Bagian 16

8 3 2
                                    

Syifa masih bingung, apakah ia harus mengikuti saran dari Fika, yaitu menanyakan mengenai perasaan Rahmad sebenarnya, atau membiarkan Rahmad sendiri yang akan menjelaskan kepadanya.

Tapi jujur saja, ia sangat penasaran dengan semua ini. Lalu? Haruskah pilihan pertama yang akan ia laksanakan?

Pandangannya teralihkan ketika ia melihat Rahmad baru saja memasuki kelas bersama Fatih dan Tyo. Tak ada cara lain, ia harus menanyakan hal ini pada Rahmad, agar kebingungannya dapat terjawab.

Ia melihat jam dinding pada kelasnya. Sepuluh menit lagi bel masuk, dan kelas sudah mulai ramai, bukan cara benar jika ia harus bertanya pada Rahmad di tengah kondisi yang tak memungkinkan seperti ini.

Baiklah, nanti saja ia menanyakannya, tepatnya saat jam istirahat.

***

Rahmad

Gue udah di taman

Oke, gue kesana

Read.


Tak lama setelah chat itu Syifa terima, Rahmad pun datang sambil menyunggingkan senyum pada Syifa yang hanya di balasnya dengan senyuman tipis.

Canggung. Satu kata yang dapat menyatakan kondisi saat ini. Syifa tak tahu harus mulai bertanya darimana, dan Rahmad juga tak berniat untuk membuka percakapan. Hingga hanya keterdiaman yang hadir di antara mereka.

"Fa."

"Mad."

Ucap mereka bersamaan.

"Lo duluan."

"No. Ladies first."

"Emm. Soal ucapan lo beberapa hari lalu..."

"Gue udah bilang kan, kalo itu serius?"

"Iya sih. Tapi lo gak lupa kan, dulu elo pernah ngomong sama gue, kalo lo tuh suka sama temen seangkatan kita?" Tanya Syifa sambil menatap Rahmad.

"Gue--"

"Jurusan Akuntansi." Potongnya.

Rahmad diam. Mencoba mencerna pertanyaan Syifa. Suka? Seangkatan? Jurusan Akuntansi? Maksud Syifa apa?

"Maksud lo?" Bingung Rahmad.

"Kok nanya balik?" Kesal Syifa.

"Tapi gue serius Ifa. Maksud lo apa sih? Suka? Seangkatan? Siapa sih? Dan kapan gue ngomong kayak gitu sama lo?" Tanya Rahmad memperjelas.

"Maksud lo apa sih Mad? Lo sendiri kan yang bilang ke gue, kalo lo tuh suka sama seseorang, dan dia itu seangkatan sama kita, dan lebih tepatnya Jurusan Akuntansi."

"Oke oke. Tenang dulu. Emang kapan gue bilang kayak gitu ke elo?"

"Udah lama sih."

"Ya iya kapan Syifa Anindia?" Gemas Rahmad.

"Pas kita kelas dua."

"Gue gak pernah ngomong kayak gitu perasaan." Gumam Rahmad sambil mencoba mengingat-ingat, kapan ia mengatakan hal itu.

Syifa kesal, ia memukul lengan Rahmad karena sejak tadi pertanyaannya tak terjawab, bahkan justru sebuah pertanyaan yang kembali diajukan kepadanya.

Hidden Feeling (Hiatus!)Where stories live. Discover now