Memulai yang baru

Magsimula sa umpisa
                                    

Disetiap kamar terdiri dari tiga orang, dikamar juga telah disediakan vasilitas lengkap. Kamar mandi juga ada disetiap kamar. Ada juga dapur, sebenarnya seluruh siswa di Academy  Of Magic harus makan di Aula makan dengan jadwal makan yang telah ditetapkan.

Dapur disetiap kamar digunakan saat ingin membuat cemilan atau saat lapar dan jadwal makan di Aula terlewat karena hal tertentu.

Dengan segera Alika dan yang lain menuju papan yang menunjukkan peta kamar. Mereka mendapatkan kamar mereka berada dilantai ketiga, lalu mereka menuju ke arah penjaga kamar untuk meminta kunci kamar mereka.

"Permisi, saya ingin meminta kunci untuk kamar nomor 23." Ucap Zayna pada seorang penjaga wanita.

"Oh, kalian yang bernama Zayna Girdania, Yuna Mirdania, dan Alika Helesia G?" Penjaga wanita tersebut menyebutkan nama mereka satu persatu dan saat nama Alika ia seperti menanyakan kepanjangan dari G.

"Ya, itu kami. Jadi, bisa kami meminta kuncinya?" dengan segera Yuna berkata sehingga Alika tak menjawab pertanyaan dari penjaga tersebut.

"Oh, Ya! Ini kuncinya. " Penjaga tersebut dengan segera memberikan kunci kamar mereka dan mereka pun segera menaiki tangga menuju lantai tiga, sebenarnya disini ada Lift hanya saja Yuna memilih untuk menaiki tangga dan yang laij setuju.

Masing-masing dari mereka membawa tas dan sebuah koper. Koper mereka telah di taruh di lift agar mereka tidak susah membawanya.

Di lift tersebut ada seorang penjaga yang kunci juga, tetapi terkadang ia menjaga lift agar terhindar dari sebuah kesalahan dari lift tersebut. Seperti lift yang tiba-tiba berhenti. Tapi, untungnya hal tersebut tidak pernah terjadi.

Mungkin kalian berpikir, kok di dunia fantasy ada lift? Karena lift itu berasal dari kota G-Robot.

Kota yang ada teknologi modern nya ituloh.
Asrama mereka bergaya klasik, ukiran bunga tergambar jelas di dinding kamar setiap lantai.

Lalu setelah sampai dikamar mereka nomor 23. Yuna dengan segera dia mengambil kunci dan membuka pintu kamar tersebut. Lalu terlihatlah betapa nyamannya kamar ini membuat Alika betah disini.

Sofa yang terletak ditengah ruangan dan sebuah meja bulat dengan warna coklat tua. Lalu rak buku yang masih kosong menunggu ada buku yang terletak dirak tersebut.

Lalu toiletnya, terdapat bath up yang lumayan besar. Wastafel putih bersih dengan kaca yang dihiasa ornamen bunya tulip disisi kaca tersebut.

Lalu kamar, kamar tersebut hanya terdapat satu saja. Tetapi, terdapat tiga kasur, tiga lemari, dan tiga meja belajar.

Dapur, dapur yang sangat simple dan tak menghabiskan banyak tempat.
Bahkan ada balkon yang menghadap ke arah hutan dengan warna hijau alami. Masih alami tanpa ada lahan yang gundul karena tidak ada pohon.
Biasanya di dunia manusia hal tersebut kadang dijumpai bukan?
Pohon yang banyak ditebang.

Tapi disini tidak. Oh ya, mengingat ini masih terbilang pagi. Udara disini menyegarkan penciuman Alika dan yang lainnya.

Tok... Tok...

Bunyi ketukan pintu membuat Alika sadar ada seseorang yang menunggu pintu tersebut terbuka, lalu Alika pun membuka pintu tersebut. Lalu ada tiga buah koper dengan warna yang berbeda, dipastikan itu adalah koper mereka.

"Yuna! Zayna! Ini koper kalian. " Seru Alika agar mereka mengambil koper mereka masing-masing.

Mereka pun segera datang dan mengambil koper mereka, "Ternyata kopernya sudah datang. "

Mereka segera ke kamar dan mulai menyusun pakaian mereka masing-masing.

"Oh iya, Alika apakah kau membawa buku yang diberikan Dion?" tanya Yuna.

"Yaps! Aku membawanya, lalu akan ditaruh dimana buku ini?"

"Taruh saja dirak luar!" Zayna menyuruh agar ditaruh dirak buku yang berada diruang tempat duduk.

"Ya!" seru Yuna setuju akan ucapan dari Zayna.

Setelah beres dengan menyusun pakaian, Yuna segera menuju ke balkon yang menghadap ke arah hutan.

"Apa yang kau lakukan?" Ucapan tersebut membuyarkan lamunan Yuna.

"Hanya menikmati pemandangan dan udara yang sejuk. " Jawabnya jujur sambil menghirup udara segar tersebut.

Dan tiba-tiba Zayna sudah datang, karena dibalkon tersebut ada kursi. Mereka pun memilih untuk duduk dan memulai obrolan.

"Aku tak menyangka akan terjadi hal seperti ini dalam hidupku. " Alika menyatakan hal tersebut dengan pandangannya yang masih memandang hutan.

"Ya, aku juga begitu! Kukira akan susah menemukan dirimu di banyaknya manusia. " Pernyataan Zayna membuat dia berpikir sejenak akan pencarian mereka terhadap Alika.

"Ini sudah ditakdirkan." Kali ini Yuna buka suara.

"Lalu apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" pertanyaan Alika yang sedari tadi masih berada dipikirannya.

"Kita akan membantumu mempelajari beberapa legenda yang akan membantumu nantinya. " Alika yang mendengar hal tersebut dari Yuna hanya mengangguk setuju.

"Apa hal tersebut benar adanya?" Alika bertanya seolah-olah dia masih ragu tentang semua ini.

"Apa yang kau maksud?" Zayna bertanya kembali pada Alika.




Vote and coment!!!

Maaf ya karena telat update, aku memang ga nentuin waktu update itu kapan? Karena aku ngetik kalau lagi ada waktu aja :)

Sebenarnya waktu untuk ngetik itu banyak! Ada seminggu malah! Cuma, aku mikirin bagaimana alur cerita biar konfliknya itu berasa dan cerita ini ga kaku itu susah :(

Ngetik juga kalo salah kadang ku hapus :(
Sehingga aku ngetik ulang biar ga terlalu kaku gitu.

Maaf kalo cerita ku ini konfliknya belum terlalu kelihatan ya! Mungkin beberapa chapter lagi kok :)
Dan maaf juga kalo cerita ku ini ga ada seru-serunya! Ato kaku gimana gitu :(

Thank you karena mau baca curhatanku yang unfaedah ini😂

Minta 30-35 Vote boleh ga???

Sorry kalau ada typo yang bertebaran dalam chapter kali ini

Tanggal publish : Jum'at, 26 April 2019.

Academy Of MagicTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon