32. Hali dan Budi

Mulai dari awal
                                    

"Fan, kamu jaga Ani ya." kata Gempa

"Kok aku?!"

"Yha ... Soalnya aku mau cuci piring." Gempa beralasan

"Nanti kalau darahnya netes lagi gimana?"

"Kan ada Ice." jawab Gempa tersenyum kemudian berjalan kearah wastafel.

"Tapi aku mau ikut sama kak (Nama kamu)!" rengek Ice

"(Nama kamu) nggak kemana-mana kok. Dia ada di ruang tamu sama Hali." balas Gempa mulai menyalakan kran.

"Aku mau duduk di samping kak (Nama kamu)!" rengek Ice lagi

"Kalau Ani mimisan lagi gimana? Udah kamu disini aja buat jaga-jaga." Gempa mengambil satu piring lalu mencucinya dengan telaten.

"Terus ngapain aku disini? Gabut banget." Taufan memainkan angin kecil dengan jarinya.

"Kamu nemenin Ice."

"Kan ada kak Gem." kata Taufan sambil monyong

"Aku kan lagi nyuci piring."

"Tau ah gelap."

•~•~•~•

Kamu terkejut ketika melihat gelas yang kinclong tak tersisa, gelas yang tadinya berisi susu stoberi.

"Kok lama banget?" tanya Budi memainkan gelas itu di atas meja.

Kamu duduk di depan Budi sambil menyerahkan setoples kue. "Ma—"

"Bukan urusan lo, lo cuma tamu disini." sahut Halilintar dingin kemudian duduk di sebelahmu.

"Ya kalem napa?" Budi menatap tajam Halilintar, dibalas tatapan menusuk dari Halilintar.

'Ngeri coy.' Budi beralih menatapmu. Kemudian tangan kanan Halilintar berada di depan matamu, membuatmu dan Budi lepas kontak.

"Ngapain lo natep sepupu gue hah?!" bentak Halilintar garang

"Emang napa?!" Budi kini berani menatap Halilintar. "Suka-suka gue lah!"

"Grr." Jawaban Budi membuat Halilintar geram. Tangan kanannya kemudian mengepal lalu turun. Matanya berkilat tajam.

Kamu yang menyadari Halilintar badmood pun nekat memegang tangan kanan Halilintar dengan ragu. Kepalan tangan Halilintar digantikan dengan membalas genggamanmu.

Budi menaikan alis. "Kalian pacaran ya?"

Kamu melotot. "Eng—"

"Iya, mang napa?"

"Nanya aja." Budi menghela napas kecewa sementara kamu menginjak kaki Halilintar dan melepaskan genggaman. Halilintar meringis.

"Ngomong-ngomong, adik gue mana?" Tanya Budi teringat dengan tujuannya

"Ada di dalem."

"Kok nggak dipanggil?"

"Manja banget lu. Panggil sendiri lah!" cibir Halilintar kesal

Kamu mencubit lengan Halilintar. "Mau aku panggilin kak?"

"Nggak usah (Nk)! Nanti tenaga kamu terbuang sia-sia cuma buat meladeni manusia nggak tahu diri ini."

"Enak aja, lo tuh yang nggak tahu diri!" kata Budi tidak terima.

"Hn." Halilintar kembali menatap Budi dingin. Sementara kamu udah ke dapur duluan buat manggil Ani.

"Adik gue lagi ngapain?"

"Lagi pingsan."

Budi kaged. "Serius lo?!"

"Buat apa gue bohong? Ga guna."

Budi dengan geramnya menarik kerah baju Halilintar dan mencengkramnya.

"Lo apain adek gue hah?!" bentak Budi pada Halilintar.

Halilintar tidak menjawab dan  menatap Budi sinis. Kemudian Budi merasa kedua tangannya sakit seperti tersengat listrik refleks melepaskan cengkramannya.

"Bacot lu." desis Halilintar dingin

Budi mengelus-elus kedua tangannya. "Apaan tuh tadi?"

"Apanya yang apaan?" Halilintar tersenyum miring

"Lo ... Punya sihir?!" tuding Budi

"Baru tau lo?"

"Wah ngeri juga ya lo. Jangan-jangan cewek lo itu juga punya sihir? Ato jangan dia itu dalang penyihirnya?!" kata Budi menerka-nerka

BUGH!!!

Kaki Halilintar melayang, menendang perut Budi. "Jangan bawa-bawa dia."

Mendadak, ruang tamu yang tadinya suasananya hangat berubah menjadi dingin bak es di kulkas freezer. Budi mengerang dan memegang perutnya. Dirinya benar-benar tidak siap dengan tendangan itu.

"Sekali lo sebut (Nama kamu) penyihir lagi ...." Halilintar mengeluarkan pedang di tangan kanannya lalu mengarahkannya ke leher Budi. "Lo bakal tamat."

DEG!

Tubuh Budi benar-benar membatu saat pedang itu hampir menyentuh permukaan kulitnya. Sebelum sebuah teriakan berhasil menyelamatkannya.

"SI ANI UDAH SADAR!1!1!"

Dan itu adalah teriakan Taufan

♪♥♪

Absurd beud yha part kali ini :'v

17 Maret 2019

Seminggu Dengan BoboiboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang