15

3K 367 65
                                    

"rasanya sangat lezat." jaemin berkomentar seraya menjilat saus berwarna putih pada jemarinya. jeno mencuri pandang sebelum mengalihkan atensi pada spageti yang ia masak. "aku tidak akan bisa melakukannya tanpamu." jeno mengakui hal tersebut, membuat jaemin cekikikan.

"aku hanya membaca resep dengan nyaring, namun aku mengapresiasi penghargaannya." jaemin mengintip dari balik punggung jeno, melingkar lengannya dengan polos. jeno terdiam beberapa saat sebelum sepenuhnya memahami ia tengah dipeluk jaemin dari belakang.

"apa yang kau lakukan?" jeno bertanya dengan jenaka, menyenangi bagaimana kuasa jaemin terlihat sangat pas melingkar padanya, dan betapa hangat ia rasa kala jaemin menenggelamkan wajah pada punggungnya. "bisakah kita makan di luar?" jaemin bertanya dengan suara yang teredam.

"apa? maaf, aku tak bisa mendengarmu." jeno terkekeh pelan dan jaemin mengangkat kepala. "ayo makan di luar, tamannya sangat indah dan aku jadi bosan sebab tak melakukan apapun. biarkan aku menata mejanya, ya?"

jeno hampir dapat merasakan bibir maju jaemin dalam kalimatnya, maka ia pun berbalik. "tentu." jeno mengulas senyum lembut sembari tangannya menjelajah dari pipi jaemin hingga bibir ranum yang mengerucut. "jika kau memperlihatkanku sebuah senyum." jaemin tak mampu menolak sudut bibirnya yang kini membentuk senyum lebar, netra memandang sudut ruangan, menghindari tatapan jeno. "boleh aku pergi?"

dengan itu, jaemin melarikan diri menuju taman yang luas, menghirup udara segar sambil berusaha menghapus senyum bodoh pada rupa. menatap langit berbintang, jaemin memikirkan perihal wajah jeno, suara jeno, aroma jeno, bibir jeno, perangai jeno, dan sentuhan jeno.

begitulah malam mereka berakhir, dikelilingi ribuan bunga, di bawah bumantara penuh bintang. semuanya terasa tak asing, dari mereka yang duduk berhadapan, lilin menyala di tengah meja, berbagi santapan serta tawa, konversasi berat serta afinitas berkilauan.

"selamat malam, starlet." jeno memberi kecupan pada punggung tangan jaemin, menapak tepat di sebelah pintunya. pintu yang sama kala jaemin didorong disana, merintihkan namanya dalam rengkuhan jeno,  pintu yang sama dengan yang dibanting tepat di depan wajahnya.

"tunggu..." jaemin meraih lengan jeno, dengan gugup menggigit bibir bawahnya. "bisakah kau temani aku? aku hanya... ingin merasakan lenganmu memelukku, ya?" jaemin hampir memohon, namun jeno tak butuh bujukan lebih lanjut untuk menyerah. "bagaimana aku bisa berkata tidak pada wajah itu?"

jaemin mematri senyum, senyuman yang membuat jeno jatuh, maka ia berterima kasih dirinya hanya mampu berbaring di atas ranjang, sebab kelemahannya tak akan nampak.

jaemin menyelinap di bawah selimut, mata terpejam dan hati girang kala ia mendekat pada jeno.

jeno melingkar lengan tak terlalu erat pada tubuh jaemin, dan jaemin terlelap sembari mendengar degup jantung jeno.

setelah ini akan update lebih panjang kok guys!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

national anthem ; nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang