                    

          setelah memadamkan api, jeno menaiki tangga, berharap pikirannya dapat kembali jernih dari semua yang ia pikirkan dengan beristirahat sebelum bertemu jaemin di pagi hari.

namun, lelaki cantik itu tampaknya sangat tidak sabar.

jeno berhenti melangkah ketika melihat jaemin bersandar di pintunya dengan kedua tangan di belakang.

dalam gelap, kulit jaemin tampak sedikit berkilau, membuat pandangan jeno pertama kali menyapa kaki mulusnya.

"apa kau tak ingin bergabung denganku?"

ada sedikit rayuan di nada kalimat tersebut, yang membuat jeno melangkah pelan ke arahnya, hingga jaemin ingin bergerak mundur, sedikit saja.

namun ia tidak ingin menjauh, tersenyum ketika jeno berada di hadapannya.

"kau tidak bisa menciumku lalu meninggalkanku sendirian... bukankah itu sedikit kejam?"

jaemin memalsukan bibir maju menggemaskannya, jari-jari mengusap dada jeno yang menarik napas dalam.

jaemin tidak dapat melihat ekspresi jeno dalam gelap, namun ia bisa merasakannya.

jeno mendekat, memiringkan kepala untuk berbisik di telinga jaemin.

"jika aku menginjakkan kaki ke dalam ruangan ini, aku tak bisa berjanji bahwa kau bisa keluar dari sana."

jaemin merasakan kedua kakinya melemas atas pernyataan itu, suara berat jeno membuatnya menjadi liar.

jaemin ingin merespon dengan candaan, dengan licik. biasanya, semua itu terlintas dengan cepat di pikirannya.

ia selalu tau apa yang harus dikatakan untuk membuat orang-orang gugup dan bingung, namun ia tak bisa merangkai kata apapun, tidak dengan napas hangat jeno yang berhembus di lehernya.

jaemin merasa percaya dirinya perlahan ditarik saat jeno menyelipkan lutut di antara paha mulusnya, dengan bibir bergerak bebas di atas kulit sensitif lehernya, menghasilkan desahan kecil dari yang lebih muda, yang bergetar akan sentuhannya.

"kau selalu membuat semua terasa sangat sulit untukku." jeno bergumam di sela kecupan yang ia panen di kulit jaemin, menikmati bagaimana napasnya tertahan atas sentuhan itu.

jaemin memejamkan mata, menggigit bibir upaya meredam suara kecil yang lolos dari bibirnya.

"kau membuatku sulit untuk fokus pada segala hal ketika semua yang bisa kupikirkan hanya wajah cantik dan tubuh indah milikmu..."

lutut jeno menekan selangkangan jaemin sambil tangannya berkeliaran di pinggulnya, membuatnya mengerang pelan dengan kepala bersandar pada pintu.

"kau membuatku sulit mengendalikan diri di sekitarmu." kecupan jeno beralih menjadi gigitan kecil, dan jaemin tak dapat lagi menahan desahannya.

meluncur dari bibirnya dengan begitu merdu yang membuat jeno ingin mendengarnya lagi dan lagi.

jaemin menggerakkan pinggulnya pada lutut jeno, tak terkendali, menginginkan segala jenis sentuhan dan gesekan.

seluruh tubuhnya panas, ia merasa pusing atas semua rangsangan penuh dosa yang mengalir padanya.

jeno tau bahwa ia tak mungkin bisa mengendalikan dirinya lebih jauh lagi.

tidak ketika jaemin tampak seperti penggambaran nafsu, semua memanas dari sentuhannya, napas terputus dengan desahan yang begitu ajaib.

jeno tau bahwa mendengar desahan jaemin saja sudah cukup baginya untuk membuka pintu terkutuk itu dan mendorongnya ke ranjang, jadi ia harus menyimpan suara itu sendiri.

merasakan desahan jaemin tumpah tepat di bibirnya mungkin lebih membangkitkan gairah jeno, memutuskan untuk menghisap lidah jaemin, apa saja untuk membungkam suaranya.

tubuh yang lebih muda bergetar sempurna, tangannya mencengkeram bahu jeno dengan sedikit kekuatannya yang tersisa.

jeno tau ia harus menghentikannya, sebelum terlambat, sebelum ia melakukan hal yang akan ia sesali.

dan kemudian, ia melepas bibir memerah jaemin, napas keduanya memburu dan berat.

"aku sudah kehilangan kendali atas diriku... namun aku tidak menginginkannya terjadi seperti itu."

jeno mundur selangkah dari yang lebih muda.

jaemin memberinya tatapan bingung, seolah ingin jatuh lemas saat itu juga karna kurangnya sentuhan yang tiba-tiba.

jeno membelai pipinya dengan punggung tangannya, memberi tatapan permintaan maaf.

"lebih baik sekarang tidur, kita akan berbicara besok pagi." jeno meyakinkan, sementara jaemin tampak tercengang.

tanpa berpikir, jaemin menghempas tangan jeno dan masuk ke dalam kamarnya, membanting pintu tepat di wajah jeno.

ia pun menghela napas dalam, "selamat malam, starlet."


ㅡㅡㅡ
hayolo starletnya ngambek,
gimana sih pak presiden :(

national anthem ; nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang