Godaan

2.7K 424 68
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

•••

"Suka boleh, itu wajar, manusiawi. Hanya saja harus tetap jaga pandangan dan jaga hati. Ingat, no khalwat until akad."

-Risalah Rasa-

•••

"Cepetan, Kaaaa...."

"Iyaaa... Iyaaa... Sabar dulu kenapa, sih!" gerutu Sabiya sembari berlari kecil menghampiri Zidan dan Rendra.

Pagi telah menyongsong, menjelma kan malam menjadi siang. Sang raja siang telah bersinar disambut embun pagi, menggantikan sang ratu malam yang telah menyelesaikan tugasnya bersama kejora.

Pagi  di hari sabtu ini, keluarga kecil yang memutuskan untuk berdamai dan terbuka satu sama lain itu sepakat untuk lari pagi bersama. Semua adalah rencana Sabiya, saat berakhirnya momen permintaan maaf Zidan kepada Rendra atas sikapnya semalam di subuh tadi. Wacana yang Sabiya ajukan disetujui oleh Zidan dan juga Rendra. Rendra berharap ini menjadi awal baru untuk kedamaian keluarganya. Dia telah memutuskan untuk lebih terbuka dengan anak-anaknya, terutama dengan Zidan. Rendra sadar jika selama ini dia sedikit membedakan Zidan. Bukan karena kasih sayangnya yang lebih condong kepada Sabiya, hanya saja rupa Zidan yang sangat mirip dengan Marwah membuka luka lamanya kembali. Bukankah dia pernah memberitahukan perihal itu?

"Lama banget, sih! Dandan berapa lapis?" sungut Zidan karena lelah harus menunggu Sabiya yang sangat lelet menurutnya. Ini yang punya ide siapa, yang bertele-tele siapa, gumamnya dalam hati.

"Enak aja, dikira kakakmu ini korban iklan apa, sampe berlapis-lapis?" balas Sabiya merasa tak terima. Bukan karena dia dandan sehingga jadi telat begini, tapi karena panggilan alam di setiap pagi yang memang tidak bisa ditunda. Wajar, kan? Kebanyakan rutinitas setiap orang di pagi hari kan memang begitu.

"Sudah-sudah! Kalo kalian debat terus kita jadi gagal nih jogging nya. Keburu siang," lerai Rendra.

Zidan jalan terlebih dahulu menuju taman komplek dengan muka masam, diikuti Sabiya dan Rendra di belakangnya.

•••

Lumayan banyak orang yang juga sedang berolahraga pagi di taman komplek. Ada yang lari-lari kecil, senam, ataupun hanya sekedar jalan-jalan pagi, semua membaur menjadi satu dalam ruang lingkup yang menjadi tempat umum ini.

Sejatinya menjaga pola hidup sehat merupakan kewajiban bagi setiap manusia, karena hal itu merupakan salah satu perwujudan rasa syukur kita kepada Allah yang sudah memberikan kita fasilitas berupa tubuh yang sehat.

"Istirahat dulu, dong. Capek, nih!" gerutu Sabiya sembari mengatur napasnya yang ngos-ngosan akibat lari pagi mengelilingi taman.

"Ah, payah!" umpat Zidan.

Sabiya hanya memberenggut kesal. Ya maklum saja, karena sebenarnya Sabiya ini jarang sekali bahkan bisa dibilang gak pernah olahraga. Sekalinya olahraga palingan saat jam pelajaran olahraga di sekolahnya. Selebihnya, gadis bernetra hazel itu tidak mau capek-capek berkeringat untuk olahraga. Sungguh kebiasaan yang buruk, tidak patut dicontoh. Tadi pagi, dia hanya so-soan saja mengajak ayah dan adiknya jogging. Tujuannya hanya untuk lebih merekatkan hubungan mereka, tidak lebih.

Di sisinya, Rendra tertawa kecil menyaksikan adu mulut antara kakak beradik ini. Dalam hati dia merasa menyesal karena sudah melewatkan momen yang sangat berharga di hidupnya.

"Ya sudah, kalo kamu capek, kamu duduk dulu saja di sini. Ayah sama Zidan mau berputar lagi," usul Rendra yang jelas disetujui oleh Sabiya. Selanjutnya, tinggallah dia sendiri duduk di sebuah bangku sembari menatap orang-orang yang berhilir mudik.

Risalah Rasa [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang