"Appa hentikan! ." Sana menghentikan ayah tirinya menampar Momo. Hhh. . Momo tau itu hanya bagian dari skenario yg telah dibuat Sana.


"Lebih baik Appa istirahat, biar aku yg urus dia. Eomma tolong antar Appa. " Sana sangat handal dalam berakting.


Momo melihat tatapan kecewa dimata ayahnya sebelum ayahnya pergi menuju kamar.


Sesudah punggung ayahnya tak terlihat lagi, barulah Sana melihatkan sifat aslinya.


"Ckckck. . Kau sangat cocok terlihat kacau seperti ini. Mungkin kau lebih cocok hidup di bawah jembatan dari dulu. " ucap Sana melihat Momo yg sudah terlihat berantakan.


"Kau puas? Setelah melakukan ini padaku   " ucap Momo menekan kata terakhir.


"Hahaa. . Menurutmu? Itu tidak penting untukmu. Pikirkan saja hidupmu kedepannya. " kata Sana lalu ia berbalik.


"Ohh yaa jangan lupa bawa barangmu, aku tidak suka melihat barang jalang dirumahku. " ucapnya sebelum benar-benar pergi.


Momo hanya dapat berlutut dan menangis sambil menatap foto ibunya. Mengusapnya pelan sambil berkata.


"Maafkan Momo Eomma. " ucapnya lalu memeluk foto itu.


"Maafkan Momo tidak bisa menjaga Appa dari mereka. . Momo lelah Eomma, Momo ingin pergi. " ucapnya lagi.


Ia segera menghapus air matanya. Momo tak ingin berlama-lama lagi dirumah ini. Sudah cukup baginya rasa sakit yg dideritanya.


Ia pun pergi meninggalkan rumah yg penuh kenangan itu tanpa tau arah tujuan.

.

.

.

Seokjin POV

.

.

.

Hhhh meeting ini membuatku lelah. Kulihat diluar hujan turun sangat deras. Tunggu apa aku melupakan sesuatu?. . . . Momo!


Dengan cepat aku berjalan ke ruangan Momo. Kutemukan ruangannya kosong tanda ia sudah pulang. Huft. . . Kau terlambat Seokjin.


Aku mengacak rambutku karna kesal tak bisa mengantar Momo. Bagaimana kalau hal yg sama terulang kembali? Aku tak ingin terjadi apa-apa padanya. Sekarang bahkan hujan deras diluar sana.

Because of You (JinMo)Where stories live. Discover now