O7

5.6K 1K 68
                                    

          menit, jam, hari, berminggu-minggu. tanpa satu pun pertemuan. tanpa satu pun percakapan. tanpa satu malam yang sepi dimana jaemin akan berbaring di ranjangnya tanpa memikirkan lelaki yang membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya, dalam waktu yang sangat singkat.

sekarang, jaemin sendirian di ruang riasannya, mengoleskan bedak lagi sambil menatapi dirinya di depan cermin.

siap untuk tampil, ia harus fokus.

dan dia memang fokus, tapi jeno masih nyaman duduk di kepalanya dan tidak bisa mengeluarkannya dari dalam benaknya.

suara pintu terbuka membuat jaemin mengalihkan atensinya kembali pada pantulan cermin, dan terlompat dari kursinya ketika mengetahui siapa yang memasuki ruangan.

aktor itu berbalik menghadap pintu, matanya dipenuhi rasa takut dan keterkejutan mendengar suara pintu dikunci.

"merindukanku, kitten?" suara jaehyun begitu tenang, kesuraman mudah dibedakan dalam nadanya.

sebelum dia bisa membuka mulut untuk berbicara, jaemin dengan keras didorong pada dinding, erangan kecil keluar dari bibirnya ketika ia merasakan tangan kasar jaehyun meraih pipinya.

"aku dengar kau berusaha menyingkirkanku? atas semua yang telah kulakukan untukmu..." jaehyun menhela napas, mengencangkan cengkeramannya di pipi jaemin dengan satu tangan, menutup mulutnya dan mengangkat jubah pinknya untuk meraba paha miliknya, "sungguh tak tau diri."

jaemin hanya bisa mengeluarkan rengekan di balik telapak tangan jaehyun, menggunakan tangannya sendiri untuk mencakarnya dan mendorongnya menjauh.

jaemin melawan balik, menyakar dan menggigit sambil bergerak dengan susah payah untuk mencoba dan melarikan diri dari jaehyun.

itu membuat pria yang lebih tinggi mengerang, "diam, kitten."

jaemin tak mengindahkan, bergerak histeris dan menggelengkan kepalanya sebanyak yang ia bisa agar dapat menggigit tangan jaehyun dengan kasar, menenggelamkan giginya lebih dalam ke kulit pria yang lebih tua.

yang membuat jaehyun mendesis dan menarik tangannya, mengutuk pelan, "kau bajingan kecil. sialan."

jaemin mengambil kesempatan itu untuk berteriak sekerasnya, tubuhnya bergeser secepat mungkin untuk berlari ke arah pintu, tetapi jaehyun dengan cepat memgang lengannya dan mendorongnya kembali ke meja, menjatuhkan beberapa alat kosmetiknya ke lantai.

"menjauhlah dariku!" teriak jaemin, berharap ada orang lewat yang mendengarnya.

ia meraih sesuatu di atas meja, memegang sepasang gunting di tangannya yang gemetar lalu mengarahkannya ke arah si mantan manajer.

jaehyun tertawa mengejek.

seringai kecil terlihat di sudut bibirnya, mengambil langkah kecil menuju sosok yang bergetar itu.

"atau apa? kau akan mencungkil mataku seperti sebuah versi modern dari edward scissorhands? tolong." jaehyun menggelengkan kepalanya, lanjut bergerak mendekat.

"aku tak akan segan." jaemin memperingati dengan percaya diri, namun tak menghentikan jaehyun bergerak mendekat.

hingga ia merasakan sakit yang luar biasa tajam di tangannya, mengerang ketika melihat darah terbentuk di tangannya.

hal itu membuatnya berhenti melangkah, jaemin benar-benar tidak ragu.

napas jaemin terasa berat, tiap detak jantungnya terasa sakit.

jaehyun menutup mata sebelum dengan paksa meraih pergelangan tangan jaemin, memutarnya hingga gunting itu terjatuh.

jaemin berteriak kesakitan, dan punggungnya sekali lagi bertemu dengan ujung meja yang tajam.

"cukup, berhenti bersikap tangguh. apa kau tau dimana aku selama dua minggu terakhir?" jaehyun tidak mengharap jawaban, senang melihat jaemin berusaha sekuat tenaga tidak menangis di depannya. "aku akan memberitahumu dimana aku berada. membusuk di penjara."

"ya, itu benar. aku terjebak dengan para kriminal dan para tikus. aku, seorang pangeran manajemen, terkurung dalam sel yang menyedihkan. semua berkat wajah cantik milikmu."

jaehyun menggeram rendah sebelum gerakan tangannya berhenti di pipi jaemin lagi, "wajah terkutuk itu."

"kau menghancurkanku." tangan jaehyun bergerak kebawah melingkar di leher jaemin, meremasnya dengan kuat.

yang membuat jaemin meraung-raung mencari udara, tangannya berpegangan pada jaehyun sebagai upaya untuk menghentikannya. "karirku hancur. semua karena mulut kecilmu yang kotor itu."

"semua karena kau tidak bisa menutup mulutmu." jaehyun menekan lebih kuat pada lehernya, dan mata jaemin menutup, merasa kepalanya berputar dengan tiap kata yang diucap jaehyun.

cekikan itu tiba-tiba terhenti dan jaemin akhirnya bisa bernapas lagi, jatuh berlutut.

jaehyun memperhatikan jaemin terengah-engah untuk menetralkan pernapasannya dengan kedua tangan di dada.

"itu karna... kau pantas mendapatkannya." jaemin berhasil mengucapkannya, dan segera merasakan tangan jaehyun di sekitar kulit kepalanya, menggenggam beberapa helaian saat menarik rambutnya.

jaemin terhuyung, matanya tertutup rapat dengan racauan tersangkut di tenggorokannya.

"kau milikku! aku yang membuat kau sebagai dirimu hari ini. kau berhutang segalanya padaku. jadi jika aku ingin bersenang-senang dengan mainanku, aku bisa melakukannya. kau tak akan menjadi apa-apa tanpaku, kitten. sama sekali bukan apa-apa."

jaehyun membelai pipi jaemin dengan punggung tangannya yang berlapis darah, nyaris penuh kasih sayang.

jaemin kesulitan menjaga matanya tetap terbuka, namun tetap menantang tatapan jaehyun.

"kau akan menjadi wajah cantik lainnya, atau tanpa keistimewaan nyata selain menjadi pelacur kecil yang memikat."

jaehyun tidak menduga tamparan menyengat yang ia terima di detik berikutnya, kepalanya berbalik dari benturan dan pipi dengan sensasi terbakar.

"apapun diriku, dan apapun yang akan menjadi diriku, apapun yang ku miliki... adalah karna diriku. dan kau tak akan pernah mengambil apresiasi atas semua itu."

"satu-satunya yang kau miliki adalah hati yang menyedihkan dan sengsara. aku sangat kasihan padamu." suara jaemin begitu tenang, yakin.

tidak kasar, tidak marah, namun meludahkan racun nyata, meracuni pikiran jaehyun yang membeku di tempatnya, dengan tangan menyentuh pipinya yang merah.

jaemin melirik jam yang tergantung di dinding, desahan lega keluar dari bibirnya begitu ia menyadari bahwa anggota dari tim akan sampai sebentar lagi, memanggilnya untuk tampil.

begitu jaehyun sadar, ia mendengar beberapa ketukan pada pintu.

"jaemin? kami membutuhkanmu sekarang. kau tidak pernah mengunci pintu, kau baik saja?" jaemin mengenali suara itu, si lawan mainnya, yuta.

"tolong panggil keamanan." suara jaemin lemah, namun entah bagaimana memiliki banyak tenaga di dalamnya.

hal itu pun juga cukup mengkhawatirkan bagi yuta untuk mematuhinya.

jaehyun menatap jaemin dengan pandangan gelap, senyumnya tak dapat dijelaskan, "ini belum berakhir, kitten."

jaemin akhirnya memejamkan mata begitu tim keamanan mendobrak pintu, merasa pusing karena kekurangan oksigen dan rasa takut yang luar biasa.

jaehyun tertangkap, dan jaemin terjatuh ke lantai.

ada paparazi dimana-mana, mengabadikan momen ketika jaehyun masuk ke dalam mobil polisi, diborgol dengan tangan berlumur darah.

memotret beberapa foto jaemin yang digendong keluar dan dibawa ke rumah sakit terdekat.



ㅡㅡㅡ
mamap kalo misal
ada yang kurang jelas
gitu,,, aku ga sempat
ngedit soalnya baru pulang
kejebak macet huhuhu 😭

national anthem ; nominWhere stories live. Discover now