17. The Fifth Man

7.7K 961 172
                                    

17.

The Fifth Man

Kemarahan Rion tidak terbendung. Jari-jarinya gemetar hebat melihat bekas cekikan yang menghitam di leher Alfie.

Seseorang baru saja mencoba menyakitinya. Dia tidak terima. Rion akan membunuh siapapun yang menyakiti mate-nya.

"Kau yakin kalau kau tidak mengenalnya?" tanya Rion lagi, kesekian kalinya.

Alfie mengangguk. "Aku tidak pernah melihatnya. Tapi aku yakin kalu dia seorang Demon." Bekas cekikan itu masih membakar kulitnya. Alfie tidak mengerti mengapa luka itu tidak juga sembuh.

Rion mengerutkan dahi, menotol-notolkan kapas basah ke leher Alfie. "Namun, seluruh Demon sedang tertidur. Hanya Erson dan Arzha saja yang bangun." Dia ingat benar perkataan Erson. Juga, tidak mungkin Erson dan Arzha melakukan sesuatu pada Alfie. Biar bagaimanapun, mereka berdua tahu kalau Alfie adalah mate-nya.

"Aku juga tidak mengerti."

"Aku akan bertanya pada mereka. Mungkin saja mereka kenal." Rion memeluk Alfie, menghela napas saat menghirup bau mate-nya yang menenangkan. Ketika mengetahui bahwa Alfie tidak ada di sampingnya tadi, jantungnya nyaris berhenti berdetak. Bukan itu saja, serigalanya juga gelisah sedari tadi.

Tedengar ketukan lagi di pintu. Kali ini, Alfie menengang. Dia sama sekali tidak berani membuka pintu. Rion seakan menyadari ketakutan darinya.

"Tunggu di sini." Pria itu mengecup dahinya.

Alfie melihat punggung Rion yang menjauh. Perlahan, jemarinya naik ke leher, menyentuh bekas cekikan yang masih terasa panas di kulitnya. Pria itu, Quon, sempat menyebut-nyebut soal Rein. Dia mencari Rein, atau seseorang yang memiliki hubungan dengannya.

"Namun lelaki kelima akan menggiringmu pada kematian..."

Tiba-tiba dia ingat perkataan Elfred.

"...kau sudah bertemu keempatnya, yang tersisa adalah lelaki terakhir..."

Mungkinkah, lelaki kelima yang diramalkan oleh Elfred adalah Quon? Alfie menggigit bibir tidak tenang. Tiba-tiba merasa khawatir.

"Alfie!"

Suara Xien terdengar mengguntur. Lalu tidak lama, pria itu muncul dari balik pintu setelah mendorong Rion. Di belakang menyusul Frix, Arzha dan Erson.

Mata Xien membulat melihat bekas cekikan di leher Alfie. Alfie bisa melihat tubuh pria itu gemetar menahan amarah. Matanya menguning. Lalu, tidak lama dia berbalik, menuju Rion, dan meninjunya.

"Dad!" Alfie memegang lengan Xien. "Apa yang kau lakukan?"

Xien menggeram, "Kau berjanji akan melindunginya! Tapi hanya dalam waktu beberapa hari kau melanggar janji!"

Rion tidak mengatakan apa-apa. Tinju yang diberikan Xien terasa layak. Pria itu benar. Dia melanggar janji. Bahkan serigalanya tidak mengatakan apapun dan malah mendengking malu dengan ekor di antara kedua kaki.

"Ini bukan salah Rion." Alfie berdiri di antara Rion dan Xien, mendorong tubuh Xien menjauh dari mate-nya. "Aku yang salah. Aku yang lengah. Rion tidak ada saat itu."

"Dan itulah kesalahannya!" Xien membalas dan serigalanya mengangguk setuju. "Dia seharusnya berada di sampingmu saat kau membutuhkannya!"

Arzha memutar bola mata dan bergumam, "Walaupun Rion ada di tempat kejadian, dia tidak akan bisa berbuat apapun. Lawannya adalah seorang Demon."

Xien memberikan lirikan berbahaya padanya.

Erson menempeleng kepala puteranya. Yang kemudian merengut sebal karena pukulannya sama sekali tidak lemah. 

Alpha AddictedNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ