"Ohhh, lalu apa maksudmu menghalangi jalanku. " tanya Momo mengalah.

"Hh. . Kau tau ini apa? " tanya Sana sambil melihatkan foto yg membuat mata Momo terbelalak.

Difoto itu, terlihat ia dan Seokjin di restoran tadi.

"Kau dapat darimana itu? " tanya Momo bingung.

"Kau tidak perlu tau aku dapat dari mana foto ini. Yg penting besok kau sudah pergi dari rumah ini. Hhh. . . Rasanya sangat lega tidak serumah dengan jalang murahan sepertimu sebentar lagi. " ucap Sana dengan smirk nya.

"Sampai kapan kau akan memanfaatkan kasih sayang Appa Sana? Kau tau sana? Dia bahkan menyayangimu lebih dari aku. " jelas Momo bermaksud menyadarkan Sana.

"Aku merelakan itu semua, karna aku menyayangi Appa. Tapi kau. . Dimana hati nurani mu? " lanjut Momo menekan setiap kata-katanya.

"Hhh. . Percuma bicara dengan orang bodoh sepertimu. Tidak ada gunanya. " kata Sana lalu masuk kedalam kamarnya.

"Aku yakin Appa akan percaya padaku. " ucap Momo yakin.

Sana berhenti lalu berbalik.

"Kita lihat nanti. " ucap Sana lalu melenggang masuk kekamarnya.

Airmata yg sedari tadi Momo tahan mengalir deras. Ia tidak sepenuhnya yakin akan perkataannya. Dari apa yg telah Appa-nya lakukan terhadapnya selama ini membuat Momo kehilangan harapannya.

Momo berjalan gontai menuju kamarnya. Ditutupnya pintu kamarnya dan berjalan menuju kasur.

Ia menutup mulutnya agar tangisnya tidak terdengar.

Disisi lain ia ingin meninggalkan rumah yg mempunyai banyak kenangan ini. Namun ia juga tak mau meninggalkan Appa-nya bersama istri kedua dan anak tirinya.

YaTuhan. . . Bagaimana sekarang?

Momo mengambil foto ibunya yg tak jauh dari tempatnya duduk.

"Ibu. . Momo lelah. " ucap Momo sebelum terlelap.

.

.

.

.

.

.

.

Seokjin tak berhenti tersenyum sejak kejadian "menyenangkan" itu terjadi. Bahkan para maid yg bekerja di mansion nya heran, melihat Tuannya tak berhenti tersenyum.

Seokjin memasuki kamarnya dan langsunh menghempaskan badanya ke kasur king size nya

"Gomawo, sudah mengkhawatirkanku"

Kata-kata itu bagaikan kaset rusak yg diputar berulang kali di kepala Seokjin.

"Aishhh bisa gila aku" ucap Seokjin dengan senyum lebarnya.

"Aku penasaran apa yg dilakukannya sekarang" batin Seokjin penasaran.

Ia mengecek ponsel dan bodohnya ia lupa menyimpan nomor Momo di ponselnya.

"Aishhh Seokjin pabo" batinnya sambil mengacak-ngacak rambutnya.

Ia berpikir untuk menyuruh Jimin mencari data pribadi Momo.

Tanpa berlama-lama ia menelfon Jimin.

Drrrttt. . . Drrrttt. . .

"Hmm wae? Ada apa kau menelfonku? " tanya Jimin pada Seokjin.

"Aku ingin kau carikan data pribadi Momo. " jawab Seokjin to the point.

"Wah daebak. . Seorang Hirai Momo dapat membuat seorang seperti Kim Seokjin bertekuk lutut."kagum Jimin.

"Aishhh kau ini, lakukan saja apa yg kuminta. Kau tidak mau kubuat tambah pendek kan? " canda Seokjin.

"Aishh arraseo. " kata Jimin lalu menutup telfon.

"Hhh. . Dasar bantet. " ucap Seokjin menatap layar ponselnya.

Ting. .

Baru saja Seokjin ingin berdiri, satu pesan masuk ke ponselnya.

Tertera nama Chim Bantet yg mengirim pesan.

Ia membuka isi pesan itu.

Chim Bantet

Hyung aku baru bisa mengirim ini
momoguri itu id linenya Momo

Hmm arraseo, gomawo sudah membantu

Nde

"Momoguri? Hhh nama yg lucu" batin Seokjin sambil terkekeh.

.

.

.

.

TBC GAISSSS~~~


DON'T FORGET TO VOTMENT THIS STORY OKAYY 😘


Note: author bakal ujian jadi bakal agak lama updatenya nihh, do'a in author lulus yaa 😘

Because of You (JinMo)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora