Bagian 2

160K 1.6K 45
                                    


Braakkk!

Kututup pintu dengan kasar. Seolah ingin memberi tahu pada Adi tentang kemarahanku.

Meski aku tahu, percuma.

Aku tertidur hingga ku dengar suara adzan duhur berkumandang setelah menahan kemarahanku pada Adi.

Ah, mengingat laki-laki itu membuatku frustasi. Haruskah aku mengatakan tentang semua ini pada Papa dan Mama?

Aku menggelengkan kepala. Meyakinkan diri untuk tetap melanjutkan pernikahan yang-kata-Adi-bodoh ini. Biarlah aku merana asal orang tuaku bahagia. Hidup bukan sekedar membahagiakan diri sendiri bukan?

Aku beranjak melangkah menuju kamar mandi. Membasuh muka, berkumur, menatap pantulan wajahku di cermin sebentar lalu mulai berwudhu.

Aku bukan wanita super religius tapi aku tahu kewajibanku sebagai muslimah.

Sholat membuatku merasa lebih tenang dan damai. Yang di akhir salam aku bisa mencurahkan segala bentuk masalah yang tengah kuhadapi pada Sang Pemilik Hidup--Allah.

Selesai melipat mukena lalu meletakkannya kembali di atas nakas. Aku keluar kamar bermaksud mengambil minum.

Baru saja kakiku menginjak tangga nomor pertama, sebuah pemandangan yang tak mengenakkan menyapaku.

Adi tengah tiduran di pangkuan Melati. Sedang Melati dengan lembut membelai rambutnya.

Kuhembuskan napas berat, menyiapkan hati untuk melanjutkan langkah menuju dapur yang harus melewati dua sosok di ruang tengah itu.

Melati melihat ke arahku begitu menyadari kehadiranku. Ia tersenyum.

"Nye."

"Sudah pulang, Mel?"

"Aku beli makanan untukmu. Makanlah."

Aku yang masih berdiri di samping sofa melihat sekilas ke arah meja makan yang tak jauh dari sini. Ada bungkusan plastik terdampar di sana.

"Makasih."

Tanpa menunggu jawaban dari Melati, kulangkahkan kaki menuju lemari pendingin. Mengambil sebotol air. Meraih gelas di rak lalu menuju meja makan.

Sekilas kulihat Adi dan Melati yang saat ini sudah merubah posisi. Adi sekarang duduk bersandar di sofa. Dan baruku sadari, selang infus sudah tak terpasang lagi di tangannya.

Mungkin sudah dilepas tadi sewaktu aku tidur tadi. Turut senang karena Adi ternyata telah sembuh. Itu artinya aku akan kembali mendengar suara khas Melati di malam hari. Suara yang membuat bulu kudukku merinding.

Kalian tau maksudku kan?

Kubuka bungkusan di hadapan. Ayam goreng kalasan, lengkap dengan lalapan dan sambal. Setelah minum, kumakan juga makanan yang dibelikan maduku ini.

"Aku mau teh, Sayang." Kudengar Adi berbicara.

"Sebentar ya." Itu suara Melati. Ia beranjak dari duduknya. Melangkah menuju dapur.

Aku diam, pura-pura saja tak mendengar percakapan mereka.

"Nye, kamu mau teh juga?" Melati menawariku. Kulihat tangannya tengah sibuk memotong lemon. Adi memang suka lemon tea.

"Nggak, Mel. Makasih," tolakku.

Hening.

Melati telah selesai membuatkan pesanan Adi. Aku sendiri telah selesai makan. Setelah membuang bungkus makanan, meletakkan kembali botol minum lalu mencuci tangan dan gelas. Aku kembali melewati dua orang yang sejak tadi kudengar tertawa dengan renyah.

Orang Ketiga (TAMAT)Where stories live. Discover now