1

687 71 5
                                    

"Wow," gumam Cloza pelan saat melihat Distro, "mau apa kau, Distro?"

Distro Aergon, seorang anak laki-laki seumuran dengan Cloza dan sepertinya sangat membenci Cloza hanya karena Cloza selalu berhasil mendapatkan juara satu di kelasnya. Itu bukan masalah berat bagi Cloza mengingat tingkat kepintaran di atas rata-rata. Bahkan Cloza tidak perlu belajar bisa mendapat bagus. Bisa dibilang mata biru lautnya itu adalah sumber kepintarannya. Tetapi Cloza tidak pernah mengakui bahwa mata itu yang membuatnya pintar.

"Sialan!" Distro berteriak amat keras. Distro mundur beberapa langkah lalu menatap tajam ke arah Distro.

Cloza yakin jika ia melawan Distro mungkin saja ia bisa kalah. Sebab Distro punya sebuah kemampuan yang jarang ditemukan oleh banyak orang. Kemampuan Distro adalah kecepatan, bisa saja Distro membuat Cloza pusing karena kecepatan Distro.

Tapi Cloza tidak bodoh, dia punya banyak taktik untuk mengalahkan siapaun yang menghalanginya. Laki-laki berusia 15 tahun itu memutar bola mata lalu menghela napas pelan.

"Jadi apa masalahmu?"

"Masalahku?! Masalahku adalah kau!" Distro berteriak keras lau melesat cepat ke arah Cloza yang langsung berdecak malas lalu menggunakan skateboardnya berlari kencang ,menghindari. Ia mengambil besi berkarat lalu menatap ke arah besi itu dan besi itu berubah menjadi pistol. Ia mengarahkan pistol itu lalu menembaknya. Seketika itu juga tubuh Distro meluruh ke tanah dan tertidur.

"Merepotkan, masih untung aku masih ingat desain pistol tidurku yang ada di lab bawah tanah," gumam Cloza lalu berjalan menjauh dari sana dan mempercepat laju skateboardnya. Ia segera menuju ke rumah Korega dan sedikit membersihkan kotoran di pakaiannya.

***

Cloza mengetuk pintu rumah Korega berkali-kali hingga pintu itu ahkirnya terbuka dan menampilkan wajah Kuro--anak laki-laki Korega. Kuro berusia lebih tua satu tahun dari Cloza. I memiliki kemampuan khusus mengendalikan es.

"Eh? Cloza? Ada apa kau kemari?" tanya Kuro datar. Wajahnya tampak seperti orang mengantuk, sepertinya Kuro habis bangun tidur.

"Aku ingin bertemu dengan ayahmu," ujar Cloza.

"Oh? Dia ada di ruang bawah tanh, tahu bukan? Aku tidak bisa mengantarkanmu, aku harus menyelesaikan pekerjaanku terlebih dahulu," ujar Kuro.

"Iya, tenang saja," jawab Cloza, "aku tahu jalan menuju ke sana."

Cloza masuk ke dalam rumah dengan santai. Ia berjalan menuju ke bagian terdalam rumah milik Korega. Ia sampai di depan sebuah tembok polos, ia menyentuh salah satu dinding lalu secara tiba-tiba dinding itu terbuka. Muncul sebuah tangga yang menunjukkan tangga ke bawah.

Cloza turun dan masuklah ia ke dalam lab bawah tanah milik Korega. Setelah ia sampai, Cloza melihat Korega sedang melakukan sesuatu.

"Sedang apa kau?"

Korega mendongak lalu tersenyum senang. "Cloza! Kau datang kemari? Mengapa tak memberitahuku dulu." Wajah riang Korega membuat Cloza terdiam. "Untuk apa kau kemari? Ada masalah?"

"Untuk meminta maaf."

"Maksudnya?"

"Aku ingin meminta maaf karena sudah berkata kasar," gumam Cloza pelan.

Korega terkekeh. "Tidak apa-apa, aku lupa jika kamu orang yang tak mau dipaksa. Maaf."

"Terserah," desis Cloza, "omong-omong sebenarnya apa yang sekolah butuhkan dariku?"

"Kekuatan ilmu teknologi milikmu." Korega menjawab, "mereka membutuhkan itu untuk penelitian."

"Aku tak suka dengan penelitian," desis Cloza malas.

GAVONOR (DIBERHENTIKAN)Where stories live. Discover now