28

289 33 0
                                    

Cloza terdiam lalu menghela napas dan menempelkan tubuhnya di dinding labirin bersamaan dengan si monster yang tumbang lalu hancur lebur dengan kekuatan Sacha yang sebelumnya menelan si monster tersebut. 

Ivory menatap ke arah Sacha lalu tertawa melihat wajah super jengkel lelaki itu. Ia lalu menatap Cloza yang tampak sedang merenung di tempatnya yang sedari tadi ia berdiri dari awal pertarungan hingga ahkir. Sepertinya hal ini tidak mudah. 

"Cloza," panggil Azer menatap teman lamanya itu. "Kamu baik-baik saja, kan?" 

Cloza mendongak dan mengerjap masih berusaha serta berharap bahwa ia bisa melihat dengan jelas kembali tapi hasilnya nihil. Ia tidak dapat melihat dengan jelas. Ada kesalahan di kedua matanya. Dan itu benar-benar membuatnya kesulitan. Cloza merasa bahwa ia menjadi orang paling lemah saat ini. Cloza menyentuh kedua matanya lalu menggeram kecil. 

"Aku baik-baik saja, maaf aku tidak bisa membantu banyak. Dalam keadaan seperti ini aku bukan lah apa-apa." Cloza berkata dengan nada amat menyayat hati untuk sang pendengar. Sedangkan Azer terbungkam, Ivory dan Sacha yang sudah ada di dekat sana terdiam lalu menghela napas. 

"Labirin ini tercipta karena seorang pemilik kekuatan. Setiap manusia biasa masuk ke dalam maka jiwa mereka akan terambil jika seorang pemilik kekuatan maka jiwa mereka akan tetap berada di tempat dan hanya akan dikejar oleh monster." Ivory berkata datar. "Sepertinya labirin ini hanya terlihat jika seorang manusia sedang dalam keadaan super stres." 

"Maksudmu dalam keadaan dalam masalah, begitu maksudnya?" tanya Azer. "Asataga! Aku baru ingat jika terahkir kali aku bertemu dengan adikku, adikku dalam keadaan kacau! Astaga, aku tidak menyadarinya!" 

"Bahasa Jepangmu lancar juga ya?" Ivory bertanya datar. 

"Aku lahir di Jepang dan besar di London, aku juga belajar bahasa Jepang jadi bisa lancar." Azer membalas kesal. "Jadi untuk menghilangkan labirin ini, kita harus menemukan si pemilik kekuatan?" 

"Iya," desis Ivory, "aku bahkan tidak menetralkan semuanya secara langsung entah kenapa, sepertinya semakin banyak jiwa yang diserap maka semakin besar juga kekuatan labirin ini untuk menahan penetralanku." 

"Kalau begitu hanya satu cara," desis Cloza, ia berdiri lalu menghela napas, "kita harus menemuka si pemiliknya yang asli lalu membunuhnya." 

"Harus membunuh ya, Cloza?" 

"Kekuatannya sudah sedemikian besar, maka kita harus membunuhnya." 

"Itu bukan lah hal yang mustahil," gumam Ivory, "tapi lebih baik kamu tidak mengotori tanganmu hanya untuk membunuh seseorang, Cloza. Kita hanya perlu menetralkan kekuatannya, itu saja." 

Cloza terdiam lalu menyentuh kepalanya. "Maaf, aku... aku minta maaf, sepertinya emosiku memang tidak lah stabil saat ini. Jadi ayo kita cari saja--"

"Aku sudah menemukannya, Cloza. Sedari awal aku kemari aku sudah menemukan siapa pemilik kekuatan ini." Ivory memotong cepat. "Tenang lah." 

Cloza mendongak lalu mengangguk. "Baiklah."

***

Ivory berjalan sambil menatap pada Cloza yang hanya diam dan berjalan begitu pelan. Ia ada di sebelah Cloza dan di sebelah Sacha yang hanya diam juga sedari tadi. Sedangkan Azer dan Fyna ada di belakang Ivory, Sacha, dan Cloza.

"Wajahmu terlalu ditekuk, Cloza." Azer berbicara dengan nada super malas. "Jangan buat wajahmu seperti anak bodoh, jadi lah dirimu yang biasanya."

"Yang biasanya bagaimana?" tanya Cloza malas, wajanya masih datar seperti biasanya tapi terlihat begitu banyak pikiran saat ini. "Kita harus segera menyelesaikan masalah ini dan omong-omong, kalian berdua kemari naik apa?" 

GAVONOR (DIBERHENTIKAN)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin