Warning 18+ (Kalau emang mau dikasih peringatan)
Apa yang terjadi jika seorang bad boy paling tampan di New York harus menyaksikan seorang nerd girl pecinta puisi dihadapkan pada tuduhan pencurian CD eksklusif BTS yang terbaru?
Apakah Axel Jr. akan...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Axel memandangi ponsel canggih di tangannya dengan alis berkerut tajam. Apa gunanya teknologi canggih untuk berkomunikasi bila lawannya menolak untuk diajak berbicara? Pemuda itu meradang melihat tanda bahwa pesannya sudah masuk tapi tidak dibaca, ditelpon pun Aria tak menjawab. Entah mengapa rasa marah merayap pelan di dalam dadanya. Tangannya terkepal erat ketika membayangkan bahwa Aria sedang bersama Ji Wook.
"Sh*t" umpat Axel kasar ketika dia memutar kembali bayangan Aria masuk ke dalam mobil Ji Wook. Melihat bagaimana senyum Aria merekah untuk pemuda Korea itu membuat Axel ingin memukul sesuatu atau seseorang.
Bukankah mereka yang harusnya bekerja kelompok? Dia dan Aria, seperti yang sudah dititahkan oleh Mr. Alfred, si guru Fisika, bukan dengan Ji Wook. Namun, Aria malah pergi dengan si brengsek itu entah ke mana dan membiarkan Axel sendirian di salah satu tempat nongkrong di dekat sekolah, mengamati beberapa murid sedang asyik bercerita.
Kesal karena tidak menemukan pelampiasan, Axel kembali mengurus ponsel dengan layar lebar dan beresolusi tinggi. Dia mengirim pesan kepada para penjaja benda haram, sambil bertanya-tanya kapan dia akan tertangkap dan menyeret orang tuanya ke skandal yang dia buat. Memikirkan itu membuat senyuman Axel kembali muncul. Dia ingin melihat bagaimana ayahnya yang dingin itu mengatasi ini.
"Axel Honey, apa yang kau lakukan di sini?" Sebuah suara membuat Axel memutar bola matanya bosan.
Hanya mendengar nada yang dibuat-buat saja, pemuda itu sudah dapat menduga siapa gadis yang sedang memeluk lengan kukuhnya. Axel menghela napas bosan sambil menyimpan kembali ponselnya. Dia tidak suka bila Sophia mulai ingin tahu urusannya.
"Ada apa?" tanya Axel bosan, melirik ke arah gadis berambut pirang yang duduk di sampingnya. Dia bisa merasakan tatapan dari para murid CHS yang mengarah kepadanya.
Sophia terkikik manja. "Aku sedang mengerjakan tugas fisika bersama teman sekelompokku," ucapnya mengerling pada seorang pria kutu buku yang tampak tidak nyaman diapit oleh dayang-dayang Sophia di meja sebelah.
Axel mengikuti arah mata Sophia. Dia berani bertaruh kalau Sophia menggunakan pengaruhnya untuk memasangkannya dengan murid pintar lainnya, sama seperti dia menggunakan koneksi untuk memastikan Aria satu kelompok dengannya. Walau Sophia sangat ingin sekelompok dengan Axel, dia tidak ingin mempertaruhkan nilai-nilainya, karena tahu Axel tidak peduli dengan prestasi.