Hirai Momo
Yeoja 25th, cantik dan berhati lembut, ia harus merasakan pedihnya hidup saat ayahnya menikah lagi, ia harus rela ayahnya memberi seluruh kasih sayangnya kepada saudari tirinya Sana.
.
.
.
.
.
Kim Seokjin
Namja 27th, tampan dan dewa...
Ketukan pintu menyadarkan Seokjin dari lamunannya.
"Permisi Tn, ini saya." suara perempuan yg Seokjin yakini Momo terdengar ditelinganya.
"Masuk". suara berat Seokjin menginsterupsi.
"Ada yg bisa saya bantu Tn? " tanya Momo berusaha sopan. Sungguh! Momo sedang menahan rasa sakit dikakinya.
Seokjin menepuk sofa kosong disampingnya.
"Makan siang bersamaku, disini." ucap Seokjin membuat Momo terkejut.
"Nde? A. . Aniyo, Daepyonim. Rasanya tidak pantas saya makan bersama anda. Saya hanya ingin mengembalikan ini, terimakasih. " ucap Momo sambil menaruh paperbag ditangannya diatas sofa yg berada didekatnya.
"Saya permisi. " pamit Momo lalu berjalan menuju pintu.
Sliiittt~
Baru berapa langkah Momo berjalan, tanpa sengaja ia terpeleset hingga terjungkal kebelakang.
Momo sudah pasrah jika ia benar-benar jatuh, sakitnya mungkin tak seberapa, tapi malunya? Jangan tanya.
Tapi. . Kenapa Momo tidak merasa sakit? Ia pasti sudah jatuh terjungkal bukan?
Saat Momo membuka matanya, dapat dilihatnya Seokjin menatap tepat dikedua matanya. Seokjin berhasil menangkapnya.
Deg. .
Deg. .
Tanpa diketahui keduanya, ada dua hati yg sedang berdegup kencang. Seakan tak ada hari esok, keduanya tak berhenti tatap menatap.
Kriieettt~~~
"Hyung ini data yg kau min. . . ta. " Jimin yg masuk tanpa mengetuk pintu, merusak moment "indah" itu.
Kedua insan ini pun kembali ke posisi masing-masing. Dengan pikiran yg berkecamuk.
"Euhmm. . Sepertinya saya mengganggu, saya akan meletakkannya disini, permisi. " pamit Jimin lalu pergi secepat kilat setelah meletakkan berkasnya diatas meja.
"S.. Saya rasa saya juga harus permisi. " pamit Momo lalu berjalan menuju pintu.
"Siapa yg mengizinkanmu pergi? " suara Seokjin yg datar membuat Momo membeku sekaligus merinding disaat yg bersamaan. Habislah dia.
Tanpa aba-aba, Seokjin menarik tangan Momo lembut dan mendudukkannya disofa.
"Kakimu terluka, harus segera diobati. Lagipula kenapa kau masih memakainya jika kau kesakitan hah? Ck. . Kau ini, selalu membuatku khawatir. " ucap Seokjin sambil melihat kearah kaki Momo yg lecet.
Momo hanya terdiam menunduk sambil mendengarkan Seokjin. Ia tak tau harus berbuat apa, kakinya sudah sangat perih.
"Tunggu disini!. " perintah Seokjin.
Momo hanya mengangguk.
Seokjin mengambil kotak P3K di laci mejanya, lalu segera mengobati Momo.
"Ehh? Biar aku saja." kaget Momo karena Seokjin ingin mengobati kakinya.
"Ssstt. . Cukup diam dan duduklah dengan manis, aku akan mengobatimu. " kata Seokjin menyuruh Momo untuk diam.
Momo hanya menurut. Ia sudah malas membantah Seokjin, karna Seokjin itu sangat keras kelapa. . Ehhh kepala maksudnya.