1O

6K 1K 26
                                    

          satu minggu kemudian setelah insiden itu dan jaemin perlahan kembali seperti biasa.

ia melakukan beberapa wawancara, yang ditonton jeno dengan raut wajah bangga dan cipratan rasa kagum di matanya.

jaemin merasa lebih nyaman dan aman berkat jeno, seperti mengirim beberapa pengawal untuk mengawasinya dan mengecek tiap harinya dan tentu saja, telepon di tengah malam yang berakhir dengan ia membanjiri jaemin dengan pujian manis.

"aku merasa sangat lelah." jaemin menghela napas sambil menjatuhkan diri ke atas ranjang.

"kenapa?" suara jeno bergema dari ponsel yang diletakkan di meja nakasnya.

"ada paparazzi dimana-mana... aku bahkan tidak bisa keluar tanpa lima puluh kamera yang terus menyorotku."

"lima puluh? sekaligus? itu sangat merepotkan, " suara jeno tersimpan gurauan di dalamnya, membuat jaemin memutar matanya dengan senyum lembut muncul di bibirnya.

"itu hanya pengumpamaan, tapi itu benar-benar menyebalkan. aku hanya berharap mereka bisa meninggalkanku sendiri. aku benci terjebak di dalam rumah."

hening sesaat, membuat jaemin menatap layar ponsel untuk memeriksa apakah opsi pengeras suara entah bagaimana mati. tidak mati, artinya jeno hanya memikirkan jawaban.

jaemin mengayun kakinya, dan akhirnya jeno bersuara lagi, "kemasi barang-barangmu."

jaemin terdiam, tidak yakin perintah itu ditujukan padanya.

"tunggu, apa?"dia bertanya dengan penuh kebingungan dan jeno memastikan ia mengulang kalimatnya.

"kemasi barangmu, starlet. kita akan pergi selama beberapa hari." jaemin mencari tanda-tanda gurauan, namun jeno tampak serius.

"kemana?" adalah satu-satunya kata yang bisa jaemin gumamkan ketika senyumnya semakin mengembang, rasa gembira mengalir dalam nadinya.

"kemasi beberapa pakaian hangat, cuacanya dingin di malam hari." tanggapannya membuat jaemin tertawa seperti anak kecil.

"kau benar-benar tak ingin memberitahuku?" jeno tersenyum, "tidak."

"sejak kapan kau menjadi petualang, tuan presiden?" jaemin mencoba untuk menutupi antusiasmenya yang begitu jelas.

"pengaruh darimu, starlet," jawab jeno dengan tenang, pandangan terfokus pada langit-langit. "akan ada limusin menunggumu dalam dua jam. di belakang rumahmu."

jaemin sudah berdiri, kakinya langsung melangkah ke arah lemari.

"aku harap kau suka bepergian di malam hari." komentar jeno sambil bersandar pada kursinya, membuat jaemin tertawa sendiri. "itu favoritku."

"aku akan menemuimu dalam dua jam, starlet."







          setelah mengemas sebuah koper kecil dan berganti pakaian menjadi lebih rapi, jaemin menyelinap ke luar rumahnya dan berjalan ke belakang, memastikan untuk mengecek apa ada kamera yang mengintai.

untungnya, jaemin melihat limusin berkat seorang pria jangkung berdiri kokoh di dekat pintu mobil.

begitu sang pengawal melihat jaemin mendekati limusin, kopernya dibawa dan pintu dibukakan untuknya.

jaemin tersenyun dan berterima kasih padanya sebelum memasuki mobil, tampak terkejut melihat tak ada jeno disana.

sebaliknya, renjut menyambutnya dengan sebuah senyum.

"oh, kau lagi!" jaemin telah mengenali sosok mungil itu sebagai asisten jeno.

"kita bertemu lagi," canda renjun dengan tawa kecil, memeluk sekelompok berkas lebih erat ke dadanya.

national anthem ; nominDonde viven las historias. Descúbrelo ahora