19

274 40 1
                                    

Cloza memasukkan beberapa barang aneh yang bahkan namanya saja, Relice tidak tahu. Menurutnya sangat aneh, untuk apa Cloza membeli piring-piring dengan bentuk aneh seperti pisang, lalu Cloza juga membeli banyak besi berukuran besar, serta beberapa barang lainnya.

Relice hanya mengikuti dengan wajah kebingungan lalu menghembuskan napas pelan sambil menatap Cloza aneh. "Anu, Cloza... untuk apa kamu membeli banyak barang itu?"

Cloza terdiam lalu berpikir sebentar, berusaha merangkai kata untuk menjelaskan yang ingin ia katakan. Tapi yang keluar dari mulut Cloza justru kata-kata singkat dan membuat Cloza tampak kebingungan.

"Untuk eksperimen, itu saja."

"Ek-eksperimen? K-kamu mau membuat eksperimen apa?" Gadis itu bertanya sambil berkacak pinggang dengan wajah bingung.

Cloza hanya diam lalu berjalan menuju ke kasir. Merogoh ke saku mantelnya lalu menariknya kembali dengan sebuah kartu hitam. Bertuliskan sebuah tulisan putih dengan huruf 'G'. Sedangkan yang seorang wanita yang ada di kasir itu terbelalak lalu menerima kartu itu.

"Semuanya sudah diperiksa kan?" Cloza bertanya datar sambil menatap ke arah banyaknya kantong plastik yang ada.

"Sudah semuanya," jawab wanita dengan nama Isty itu.

Isty memasukkan kartu hitam itu ke dalam sebuah kotak abu-abu, lalu suara klik terdengar. Isty mengambik kartu itu lalu memberikannya kepada Cloza.

"Sudah tuan."

Cloza hanya mengangguk lalu segera menyentuh jemari Relice dan membawanya keluar. Banyak anak-anak yang di daerah Tokyo itu terpesona dengan Cloza.

Sebenarnya Cloza hanya menggunakan topi hitam, mantel hitam, dan celana selutut. Tapi sepertinya semua mudah tergoda dengan wajah tampan Cloza.

"Mau langsung kembali ke asrama?" Relice bertanya pelan.

Cloza terdiam. "Mungki--"

"Oh! Cloza, Relice!"

Keduanya menoleh dan mendapati Ivory dan Sacha yang tersenyum ke arahnya dengan sebuah cengiran khas. Keduanya tersenyum dan menatap Cloza serta Relice.

"Ah! Kalian berdua kenapa tidak kembali ke asrama?!" Relice membentak kesal sambil berkacak pinggang dengan wajah sebal. Dengan salah satu tangan yang bebas, ia menunjuk ke arah Ivory dan Sacha yang hanya mendengus karena ditunjuk oleh seorang gadis.

"Maaf-maaf, tadi aku sedang ada di cafe," ujar Ivory berkata pelan. "Aku keluar saat aku melihat kalian berdua juga keluar dari toko ini. Omong-omong sedang apa kalian? Sudah hampir sore nih, mau makan malam bersama?"

"Memang boleh makan malam di luar asrama?"

"Boleh," ujar Sacha datar, "soalnya malam ini akan banyak guru pergi dari asrama. Aku menerima kabar lewat sekolah bahwa sekolag akan sangat lama diliburkan. Dan beberapa anak yang memiliki talenta besar sedang ikut pergi menuju ke pusat kota Tokyo. Pusat dari seluruh data kekuatan."

Relice terdiam lalu memandang lesu ke arah lain, Cloza hanya diam lalu menghembuskan napas pelan. Ia segera meminta tolong Ivory untuk membawakan salah satu bawannya dan Cloza bisa dengan mudah terus menggandeng Relice tanpa perlu merasa keberatan.

"Lebih baik kita makan malam," ujar Cloza datar, "sambil membicarakan masalah di sekolah. Bukannya lebih enak berbicara sambil duduk."

"Oke," ujar Ivory, "omong-omong, lebih baik kamu meletakkan barang bawaanmu di kamar dulu. Lewat pintu dimensi saja, biar cepat."

Cloza mengangguk lalu pergi selama sepuluh menit lewat pintu dimensi. Kembali lagi dengan sebuah mantel biru terang. Ia memberikan mantel itu kepada Relice.

GAVONOR (DIBERHENTIKAN)Where stories live. Discover now