20

317 40 5
                                    

Ini sudah hampir seminggu semenjak Flexion pergi dan sampai sekarang juga tak pernah kembali ataupun menampakan batang hidungnya. Keadaan begitu hening, Relice hanya makan dalam diam. Dia begitu murung hari ini.

Dua koper bewarna biru dan jingga ada di bagian sofa, dua koper itu adalah kepunyaan Ivory dan Sacha. Keduanya akan pergi menjalankan misi sebagai utusan dari Jepang. Mereka akan menuju ke Jerman untuk meminta kerja sama, lebih tepatnya melakukan kerja sama untuk menyelamatkan dunia dari cengkraman Wistrame yang juga sekarang menjadi penguasa Amerika.

Kelima anak yang tersisa adalah Cloza, Torto, Relice, Ivory, dan Sacha. Tapi karena Ivory dan Sacha akan pergi sebagai utusan Jepang menuju ke Jerman. Jadilah Cloza yang akan mengambil alih, dia akan memimpin teman satu kelompoknya.

Walau sekolah tetap diliburkan dan banyaknya anak-anak yang dikirim keluar untuk menjadi utusan. Tetap saja masalah clatwog tidak kunjung usai. Cloza sendiri ahkir-ahkir ini sering pergi sendirian dan bertemu dengan clatwog dengan level tinggi. Untungnya Cloza berhasil meringkus dan membuat para clatwog dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah.

Resiko tinggi sebenarnya bagi Cloza yang mata kananya seringkali sakit. Tapi bagi Relice yang mendapat kabar dari kakak saja tidak, juga ayahnya seperti tidak peduli. Gadis itu sering bertanya pada ayahnya beberapa hari ini. Tapi hasilnya nihil. Bahkan ayahnya sendiri tidak tahu keberadaan sang kakak.

"Baiklah, selama aku dan Sacha pergi kalian jangan membuat masalah. Sebaiknya kalian terus berjaga diri, oh iya satu lagi. Cloza jaga Relice ya, itu tugasmu." Ivory seakan-akan mengingatkan tugas penting dari Flexion saat itu kepadanya.

Cloza hanya diam lalu mendengus malas. "Aku tahu, dasar tolol."

"Kata-katamu terlalu menyakitkan, Cloza." Ivory meringis kesal. "Omong-omong Torto, kamu banyak diam ahkir-ahkir ini, ada apa denganmu?"

Torto mengerjap lalu hanya tertawa. "Ah, tidak apa-apa kok... aku hanya merasa lelah. Aku ke kamar dulu ya, aku mau beristirahat dulu."

Cloza hanya melirik datar lalu menaikkan salah satu alisnya menyadari ada yang aneh dengan Torto ahkir-ahkir ini. Laki-laki itu sering melamun, bahkan Relice pernah melihat Torto sedang bengong dan tampak sangat berpikir keras. Gadis itu sampai menampar pipi Torto supaya sadar. Cloza, Ivory, dan Sacha saja sampai kaget saat mendengar tamparan keras dari Relice kepada pipi Torto.

"Dia ahkir-ahkir ini seperti seorang mayat hidup." Relice menggumam lalu berdiri dan mengambil gelas. Gadis segera menuangkan air dari gelas besar ke gelasnya yang lebih kecil. Ia menegak air itu hingga tandas. "Ada apa ya dengannya? Rasanya ada yang aneh saja."

Cloza mendesah pelan merasa lelah dengan semuanya. "Jangan pikirkan tentang Torto, dia mungkin sedang setres."

"Kata-katamu terlalu tajam," desis Sacha kesal dan menatap Cloza dengan tatapan mencela. "Ya-ya, aku taju aku terlalu tajam, tidak perlu memujiku."

"Hei! Aku tidak sedang memujimu."

"Kalau kamu tidak cepat, akan tertinggal kereta loh." Cloza berkata santai sambil menarik Relice ke dekatnya dan mengambil gelas gadis itu. "Kau mengambil gelasku Elice, apa kamu tidak lihat namanya?"

Relice terdiam lalu menatap cermat ke arah gelas yang dipegang oleh Cloza. Matanya menyipit lalu terbelalak ada nama Cloza di sana. Wajahnya memerah dan agak salah tingkah.

"Ah... maafkan aku Oza, aku tidak terlalu memerhatikannya." Relice berkata pelan lalu menatap ke arah Cloza dengan rasa tak enak.

Wajah gadis itu terlalu memerah, sedangkan Cloza hanya diam lalu tersenyum kecil. Ia merenungkuh bahu Relice ke dekatnya.

GAVONOR (DIBERHENTIKAN)Where stories live. Discover now