24

231 30 0
                                    

Cloza menghela napas dan menatap dari jauh teman-temannya yang sedang bersama dengan kelompok Azer. Relice yang sedari tadi berteriak kesal, Soila yang malu-malu, Torto yang aneh dan riang, serta Glarosh yang dulu pernah menantangnya, entahlah tentang Kalvin. Ia tidak tahu soal hal itu.

"Kamu serius tentang hal ini?" Azer melipat tangannya di depan dada dan menatap temannya itu dari dekat. "Kamu mau membuat mereka pingsan dan masuk dunia mimpi dengan kekuatan Fyna?"

"Iya." Cloza berkata datar, "tapi aku yakin ada sebuah keajaiban lainnya."

"Apa maksudmu?" Azer bekata bingung, "kamu--"

"Lupakan." Cloza berkata datar, "cepatlah lakukan, aku hanya ingin sedikit saja yang terlibat, ini terlalu sulit. Kalau memang benar musuh kita adalah sosok yang tidak bisa kita lihat, maka itu hanya akan membuatku sulit untuk melindungi mereka."

"Hohh... hanya karena aku tahu rahasiamu, kamu jadi memimtaku, ya?" Azer berkata kesal sambil menarik Fyna dalam pelukannya. Ia tertawa kecil lalu mengecup bahu gadis itu, ia mulai membuka mulutnya lalu menggigit pundak gadis itu.

Darah Fyna menetes, gadis itu merintih kecil lalu sebuah sulur aneh merambat melalui darah itu dan menyebar menjadi asap tidur. Secara tiba-tiba mereka yang ada di ruangan itu tertidur dan sepertinya sedang bermimpi.

Azer terdiam sebentar lalu mengerjap pelan. Saat ia hendak berbicara, Fyna menyentuh ujung baju Azer.

Azer menatap ke arah Fyna. "Ada apa?"

Fyna mengerjap. "Sepertinya ada yang aneh dengan orang itu, dia bukan manusia."

Azer menatap ke arah sosok yang ditunjuk oleh Fyna. Seorang dengan postur tinggi sedang terdiam lalu berpura-pura tidur alias tidak sadarkan diri. Azer terdiam lalu menatap Cloza yang hanya menatap datar dan menyeringai.

"Kamu... melihatnya?" Azer berkata.

"Lihat, dari awal aku tahu kalau dia bukan manusia. Hanya saja aku tidak mau bilang, ada sesuatu yang harus aku ketahui darinya, tapi tidak sekarang."

"Oh... kalau begitu pergi sekarang?"

Cloza segera mengangguk dan menghilang bersama dengan Azer yang menyentuh bahunya bersama dengan Fyna. Mereka pergi tanpa tahu bahwa ada tiga orang yang masih sadar dan sedang berusaha mengerjap dan menatap ke arah sekeliling mereka.

***

"Ini tempatnya?" Cloza bergumam, "kamu yakin?" 

"Cih," decak Azer kesal, "kamu tidak diberi tahu oleh si Ralgo-Ralgo itu?"

"Hm... hanya diberi peta labirinnya." Cloza menjawab datar. "Memangnya benar di sini ya?"

"Benar." Fyna menjawab. "Aku bisa melihatnya." Fyna berkata. "Itu di sana, ada labirin besar." Fyna menunjuk ke satu titik.

Azer menatap ke arah di mana Fyna menunjuk, tapi tidak ada apa-apa di sana. Lalu lelaki itu beralih ke arah Cloza yang melepas penutup matanya dan menatap ke satu titik itu.

"Oh... bangunan yang besar itu ya?" Cloza bergumam. "Benar, kan?"

"Hm!"

"Hei! Aku tidak bisa lihat tahu!" Azer berkata kesal. "Hah... menyebalkan!" Azer berteriak kesal sendiri. Lelaki berambut biru itu mengerucutkan bibirnya kesal sendiri.

"Kamu mau lihat?" Cloza bertanya datar. "Yakin? Kamu tidak takut hantu? Di sekitaku banyak banget hantu soalnya, nanti kamu lari." Cloza berkata dengan nada aneh.

Azer menelan salivahnya susah payah lalu menghela napas. "Ya! A-aku mau lihat!"

Cloza menatap datar sambil menutup salah satu matanya, mata merahnya. Ia menutupnya karena, jika saja Azer menatapnya dalam sekali tatap maka hanya akan menjadi masalah besar .

GAVONOR (DIBERHENTIKAN)Where stories live. Discover now