Ivory dan Sacha terdiam lalu bertatapan sebentar. "Sacha menggunakan kekuatan gravitasinya untuk terbang." Ivory menjawab. 

"Eh? Tapi kan jaraknya juga jauh jika--"

"Kamu meremehkanku ya, Cloza? Aku ini pengguna gravitasi paling hebat loh." 

"Sombongnya, kamu denganku juga kalah." Ivory mengejek begitu santai sedangkan Cloza hanya diam dengan mata terpejam, lam-lam ia pusing harus melihat suatu hal dalam keadaan begitu buram. 

"Sialan kau!" teriak Sacha kesal sendiri. "Kau ini... dasar menyebalkan!" 

"Hei, kita sudah sampai nih." Ivory berkata santai. "Ini tempatnya, tempat di mana pengguna kekuatan pencipta labirin in berada. Kita harus masuk ke dalam dinding bercorak bunga ini." 

Cloza menatap dinding labirin lalu menoleh ke belakang. Hanya banyak lorong-lorong aneh di sekitar mereka. Ini seperti jalan buntu, ahkir dari semua labirin yang ada. "Sepertinya ini adalah hal terahkir di labirin ini." Cloza bergumam. "Aku tidak merasakan hawa monster melainkan banyak arwah-arwah. Di sini terlalu banyak... sesak." 

"Banyak jiwa di sana, Cloza." Jenne tiba-tiba muncul dan berdiri tepat di sebelah Cloza. Tentu tidak ada yang sadar karena Jenne adalah hantu. Azer yang berada di depanm bersama dengan Ivory saat ini juga memiringkan kepala dan mencoba menemukan pintu untukmembuka inding bercorak bunga itu. 

"Kamu sudah mencoba masuk ke dalam?" tanya Cloza tenang. 

"Belum tapi jiwa di sana begitu banyak, jiwa mereka berteriak meminta dibebaskan. Begitu menjijikan." 

"Hah... ini menyebalkan." Cloza berkata. Ia maju lalu menyentuh dinding itu dan berusaha untuk tersambung dengan para jiwa-jiwa di dalam tapi hasilnya juga nihil. 

"Ini terlau sulit," desis Cloza. "Aku tidak bisa menggapai jiwa-jiwa yang ada di dalam. Mereka terhalangi oleh sesuatu yang kuat." 

"Itu pengguna labirin ini, Cloza. Aku sudah mencoba masuk ke dalam." Jenne berkata. Hantu wanita itu sudah masuk setengah di dinding itu. Sedangkan Azer dan yang lainnya memandang dengan sorot datar. Entah bisa melihat atau malah bingung dengan siapa Cloza berbicara saat ini.

"Ada cara untuk masuk ke dalam seperti ada tuas atau pintu yang hanya dibuka dari dalam?" tanya Cloza.

"Sebentar," ujar Jenne. Jenne masuk meninggalkan Cloza yang hanya diam saja memandang dinding labirin.

"Kamu bicara dengan siapa?" tanya Azer tiba-tiba.

"Oh... yah, seseorang," jawab Cloza santai. "Omong-omong, kenapa kalian bisa lihat labirin ini?"

Ivory dan Sacha berpandangan sebentar lalu menyeringai kecil. "Coba kamu pikirkan baik-baik apa yang membuat kami bisa melihat dan merasakan labirin kekuatan ini."

"Eh? Itu... apa kalian melakukan suatu serangan?"

"Kalau sudah cerdas ya cerdas ya," desis Sacha. "Kalau kita tidak bisa melihat labirin ini, maka kita harus membuat labirin ini dapat melihat kita terlebih dahulu. Bukannya begitu? Itu lebih mudah, seperti manusia tanpa kekuatan yang memiliki kerusakan dalam hati mereka. Mereka memberikan serangan melalui itu dan membuat diri mereka terlihat lalu jiwa mereka terserap dalam labirin ini dan tak bisa keluar."

Cloza mengangguk lalu tampak berpikir. Ia merogoh saku pakaiannya dan menemukan sebuah pistol. "Kalau begitu kemungkinan besar pemilik dari kekuatan labirin ini bukan lah pemilik aslinya, mungkin saat ini kekuatan labirin ini sudah menjadi milik yang lain."

"Apa maksudmu?" tanya Azer, ia kurang mengerti dengan pernyataan Cloza.

"Begini," gumam Cloza, "seperti sebuah barang yang sebelumnya memilik pemilik lalu dipaksa secara legal untuk diminta oleh orang lain. Jika itu terjadi maka barang itu akan dipindahkan kepemilikan secara paksa bukan? Nah itu yang terjadi kepada pemilik labirin ini."

"Kemungkinan besar memang begitu." Jenne tiba-tiba muncul dan membuat Cloza hampir terkena serangan jantung saja.

"Ada apa Cloza?" tanya Ivory datar. "Ada hantu ya? Astaga, aku tidak bisa melihatnya."

"Sebentar," gumam Cloza, "tatap mataku lalu tutup dan bukan secara perlahan."

Mereka melakukan hal itu sehingga sekarang mereka bisa melihat sosok Jenne yang seorang hantu perempuan yang cukup cantik.

"Nah ini... namanya Jenne, ingat ya, Jenne." Cloza berkata. "Lanjutkan."

"Hipotesamu benar adanya Cloza, memang benar pemilik dari labirin ini bukan lah pemilik aslinya. Aku melihat sebuah tubuh wanita yang terikat di dalam sebuah gelembung dan seorang pria di sebelahnya terikat oleh sebuah rantai. Sepertinya kedua manusia itu adalah orang yang bertanggung jawab dengan semua ini."

"Kalau begitu kita harus membebaskan mereka dan meminta mereka menghen--"

"Itu mustahil," desis Cloza memotong perkataan Sacha. "Kalau pemilik kekuatan ini bukan lagi wanita itu maka ini semua harus kita selesaikan secara paksa."

"Maksudmu apa?" tanya Ivory dengan wajah curiga.

"Membunuh si pemilik aslinya. Hanya itu satu-satunya cara saat ini." Cloza berkata, "Jenne apa yang harus kita lakukan untuk masuk?"

"Sepertinya ada tuas di dekat sini, soalnya di dalam ada sebuah alat untuk membuka pintu. Jadi pasti ada di dinding ini."

"Ayo kita cari," desis Cloza, "kita harus menemukannya."

***

"Kamu sudah menghubunginya?" tanya Soila menatap Torto.

Gadis berambut sebahu itu segera menggelengkan kepalanya. "Tidak bisa, aku tidak mengontak siapa pun, hasilnya benar-benar nihil. Tapi sepertinya tanda darurat telah dibunyikan dari Planet Aqua."

"Sepertinya ada kota yang diserang," gumam Torto.

"Kalau begitu kita harus segera menyelesaikan ini semua. Ini terlalu menguras waktu kita, kita membuang waktu di sini."

"Tapi kita harus menunggu Cloza."

Soila berdecak. "Tapi dia tidak kunjung kembali, apa kita perlu menyusulnya? Apa tidak apa-apa?"

"Ayo, kita harus segera menyelesaikan semuanya. Ini terlalu lama."

"Baiklah."

***

Tbc...

GAVONOR (DIBERHENTIKAN)Where stories live. Discover now