25. Drift Away

1.7K 214 37
                                    

Tadi malam aku memutuskan menonton televisi hingga pukul 11 malam, menunggu rasa kantuk menyerangku sekaligus menunggu Jungri pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tadi malam aku memutuskan menonton televisi hingga pukul 11 malam, menunggu rasa kantuk menyerangku sekaligus menunggu Jungri pulang. Tapi aku tidak bisa sepenuhnya fokus menonton karena pikiranku sibuk memikirkan banyak hal mengenai lelaki yang diceritakan Jung Ahjumma tadi—lelaki yang kuyakini adalah si pengirim surat tempo hari.

Dia membawa sebuah kertas di tangannya lalu pergi begitu saja ketika melihat Jung Ahjumma. Dari situ aku mengambil kesimpulan bahwa lelaki tersebut tidak ingin tertangkap basah oleh Jung Ahjumma karena meletakkan suratnya di bawah pintu unit apartemenku, sehingga ia memutuskan segera pergi dengan membawa pulang suratnya itu sebelum ditanyai macam-macam.

Kenapa dia harus melakukan itu? Kenapa harus memberikan surat itu secara diam-diam padahal ia bisa saja menemuiku secara langsung?

Anggap saja dia memang penggemar, lebih tepatnya penggemar rahasia yang terlalu malu menampakkan diri di hadapanku. Tapi aku tidak bisa menyebutnya sebagai penggemar rahasia mengingat fakta bahwa ia tahu rumahku dan juga ia yang selalu bertindak diam-diam. Bukankah ia lebih cocok disebut penguntit?

Otakku berputar-putar hanya karena memikirkan lelaki misterius yang berhasil membuatku penasaran itu, lalu berakhir dengan aku yang memikirkan tentang apa yang harus kulakukan dua hari lagi—datang ke acara musik untuk menonton Seventeen atau tidak. Ditambah sebuah pesan yang baru saja masuk sore ini membuatku semakin kepikiran.

YJH1004 : Besok penampilan goodbye stage kami, kuharap kau datang

Hanya sebuah pesan, namun karena pengirimnya adalah Jeonghan dan isi pesannya yang mengharapkanku untuk datang besok, membuatku tanpa pikir panjang langsung mengambil satu keputusan bulat.

Aku akan izin kuliah. Tidak satu hari penuh, melainkan izin setengah hari saja dan paginya aku tetap mengikuti kuliah seperti biasa. Aku sudah memikirkan matang-matang alasan yang tepat, dibumbui sedikit kebohongan—karena tidak mungkin aku mengatakan dengan jujur akan izin karena ingin menonton acara musik. Bisa-bisa aku dimarahi dosen.

Sore itu juga aku mengirimkan pesan pada Jeonghan dan juga Mingyu bahwa aku akan datang menonton mereka.

Saat ini aku sedang dalam perjalanan menuju ruang dosen, akan mengutarakan perihal niat izin kuliah setengah hariku dan berharap dalam hati semoga dosen yang bersangkutan mengizinkan. Setelah dari ruang dosen, aku berniat ke perpustakaan untuk mengembalikan novel yang kupinjam. Namun aku dibuat mengernyit melihat Eunbi dan Jaebin—teman satu jurusanku yang berjalan di koridor berlawanan arah denganku tengah bersorak sambil melangkah riang. Entah kenapa firasatku mengatakan bahwa mereka berdua membawa sebuah kabar gembira.

"Ya, Siyeon! Eodiega?" Jaebin—lelaki berdarah Korea-Cina itu menyapaku masih dengan ekspresi ceria di wajahnya, sedangkan Eunbi hanya menatapku ingin tahu. (Kau mau ke mana?)

Aku menghentikan langkah, "Ke ruang dosen, menemui Dosen Kim."

"Dosen Kim sedang sibuk, beliau akan pergi keluar." Eunbi menyahut.

WHY YOU? || KIM MINGYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang