Chapter 2 : Proses

875 66 16
                                    

Pemandangan pertama yang menyapa Menma ketika tersadar adalah sinar matahari yang lewat pada lubang kecil di gorden hijau tua. Manik safir mengedar. Mendapati bahwa ia tak berapa di kamar sempitnya, selang infus yang terpasang meyakinkan jika ia berada di rumah sakit. Membuatnya percaya jika dirinya lebih tidak berguna dari yang ia bayangkan selama ini.

Merasakan kebas, ia menemukan sosok ibu -yang beberapa tahun ini juga berperan menjadi ayah, tertidur pulas dengan menggenggam tangannya.

Bahkan beberapa bagian baju yang sosok itu kenakan terlihat kotor dengan noda kuah ramen. Mungkin, Naruto langsung kemari dari tempat kerja. Mata birunya sendu karena menemukan wajah lelah sosok yang paling dicintainya. Menma melepaskan tangannya pelan-pelan sambil berdoa, semoga tidur dengan posisi duduk tak menyakitkan untuk punggung Naruto.

Mengabaikan mual, pusing dan perih di lambung serta panas di dadanya, Menma berusaha untuk membenarkan selimut Naruto. Namun pria itu terbangun. Matanya melebar ketika melihat putra tunggalnya, Naruto memeluk Menma dan histeris. "Apa kau sangat membenciku?! Sebesar itukah sampai kau ingin meninggalkanku?!" Menma bisa merasakan tetesan air mata Naruto di bahunya.

Remaja 14 tahun itu tak bisa menahan perasaan, isaknya pun tak terbendung. "Aku hanya tak ingin mempersulit Papa," Menma balas memeluk tubuh yang lebih besar, sekuat yang tubuh lemahnya mampu. Ia menangis lebih kencang dari sang ibu. "Aku ingin lebih berguna...."

"DENGAN MENCOBA BUNUH DIRI?!" Naruto terlalu shock untuk banyak bicara. Sejuta kata yang ada dalam otaknya tak sanggup untuk diutarakan. Terlalu banyak, sangat menumpuk. Pada akhirnya hanya penyesalan yang mampu terucap dengan suara lirih, "Maaf...."

***

Disclaimer :

Naruto by Masashi Kishimoto
Spark by Yun Ran Livianda

Genres :

Family, Drama, Hurt, (mungkin) Angst.

WARNING :

Boys Love (BL), MxM, SasuNaru, AU, MPReg, OOC.

Fanfiction ini saya buat hanya untuk kesenangan, tidak dibuat untuk kebutuhan materiil.

.

Selamat membaca!

***

Teko menjerit ketika air di dalamnya sudah mendidih, dengan cepat Naruto mematikan kompor listrik. Tangan cekatannya bekerja terlalu terampil untuk membuat dua gelas cokelat panas dan segelas kopi, lalu mengangkat telur di wajan.

Mesin pemanggang roti berdenting memberi pertanda jika pekerjaannya sudah selesai. Roti dipindahkan ke tiga piring berbeda yang masing-masing sudah terisi dua telur setengah matang dan sosis goreng. Piring ditata rapi di atas meja makan, gelas berisi cokelat dipindahkan ke nampan.

Hendak keluar dapur dengan membawa cokelat panas, ia teringat belum menyalakan mesin cuci. Naruto berjalan cepat menuju tempat di mana terdapat tumpukan pakaian kotor. Iruka terlalu sibuk dengan pekerjaannya sendiri sampai tak sempat untuk mampir dan membantu tugas rumah seperti biasanya.

Setelah urusan dengan mesin cuci selesai, Naruto kembali ke dapur untuk melanjutkan tujuan awalnya. Maka dengan senyum puas Naruto beranjak dengan nampan di tangan.

Hikari no Miko

Sarada baru saja selesai membereskan tempat tidur. Dan sejak beberapa menit lalu, ia hanya berkedip polos sambil memegang ponsel Menma tanpa tahu harus berbuat apa lagi.

Spark [SasuNaru]Where stories live. Discover now