35. Mind

1.2K 188 31
                                    

Mingyu's POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mingyu's POV

Setelah menempuh penerbangan yang memakan waktu selama 1 jam 25 menit, akhirnya kami mendarat di Tokyo Narita International Airport.

Sambutan hangat para Carat yang menunggu disana benar-benar membuatku dan para member memperoleh energi kembali. Kami yang tadinya tertidur dan merasa lelah selama di perjalanan, seketika merasa segar dan menjadi lebih bersemangat. Sayangnya kami tidak bisa terlalu lama menyapa para penggemar yang entah sudah berapa lama menunggu kami itu, pasalnya kami harus segera menuju hotel. Beristirahat sejenak dan berbenah diri, lalu tepat pada pukul satu siang kami akan melaksanakan mini fansign di salah satu mall di pusat kota Tokyo.

"Kenapa aku harus satu kamar lagi denganmu?"

Aku yang baru saja membuka koper di lantai, menoleh sejenak ke arah pintu—menemukan Woozi Hyung menarik kopernya masuk sambil menghela napas, disusul The8 dibelakangnya.

Aku mengerucutkan bibir, "Wae, shireo? Aku juga bosan sekamar denganmu terus, Hyung," tanggapku dibumbui fakta sekaligus candaan. (Kenapa, tidak mau?)

Seperti yang diketahui, aku dan Woozi Hyung menempati kamar yang sama di dorm. Dan ya, ternyata saat menginap di hotel ini pun kami ditakdirkan untuk sekamar lagi. Sebenarnya aku agak bosan selalu sekamar dengannya.

Aku ingin sesekali merasakan bagaimana rasanya menempati kamar yang sama dengan member lain—yang sebelumnya tidak pernah sekamar denganku. Tapi apa mau dikata, pembagian kamar hotel ini berdasarkan ritual gunting, batu, kertas (lagi), jadi itu sudah cukup adil dan tidak ada yang merasa keberatan. Ada enam kamar yang masing-masing dihuni dua member dan satu kamar khusus dihuni tiga member—master bedroom yang kutempati saat ini.

Woozi Hyung duduk di tepi kasur setelah menyandarkan kopernya di samping nakas, "Kau mengikuti menunjukkan gunting tadi," ucapnya membentuk peace alias gunting dengan jari-jarinya.

"Aku tidak mengikutimu. Kau yang mengikutiku, Hyung," sanggahku tak terima sambil mengambil ponsel dan kabel charger dari dalam koper, lalu menuju stop kontak yang tertempel di dinding untuk mencolokkannya disana.

"Kau." Woozi Hyung tak mau kalah.

"Ya, ya, keumanhae. Hargailah kehadiranku disini." (Hei, berhenti)

Sebuah suara menginterupsi ketika aku baru saja ingin menyanggah ucapan Woozi Hyung lagi, membuat mulutku refleks terkatup. The8 yang sedari tadi hanya diam menyimak akhirnya buka suara, dia nampak bersungut-sungut memasukkan potongan pakaiannya ke dalam lemari. Syukurlah dia juga menghuni kamar ini selama empat hari ke depan, setidaknya aku tidak sebosan itu harus sekamar dengan Woozi Hyung. Dan juga, jika aku dan Woozi Hyung bertengkar—dalam artian beradu argumen dan semacamnya seperti tadi, The8 adalah orang yang tepat sebagai penengah diantara kami.

WHY YOU? || KIM MINGYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang