Babak 2

102 8 1
                                    

''Albert Einstein sekalipun pasti punya perasaan''

Pagi ini cuaca tampak tidak bersahabat, mentari enggan untuk menyapa bulir-bulir embun. Hanya sapuan halus bulan yang tampak di langit, Remo sengaja memakai jaket jeansnya takut bila nanti di perjalanan turun hujan.

''Remo, bawa mobil aja! Ntar kehujanan di jalan!'' teriak Mama Linda dari dapur

''Nggak usah Ma!'' tolak Remo yang sedang mengikat tali sepatunya

Remo adalah orang yang sangat sederhana, keturunan dari keluarga pejabat tidak membuatnya sombong. Barang-barang yang dipakai Remo juga bukan sesuatu yang mahal. Wicaksono Papa Remo adalah seorang anggota DPR, Wicaksono sering berdebat dengan Remo karena Remo tidak menyukai cara pandangnya, Wicaksono slalu mengaitkan semua hal dengan jabatannya.

''Nanti ke acaranya pakai baju yang mahal. Papa nggak mau teman-teman Papa ngomongin kamu cuma karena baju murahmu.''

''Omongan orang emang nggak ada habisnya Pa, tinggal kita yang mau nerima atau nggaknya.'' Sambung Remo yang sedang asik menonton kartun kesukaannya

''Pokoknya Papa nggak mau, kamu harus pakai baju yang mahal!''

Mama Linda menepuk bahu Remo,''Ikuti aja apa kata Papa kamu. Cuma satu malam ini kok!'' Mama Linda memang sangat mengerti Remo, Mamanya juga tidak pernah memaksakan kemauannya tidak seperti Wicaksono

Setelah memarkirkan sepeda motornya, Remo berangkat menuju kelasnya. Rintik-rintik hujan jatuh satu persatu, semua orang-orang di lapangan tampak berlarian ketempat yang teduh. Remo mempercepat langkahnya menuju kelas, Sains 1 memang agak terpisah jauh dari kelas lain. Mungkin karena kategorinya kelas unggul jadi harus jauh dari keributan

''Pagi.'' Sapa seseorang di depan pintu kelas Remo

Remo hanya menatapnya datar,''Ngapain lo kesini?''

''Gini lo, gue mau ngasih lo ini!'' memberikan kotak bekal

''Lo mau ngeracunin gue?'' tanya Remo dengan mata yang masih menggambarkan ketidak sukaan

Kini wajah ramah Mora berubah menjadi asam.''Gue ngasih lo ini sebagai permintaan maaf gue, kalau lo nggak mau yaudah!''

''Gue nggak percaya, lo harus nyobain dulu di depan gue!''

Mora enggan melontarkan kata-kata, dia membuka kotak bekalnya kemudian mengambil satu sendok nasi goreng, dia mengunyahnya dengan penuh amarah.

''Puas lo?'' lontar Mora

''Sini.'' Remo merampas kotak bekal itu dari tangan Mora

''Nggak tau terima kasih banget ni orang!''

''Lo bilang apa?''

''Nggak ada, semoga suka ya!'' memberikan sedikit senyuman

''Miko, ini buat lo!'' Remo melempar kotak bekalnya

''Tumben lo baik Rem, tau-tau aja gue belum sarapan. Makasih ya!'' sahut Miko teman kelas Remo

Mulut Mora kini terbuka lebar, dia tidak percaya. Jika saja Mora adalah petinju hebat jelas saja dia akan menghujani Remo dengan pukulan mautnya

REMORAWhere stories live. Discover now