49. I'm First

1.2K 173 26
                                    

Mingyu’s POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mingyu’s POV

Jeongmal sugohaesseoyo.” Aku membungkukkan badan dan menjabat tangan para staff. Pemotretan untuk majalah Time edisi bulan depan yang kujalani sejak pukul dua siang tadi akhirnya selesai tepat waktu—tepat pukul enam malam. (Terima kasih atas kerja kerasnya)

“Kau sudah melakukan yang terbaik.” Manajer Hyung menepuk pundakku, lalu menyodorkan segelas kopi hangat.

”Gomawo, Hyung.” Aku tersenyum lalu menyesap kopi itu beberapa teguk, “Ah, badanku pegal,” gumamku meregangkan tubuh ketika memasuki fitting room untuk berganti pakaian.

Tak butuh waktu lama, aku dan Manajer Hyung sudah berjalan keluar studio menuju area parkir.

Aku membuka pintu samping kemudi dan menemukan sebuah jaket tergeletak di sana. Ah, aku baru ingat aku melepas jaketku dan meletakkannya begitu saja disini karena merasa sangat gerah sebelum keluar dari mobil siang tadi. Aku pun mengambil jaket berbahan jeans itu sebelum duduk, lalu menutup pintu.

Hyung, menu makan malam kita nanti apa?” tanyaku sambil merentangkan tangan—memakai jaket tadi meskipun hoodie sudah cukup tebal membalut tubuhku. Malam ini cuaca cukup dingin.

“Karena vote terbanyak kedua kemarin adalah jjampong, jadi aku sudah memesankan jjampong untuk hari ini.” Manajer Hyung menjawab sambil memasang seatbelt. Tak lama kemudian, suara mesin mobil di starter menyala. (Jjampong = mie dengan campuran seafood)

Assa, sudah lama kita tidak makan jjampong. Akhirnya!” Aku tersenyum lebar dan menggerak-gerakkan tubuhku—mulai membayangkan betapa lezatnya semangkuk jjampong pedas dengan kuah yang masih mengepulkan asap.

Setelah memastikan aku sudah memasang seatbelt, Manajer Hyung membawa mobil van ini keluar area parkir dan melaju di jalan raya.

Aku menyesap kopiku hingga habis lalu meletakkan gelasnya di sisi pintu mobil. Tanganku lalu merogoh saku celana, mengambil ponselku yang sejak beberapa jam lalu tidak tersentuh. Setelah sambungan data kuhidupkan, notifikasi bertubi-tubi muncul memenuhi pop-up message. Instagramku memang tidak pernah sepi, begitu juga dengan grupchat berisikan member Seventeen yang selalu ramai entah membicarakan apa. Alih-alih mengklik salah satu notifikasi yang muncul, aku justru membuka LINE mengscroll satu demi satu chat di aplikasi berwarna hijau tersebut—memastikan kalau-kalau ada chat penting yang tenggelam. Namun gerakan jariku terhenti ketika mataku membaca nama salah satu kontak.

Siyeon. Seharian ini aku belum ada menghubunginya.

Tanpa berpikir lebih lanjut, aku pun mengklik kontak tersebut lalu menghubunginya. Tepat ketika detik kelima, Siyeon menerima teleponku.

Mingyu.”

Siyeon lebih dulu bersuara sebelum aku sempat menyapanya. Aku mengernyit, menyadari ada yang berbeda. Suaranya yang biasa terdengar ceria dan semangat itu kini terdengar lirih.

WHY YOU? || KIM MINGYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang