My Perfect Brother (GreBeb)

550 45 7
                                    

Tampak seorang gadis masih dengan seragam sekolahnya berjalan menuju gerbang sekolah, padahal semua murid sudah pulang sejak tiga jam yang lalu.

"Tidak pulang lagi Shania?" gadis itu mengangguk pelan.
Meski gadis itu menggunakan masker, tapi penjaga perpustakaan sekolah itu tetap bisa mengenalinya. Ia bahkan sengaja menunggu di dekat gerbang untuk menjemput kedatangan gadis bernama lengkap Shania Gracia.

Dulu, Pak Damar pernah betanya pada Gracia. Kenapa gadis itu sering tidak berani pulang ke rumahnya sendiri? Dan gadis itu hanya menjawab, 'Sedang terjadi sesuatu dirumah, jadi saya belum bisa untuk masuk ke rumah'.  Dan jika Pak Damar kembali bertanya lebih dalam lagi, Gracia hanya akan diam tanpa ingin membuka suaranya.

"Ya sudah, ayo masuk. Nanti kalau ditanya sama penjaga yang lewat, bilang aja lagi bantuin saya nyari bahan ya?" Ucap Pak Damar.

"Terimakasih Pak" Jawab gadis bernama Gracia itu.

"Silahkan kamu pakai, bapak mau ke UKS dulu"

"Iya, Pak. Terimakasih"

Setelah memperbaiki letak kursi, Gracia duduk di depan komputer dan mulai mengetikkan nama seseorang di kolom pencarian.
Gracia tersenyum ketika ia berhasil menemukan berita tentang idolanya.
Ia hanya mendengar cerita dari teman-temannya jika Boy Chaesar, penulis muda terkenal itu akan mengupload video di channel youtube nya untuk mempromosikan buku barunya.
Dan Gracia ingin melihatnya.

Pak Damar kembali dengan membawa beberapa obat ditangannya.

"Di obtain dulu" Ucap Pak Damar.

"Bentar Pak, Ini udah masuk sesi Promosinya. Saya Cuma mau tau buku baru yang ditulis sama idola saya" Jawab Gracia. Setelah itu, matanya kembali menatap layar komputer di hadapannya.

Pak Damar menggelengkan kepalanya. Sudah cukup lama ia mengenal Gracia, anak itu sangat tertutup tentang kehidupan pribadinya yang sangat mengundang tanya.
Ia sendiri mengenal Gracia karena anak itu adalah satu-satunya Siswi yang tidak perna absen dari buku daftar hadir di perpustakaan, tidak pernah membuat masalah, bahkan ia tidak pernah keluar dari peringkat 3 besar.

"Sudah pernah ketemu sama Idola mu itu?" Tanya Pak Damar.

"Saya belum pernah ketemu sama idola saya. Lagian, orang kayak saya, mana mungkin punya kesempatan untuk ketemu sama orang terkenal seperti dia." Ucap Gracia.

"Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini." 

Gracia tidak menjawab. Ia hanya diam dan kembali menatap ke layar komputer. Ia juga ingin bisa bertemu dengan idolanya, namun tidak dengan keadaan yang seperti sekarang ini.

"Itulah alasan kenapa gue sangat bersemangat nulis buku ini. Gue mau semua wanita mendapatkan hak nya. Karena itu cover nya juga gini. Jujur gue capek denger wanita ditindas sama laki-laki. Sekali lagi, gue tegasin untuk kalian para wanita di luar sana. Kalian punya hak untuk bahagia dan kalian gak boleh nyerah, gak boleh jadi orang yang pasrah. Itu aja dari gue, semoga kalian semua suka dengan novel baru ini, sampai ketemu lagi."

Gracia mencerna semua yang idolanya ucapkan. Dan semua yang dia katakan itu benar, hanya saja, Gracia tidak memiliki cukup kekuatan dan keberanian untuk menjemput kebahagiaannya.

"Terimakasih Pak, saya permisi dulu" Pamit Gracia, ia kembali menggunakan masker untuk menutupi wajahnya.

"Loh, luka kamu bagaimana?"

"Saya bisa mengobatinya nanti setelah dirumah. Sekali lagi, terimakasih banyak Pak." Gracia sedikit membungkukan badannya sebagai tanda ia berterima kasih.

"Ya sudah, hati-hati dijalan. Bapak tidak bisa mengantarkan kamu ke depan, tapi tadi bapak sudah bilang sama penjaga juga untuk membukakan pintu gerbang untuk kamu."

OneshotDär berättelser lever. Upptäck nu