Nerd Girl and Bad Boy's Heart 39 - Janji untuk Ditepati

Start from the beginning
                                        

Pertanyaan itu membuat Aria dan Axel terlonjak dari tempat duduk.

"Ada yang menyatakan cinta padamu?!" seru Axel dengan raut tegang. Sekelebat nama muncul di pikirannya. Jantungnya berdebar-debar kencang. Ada rasa marah karena seseorang telah membuat Aria menangis dan ada rasa panik karena dia telah kalah langkah.

"PAPAAA!" rengek Aria dengan wajah berwarna merah. "Bukan dia!"

"Oh," balas sang ayah dengan wajah berpura-pura polos, "jadi dia yang kamu sukai?"

Rona merah makin pekat memenuhi wajah melayu gadis itu, membuatnya serupa dengan kepiting rebus. "PAPA!!!"

Rasa bahagia mulai mengembang dalam benak Axel, membuat senyum ikut merekah. Kini dia menatap ke arah Aria dengan senyum lebar sebelum tiba-tiba sebuah tangan menepuk pundaknya. Axel terlonjak kecil dan mengalihkan pandangannya kepada pria setengah baya yang kini menatapnya tajam. Kupu-kupu di dalam perutnya tiba-tiba berjatuhan, digantikan oleh guyuran air es yang membekukan.

"So, do you like her?" tanya pria itu tanpa berkedip.

Kerongkongan Axel tiba-tiba kering. Lidahnya kaku. Namun pandangan ayah Aria menuntut jawaban pasti. Axel segera berdeham dan menarik napas.

"Yes, Sir!" ucapnya tanpa ragu, membalas tatapan itu dengan keyakinan terbaik yang bisa diusahakannya. "I do love her."

Jawaban sederhana itu membuat Aria dan ayahnya tercengang. Pria itu tidak menyangka ada yang berani menjawab demikian sementara Aria tidak percaya jika Axel baru saja menyatakan perasaannya.

"Why?" tanya sang ayah sambil mengambil kursi dari meja makan untuk duduk berhadapan dengan Axel. Dia ingin mendengarkan lebih banyak.

Axel mengerjap ketika mendengar pertanyaan sederhana itu. Jawabannya tentu saja akan rumit. Salah menjawab dan kesempatannya akan hilang untuk bersama dengan gadis itu. Axel berpikir apakah dia perlu menjawab jujur atau berusaha menjawab dengan lebih klise, tipe jawaban yang pasti diterima semua orang. Dalam kegamangannya, Axel melirik ke arah Aria, mendapati gadis itu ikut menatapnya sambil was-was menunggu jawaban. Wajah Aria membuat Axel tahu harus menjawab apa.

"Karena Anda telah membesarkan seorang gadis yang luar biasa, Sir," ucap Axel seraya tersenyum tipis. "Aria adalah seorang gadis yang berani dan berprinsip. Dia tahu apa yang harus dia lakukan dan tetap melakukannya walau keadaan di sekitarnya menekannya."

Alis sang ayah bergerak naik, terkesan dengan jawaban Axel. Sebuah senyum perlahan muncul. "Jawaban yang menarik, Anak Muda, tapi bagaimana denganmu Aria?" Pandangan sang ayah kembali menatap putri semata wayangnya. "Bukannya kamu tidak ingin pacaran lebih dulu? Apakah pernyataan Axel barusan membuat pikiranmu berubah?"

"PAPAAAA!!!" seru Aria entah keberapa kalinya hari itu. Dia menatap ke arah Axel dengan panik. "A-aku memang masih mau fokus sekolah dulu, tapi, tapi, aku tidak keberatan bila harus berteman."

Alis pria itu kembali naik sebelum dia memandang ke arah Axel. "Bagaimana denganmu?"

Axel menaikkan bahu. "Tidak masalah. Berpacaran atau tidak, jika aku sudah siap, aku akan melamarnya."

"AXEL!!!" Giliran Aria yang menjerit histeris kepada pemuda itu. Wajahnya kembali merah dan dia segera mengalihkan pandangannya ke arah lantai karena malu.

Ayah Aria tertawa mendengar jawaban lugas dari Axel dan menepuk-nepuk pundak pemuda itu. Dia menyukai jawaban jujur dari Axel, tapi dia juga tahu perjalanan mereka masih panjang. Dalam hati dia berharap, putrinya benar-benar menemukan pemuda terbaik dan pemuda itu kini berada di hadapannya sekarang. Semoga saja, mereka berdua tidak mengulangi kesalahannya.

[END] The Bad and The NerdWhere stories live. Discover now