Sabiya dan Episode Mania

2.9K 445 25
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

•••

"Pelukan terhangat adalah saat kita berada dalam rengkuhan keluarga. Segala resah akan sirna, segala lara akan usai. Meski sebelumnya diri tengah diuji oleh takdir."

-Risalah Rasa-

•••

Suara dering alarm dalam sebuah kamar bernuansa manis itu melengking dengan kencang. Mencoba untuk menjalankan tugasnya untuk membangunkan sang tuan. Namun siapa sangka, jika ternyata sang tuan telah meninggalkan pembaringannya dengan menyisakan selimut yang masih tercecer kusut? Kemanakah gerangan gadis penghuni kamar ini, saat waktu masih menunjukkan pukul setengah lima pagi? Disaat kebanyakan orang memilih untuk bergelung dibalik hangatnya selimut.

Berbeda dengan keadaan kamar yang hanya berisi suara lengkingan alarm. Di bagian dapur telah terdengar suara wajan dan spatula yang beradu, bau khas nasi goreng ala Sabiya sudah menguar menelusup ke setiap penjuru dapur.

Rupanya, gadis itu sudah berada di dapur. Tengah memasak nasi goreng dengan telur mata sapi. Senyuman sedari tadi tidak pernah luntur dari bibirnya, membuat siapa saja yang melihatnya terheran-heran atas apa yang tengah terjadi kepada Sabiya. Termasuk bi Idah yang sedari tadi sudah mengintip lewat pintu dapur. Tidak biasa-biasanya nona mudanya sudah berada di dapur di pagi buta seperti ini. Biasanya, Sabiya hanya akan turun setelah siap untuk berangkat sekolah. Namun lihatlah pagi ini, dia mendapati Sabiya dengan rambut yang digelung sampai atas dan masih menggunakan piama tidurnya tengah memasak nasi goreng di dapur. Sebuah pemandangan yang tidak lazim dia lihat. Kecuali, jika sesuatu hal yang tiba-tiba berkelebat di otaknya terbukti benar. Bahwa Sabiya, tengah mengalami episode mania. Ya, mungkin paradigmanya kali ini benar. Karena tarikan di sudut bibir Sabiya yang sedari tadi tidak pernah pudar, memperkuat spekulasinya.

"Bibi! Sini..!"

Bi Idah tergagap saat Sabiya tiba-tiba memanggilnya sembari melambaikan tangannya ke arahnya.

"Eehh..., iya, Neng?" Dengan langkah terseok akhirnya bi Idah mendekati Sabiya.

"Coba deh Bibi cicipi nasi goreng buatan Biya!" seru Sabiya dengan binar yang bersinar di manik matanya.

Dengan perlahan setelah meniup pelan nasi gorengnya, bi Idah mencicipi nasi goreng buatan Sabiya. Rasanya pas di lidahnya. Tidak terlalu pedas, manis, apalagi asin. Gadis di depannya ini memang pandai dalam meracik rempah-rempah masakan.

"Gimana, Bi? Enak, kan?"

"Enak, Neng."

"Yeay!"

Sabiya melompat-lompat di tempat saat bi Idah berucap kata 'enak'. Bi Idah semakin yakin, kalau Sabiya  tengah berada dalam episode mania. Karena Sabiya terlalu ekspresif dan bersemangat dalam segala hal. Persis seperti biasa saat Sabiya kembali dalam episode mania.

Suara adzan mulai terdengar saat Sabiya memberhentikan lompat-lompatan kecilnya.

"Udah adzan, Biya minta tolong beresin ini ya, Bi. Biya mau sholat dulu."

"Iya, Neng."

Dengan langkah riang, Sabiya berjalan untuk menaiki tangga yang berada dekat dengan dapur. Lantunan shalawat kesukaannya terdengar dari bibirnya. Menunjukkan seberapa bersemangatnya dia untuk menjalani hari ini.

Duk.

"Aaaww..." pekiknya saat dengan tragis bokongnya beradu dengan lantai tepat di anak tangga paling atas. Langkahnya yang terlalu serabutan membuat Sabiya tersandung.

Dengan masih meringis pelan, Sabiya mengelus bokongnya yang terasa ngilu. "Dasar ceroboh," makinya pada diri sendiri.

Perlahan Sabiya kembali bangkit. Melangkah perlahan sembari masih menahan rasa ngilu. Terdengar gerutuan pelan dari bibirnya. "Sabiya... Sabiya.... Ko, bisa kesandung sih? Katanya punya mata kaki. Gitu aja jatoh!" Dan masih banyak gerutuan aneh lainnya yang Sabiya lontarkan sembari terus mengelus bokongnya.

•••

Prang.... Prang.... Prang....

Setelah mandi, dan mengenakan pakaian rumahannya karena hari ini adalah hari sabtu, hari liburnya sekolah dan kerja. Sabiya dengan semangat menggoyangkan telepon kaleng yang terhubung dengan balkon kamar Fikri. Namun rupanya, Fikri tidak mendengar suara kaleng itu.

"Fikriiiiii..... Fikriiiiii.... Yuhuuuu...." teriak Sabiya memanggil Fikri.

Di dalam kamarnya, Fikri yang baru saja memasuki kamarnya setelah dari lantai bawah, mengernyit heran. Tumben Sabiya berteriak-teriak seperti itu.

Senyum Sabiya merekah saat Fikri sudah muncul dari pintu kamarnya.

Dengan masih dengan rasa penasaran, Fikri mengambil telepon kaleng yang sedari tadi terus berisik karen ulah Sabiya.

"Ada apa? Kenapa kamu teriak-teriak?"

"Abisnya kamu gak denger, dari tadi kan aku manggil kamu."

"Aku lagi di bawah, Bi."

"Oh."

"Terus, ada apa?"

"Apa apanya?"

Fikri mengembuskan napasnya pelan, "ada apa kamu manggil aku pagi-pagi?"

"Cuma mau bilang, Lala sama Lili udah aku kasih makan. Tuh, liat!" tunjuk nya pada sepasang merpati yang tengah menyantap makanannya.

"Udah, gitu doang?"

Sabiya mengangguk.

"Terus kenapa kamu harus laporan ke aku?"

"Kan biasanya kamu suka nanya. Nah, karena aku baik, sebelum kamu nanya aku udah laporan duluan biar kamu gak cape-cape nanya."

Fikri mengamati senyum yang merekah dan binar yang menyala di diri Sabiya.

"Minum obat sana, Bi! Kayaknya kamu udah mulai mania, deh."

Sabiya memberenggut kesal. Kemudian melepaskan asal telepon kalengnya. Langkah kakinya menghentak-hentak saat memasuki kamar, dengan bibir yang mengerucut. Dalam episode mania, Sabiya paling kesal jika diingatkan untuk minum obat. Karena dia merasa dirinya baik-baik saja. Tidak harus meminum obat sialan itu lagi.

•••

Tuh, kan, aku up dua kali. Hehehe...
Sebenernya aku sudah ngasih info di story ig ya kalo aku jumat kemarin gak bisa up dan dijadiin double sama yang sekarang. Kalian yang follow ig ku pasti tahu😁

Sekedar info, untuk penjelasan mengenai bipolar akan ada di chapter-chapter yang akan datang, akupun belum bisa mastiin di chapter ke berapa.

Atau, kalau diantara readers tertjinta ada yang tahu lebih dalam mengenai bipolar, boleh yuk sharing biar aku lebih paham dan meminimalisir kekeliruan. Hehe...

Udah, itu doang sih😂

Kembali ketjup jauh FinaSundari

12-02-2019

Risalah Rasa [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang