Entahlah, ini sudah kesekian kalinya aku terus rindu kau.
Begitu tidak adil untukku rasanya. Kau yang membuangku layaknya sampah, sedikitpun tak pernah berjumpa dengan sesal. Sedang aku yang diperlakukan seperti ini, malah didatangi rindu yang enggan usai.
Apa kau tahu, Tuan?
Sesungguhnya hati ini sesak teramat sangat. Merindukanmu tak kenal jeda. Ingin memeluk, seperti dulu saat kau dan aku masih menjadi kita.Namun sayang, kita bukan lagi kita, tetapi sebatas kata rumpang yang tak akan pernah rampung.
Dan yang kutahu kau sekarang menjadi milik-NYA.
— Xiaorina