Lisa-5

3.3K 142 1
                                    

Bersaing? Mungkin itu menjadi hal konyol bagi Fiki. Namun mau bagaimana pun Fiki tak bisa membohongi perasaannya. Namun ia tak bisa memaksa keinginannya, meskipun nanti Lisa memilih Febi, ia akan berusaha melepaskan Lisa untuk Febi. Meskipun sakit untuknya namun tak apa, asal Lisa bisa bahagia meskipun bukan dengannya.

Hari ini hari pertama dimana persaingan antara Fiki dan Febi memperebutkan Lisa dimulai. Namun Lisa tidak mengetahui tentang hal itu dan ia bersikap seperti biasanya.

"Lisa udah makan siang belum?" tanya Fiki memecah keheningan.

"Makan siang?" tanya Lisa mengerutkan dahinya.

"Ini masih jam 7, sejak kapan makan siang sepagi ini? Bahkan ini saja masih bisa disebut sarapan," kata Lisa sambil menggelengkan kepalanya.

"Eh, iya ya," balas Fiki sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Yaudah, Lisa masuk kelas dulu ya. Fiki semangat belajarnya, kalo ketemu Kak Febi sampein salam dari Lisa," kata Lisa yang entah kenapa perkataan tadi membuat hati Fiki merasa seperti terkena sayatan.

Sakitt

"Males," balas Fiki yang tiba-tiba mengubah raut wajahnya menjadi datar.

"Fiki ish," kesal Lisa namun Fiki segera pergi meninggalkan Lisa yang masih komat kamit menyumpah serapahi Fiki.

Lisa lalu masuk kedalam kelas dengan rasa dongkol hingga tiba-tiba langkahnya terhenti ketika suara bariton memanggil namanya.

"Lisa!" panggilnya.

Lisa menoleh dan mendapati Febi yang tengah berdiri diambang pintu dengan tangan yang memegang satu kotak makan yang mungkin isinya nasi atau roti.

Lisa pun berjalan menghampiri Febi yang spontan membuat perhatian dari para siswa untuk menyaksikan mereka berdua.

"Kenapa kak?" tanya Lisa dengan ramahnya.

"Oh ini, aku bawain kamu kue. Nanti istirahat jangan lupa dimakan ya," kata Febi sambil menyodorkan kotak bekalnya.

"Wahh.... Makasih ya kak, jadi ngrepotin," kata Lisa bersamaan dengan diterimanya kotak bekal Febi tadi.

Febi mendekatkan wajahnya pada Lisa yang langsung saja membuat teriakan histeris tercipta dari para kaum hawa.

"Ayah, jantung Lisa lagi lari maratonn!" batin Lisa sambil memejamkan matanya.

"Berharap banget gue cium. Ini nih ada kotoran di rambut kamu," kekeh Febi lalu mengambil daun kering kecil yang ada di rambut Lisa.

Lisa sudah malu bukan main, terlebih saat ia ke GR an dicium Febi. Pipinya pun sudah bersemu merah karena baper sekaligus malu.

"Nanti aja kalo lo udah jadi pacar gue," kekeh Febi sambil menyelipkan anak rambut ke belakang telinga Lisa.

"Gue balik ke kelas dulu. Semangat belajarnya ya," lanjut Febi lalu beranjak pergi.

"I-iya. Kak," balas Lisa terbata.

Setelah Febi sudah pergi, Lisa lalu memegang dadanya dramatis dengan pipi yang masih bersemu.

"HWAAA!!! GUE BAPERRR!!!" teriak Lisa heboh begitu memasuki kelas.

"Anjir nggak cuma lo doang yang baper! Gue baper banget anjir gilakk!" heboh Meli.

"Doain cepet jadian," kekeh Lisa sambil berjalan kearah bangkunya.

"Emang udah ada kepastian?" tanya Pita.

"Ya gitu," balas Lisa dengan senyum yang masih setia menghiasi wajah cantiknya.

Lisa [Sudah Terbit dalam Bentuk E-Book] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang