11

5.1K 949 70
                                    

          tanpa ragu, jaemin meletakkan tangannya di atas telapak tangan jeno dan lanjut mengikuti langkahnya di dalam bangunan tersebut.

jaemin melihat sekitar, terpesona pada dekorasi modern yang sederhana di dalamnya, pandangannya berkeliling ke atas tangga.

"cantiknya." puji jaemin, merasa hangat dan nyaman ketika melihat setangkai mawar merah yang berdiri dengan cantik dalam sebuah vas marmer.

jeno berdiri di belakangnya, tangan ia masukkan dalam kantung celana, "kau bahkan belum melihat apa-apa."

jaemin berbalik mendengar suara jeno. "aku bisa mengatakan ini terasa... pribadi." jaemin mengangkat bahu pelan ketika ia berbicara tanpa berpikir dua kali.

jeno tersenyum mendengarnya, berdeham sebagai jawaban.

jaemin melihat kopernya di dekat pintu utama ketika benda itu tertutup tanpa suara.

saat ia hendak menghampirinya, langkah jaemin berhenti melihat jeno bergerak menuju koper tersebut.

lalu ia mengurungkan niatnya dan mulai menaiki anak tangga.

"kita tak akan berdiri di tengah aula sepanjang malam, bukan?"

"tentu saja tidak." jaemin menjawab setenang mungkin, berusaha menutupi senyum lebar di bibirnya.

sang presiden membawa kopernya, dan meskipun jaemin berhati mulia, itu tidak menghentikannya untuk merasa sangat terpesona sambil mengikuti di belakang.

keduanya menemukan diri mereka berada di kamar yang luas dengan tempat tidur berukuran king size tepat di tengah ruangan, lantai kayu dan pemandangan yang menakjubkan dari taman melalui jendela besar yang ditutupi tirai coklat muda.

jeno meletakkan kopernya, "kau harus berganti pakaian yang lebih nyaman."

"aku akan berada di bawah." jeno pamit dengan sopan, dan jaemin mengambil waktu untuk mengamati ruangan dengan bebas sambil menanggalkan pakaiannya.

ruangan itu, dan juga seluruh rumah itu, mempunyai rasa yang begitu nyaman.

jaemin memastikan untuk tidak membuat jeno menunggu terlalu lama.








          nyaman berarti satu hal, namun jeno benar-benar tak mengharapkan jaemin memasuki ruangan tersebut dengan hanya blus putih berkancing dan celana pendek yang nyaris tak terlihat di bawahnya, memamerkan kaki supermodelnya begitu menggoda.

yang membuat napas jeno tertahan.

jaemin duduk di sisi lain sofa, tersenyum manis pada sang presiden yang duduk sangat dekat dengannya di samping perapian.

"kau tidak kedinginan?" tanya jeno sambil menatap lembut kaki telanjang jaemin, sebuah alasan baginya untuk, yah, menatap.

jaemin menggeleng dengan tawa.

"biasanya, perapian dibuat untuk menjagamu tetap hangat." jeno memutar bola matanya pada jawaban cermat itu, tersenyum menantang keinginannya.

"lagi, bukankah itu... familiar?" jaemin merentangkan sebelah kakinya, meletakkannya di atas paha jeno dengan polos.

"kau pernah melihatku sepertu ini sebelumnya."

jeno sedikit tertegun, jemarinya menyapu kulit jaemin.

"kecuali sekarang aku sudah tak malu tentang hal itu." jaemin tersenyum manis, jelas puas dengan reaksi yang ia dapat.

"jadi... kita dimana?"

jeno terheran bagaimana cara jaemin dengan mudah mengubah topik pembicaraan sementara kakinya masih bertumpu pada pahanya.

berdeham pelan, jeno akhirnya menjawab sambil mengencangkan cengkeramannya pada kaki jaemin.

national anthem ; nominNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ