O3

8.6K 1.5K 37
                                    

          hari-hari berlalu dan jeno mendapati dirinya mencari tau lebih banyak tentang si manis yang sangat menarik perhatiannya.

ia menonton lebih banyak film jaemin, dan memutuskan untuk melihat beberapa wawancaranya, terkejut dengan jumlah tontonan di tiap video tentangnya.

jeno ingin lebih, ia ingin melihatnya lagi, berbicara dengannya dan mendengar suaranya yang merdu.

namun yang bisa ia dapatkan sekarang hanyalah beberapa video dan wawancara dimana ia terlihat sangat cantik, pakaiannya selalu menonjol dengan desain unik mereka.

"kau dikenal sangat androgini, kan?" tanya pewawancara ketika jaemin menatap kamera dengan lembut.

"aku dikenal sangat bagus dalam pekerjaanku." jaemin menjawab dengan senyum yang agak lucu, membuat para hadirin tertawa terbahak-bahak. jeno terkekeh juga.

dan jeno menonton wawancara demi wawancara, mempelajari lebih banyak tentang karakter yang menarik yaitu na jaemin.

dia tidak memiliki kekurangan, semuanya berkelas. itu merupakan sesuatu yang diperhatikan jeno setelah obrolan mereka di balkon, masih merasakan sentuhan jaemin di dasinya.

yang membuat jeno menarik dasinya sedikit, menyadari ia sendiri di kamarnya, dan tidak wajib memakainya pada saat itu.

sambil menghela nafas, jeno berganti pakaian yang lebih nyaman, melempar dasinya ke lantai. "itu untukmu, na jaemin."








          jeno mulai lebih sering menghadiri pesta-pesta besar, menerima pujian karena lebih banyak berinvestasi dengan sisi artistiknya.

tanpa mereka ketahui bahwa dia hanya ada di sana dengan harapan menemukan lelaki dengan bibir mengkilap dan senyum yang cerah.

hal mengejutkan, jaemin tidak ditemukan dimanapun.

mata jeno mencari-cari di antara kerumunan, tak menemukan hasil.

aneh, pikir jeno.

ia hampir yakin bahwa jaemin akan menghadiri pesta malam ini, namun ia tak dapat dilihat di manapun.

jeno sedikit kecewa, namun ia tetap mencoba menikmati malam itu sambil terus mencarinya.

frustrasi, jeno pamit ke kamar mandi. dia perlu menyegarkan diri.

apa yang dia pikirkan? dia merasa konyol dan sedikit malu pada dirinya sendiri karena berusaha keras menemukan seorang anak lelaki yang bahkan mungkin tidak ingin berurusan dengan dia.

jeno merasa bodoh, sampai dia membuka pintu kamar mandi.

isakan tangis yang teredam bisa didengarnya, membuat hati jeno langsung tertabrak dinding, hancur dalam dadanya.

jaemin berada di lantai, punggung menempel pada dinding, meringkuk di sana dengan air mata jatuh membasahi wajahnya dan maskara yang mengalir di pipi, tubuh sedikit gemetar.

jeno bergegas ke sisi jaemin, berlutut agar sejajar dengannya.

"ya tuhan... apa yang terjadi? apa kau terluka?" suara jeno dipenuhi dengan kekhawatiran saat ia menangkup pipi jaemin di tangannya, berusaha agar tidak dipenuhi kepanikan.

dia melihat sekeliling, mendapati jarum suntik di tangan jaemin.

"tolong aku..." suara jaemin bergetar karena menangis sambil terengah-engah menghirup udara.

"bawa aku keluar dari sini, kumohon... tidak ada yang boleh melihatku seperti ini..." jaemin memohon dan jeno dengan cepat membantunya, memanggil keamanan, memberi tanda agar mereka masuk dan membawanya keluar dengan diam-diam.

dalam sekejap, jaemin dibawa ke limusin dari pintu belakang, jauh dari semua pandangan mata dan kamera.









          dia berada di kursi belakang, sendirian dengan sang presiden sambil menangis tersedu-sedu, kepala bersandar pada jendela yang tertutup.

jeno menatap anak itu dengan rasa khawatir di matanya.

pandangan jeno jatuh untuk menatap lengan jaemin, memperhatikan tanda yang ada di sana, tanpa diragukan lagi pasti disebabkan oleh jarum suntik yang dilihatnya di lantai kamar mandi.

tangannya gemetar, dan tanpa sadar jeno menggenggamnya. "katakan padaku... apa yang terjadi?"

jaemin menolak berbicara, menyandarkan kepalanya pada bahu jeno.

jeno memutuskan untuk tidak mendorongnya dengan pertanyaan, membiarkannya beristirahat, memeluknya erat.

"renjun, panggil dokter. katakan padanya untuk segera menuju ke rumah." suara jeno terdengar pelan saat jaemin mulai terlelap.

"siap, tuan."



ㅡㅡㅡ
hayolo hayolo

national anthem ; nominWhere stories live. Discover now