•PROLOG

279 27 5
                                        

"Dia baik-baik aja kan?"

"Gue boleh ngakak nggak sih? Ini udah yang kesekian kalinya gue bilang, kalau dia selalu baik-baik aja tanpa lo di sini."

"Gue mau jujur."

"Lo kalo mau jujur bilang sama dia, jangan sama gue."

"Nggak bisa."

"Yah itu sih masalah lo, bukan masalah gue. Perlu lo tau, saat lo menghilang dia benar-benar kaya orang bego. Dan gue nggak suka itu. Lo pergi tanpa ngabarin, dan nggak ninggalin secuil informasi untuk dia."

"Gue terpaksa."

"Terus? Lo jahat biar gue ingetin sekali lagi."

"Maaf."

Sang penelepon di seberang sana tertawa sinis. Merasa lucu dengan perkataan yang baru saja didengarnya, "maaf nggak akan merubah segalanya."

"..."

"Lo pengecut, as-"

Diseberang sana bunyi handphone terjatuh. "Halo?"

"DOKTER! DOKTER! SUSTER! TOLONG!"

"Halo?! Halo?!"

Tut... Tut... Tut...

Seketika panggilan itu terputus. Napasnya tercekat, di detik berikutnya perasaannya berubah menjadi tidak karuan. Seperti terjadi sesuatu pada seseorang yang sejak tadi ia bicarakan dengan sang penelepon di sana.

"Maaf Diva." Dan setelah dua kata itu terucap, ia sadar bahwa sekarang ia benar-benar menyesal dengan apa yang sudah dilakukannya.

• • • • • • • • • • • • • •

To be continued

AN:

Hai...
Sedikit informasi kalau sebelumnya cerita ini sudah pernah di publikasikan dengan judul yang sama. Cuman karena aku nggak pede dan merasa aneh aja, jadi aku hapus :'(

Jadi aku perbaiki dulu, sebelum di publikasian ulang. Aku juga penulis pemula, istilahnya pucuk-pucuk gitu. Jadi mohon dimaklumi ya kalau terdapat banyak kesalahan di dalam cerita ini.

Maaf ya. Untuk yang sudah pernah baca cerita ini dan kalau kalian masih baca sampai sekarang, aku ucapin terimakasih banyak karena sudah setia dengan cerita ini.

Dan untuk kalian yang baru pertama kali mampir, selamat datang.

Semoga kalian suka.

C.h
2.18

Gilang & DivaWhere stories live. Discover now