BAB 1

353 102 57
                                    

Seperti hari-hari sebelumnya, Siena selalu merasa bahwa waktu berjalan begitu lambat. Seperti pagi ini, waktu baru saja menunjukkan pukul sepuluh dan Siena merasa bahwa ia telah duduk di kursinya selama berjam-jam.

Layar komputer di hadapannya menyala dan menampilkan laman microsoft word di mana beberapa grafik dan tabel membingungkan terpampang di sana.

Sudah hampir dua jam Siena duduk di balik kubikel membosankan ini dan mempelajari berkas yang tak kalah membosankan.

Fira, teman satu divisinya, menyodorkan sekotak kue coklat yang hanya dilirik sekilas oleh Siena.

"Belum selesai juga?" tanya Fira.

"Belum," jawab Siena. Tangannya bergerak untuk menggeser mouse dan mengklik beberapa kali. "Gue jamin gue bakalan duduk di sini sampai jam makan siang."

"Simpan dulu lah," ujar Fira, terkekeh. "Palingan lo dipelototin aja sama Nyi Roro."

Siena mendengus geli mendengar itu. Room Division Manager, Mariam, terkenal dengan sifat otoriternya. Sekalinya ia memerintah, ia baru akan melepaskan orang tersebut hanya jika pekerjaannya selesai. Tidak heran ia mendapati berbagai macam julukan dari bawahannya, seperti Nyi Roro atau Gagak.

"Eh, lo berdua." Yurna berdiri bersedekap di depan kubikel Siena. "Gue barusan dengar kalau Pak Daffa mau tunangan."

Kalimat itu berhasil membuat Fira mendongak dari layar ponselnya. Siena hanya terdiam beberapa saat namun kembali mengetik seolah tidak mendengar apa-apa. Hanya Fira yang bereaksi.

"Serius lo?" tanyanya sembari melirik Siena. "Dengar dari siapa? Hoax pasti."

"Ish.. bener!" Yurna melotot tidak terima. "Tadi gue lihat tunangannya ke sini. Palingan lagi berduaan di ruangannya."

Fira mulai bergerak tidak nyaman, "Oh.. ya udah."

"Kok, ya, udah doang?" Yurna melotot lagi. "Ini itu berita besar! Pak Daffa yang katanya gak pernah dekat sama siapapun, tiba-tiba kedatangan cewek ke kantor dan katanya itu tunangannya!"

Sebelum Fira menjawab, Siena melepas mouse dan mendongak pada Yurna. "Bisa gak sekali aja lo berhenti gosip di sini? Apalagi kalau orang lain lagi kerja? Kerjaan lo aja belum kelar. Mau kena damprat dari Bu Mariam?"

"Kok?" Yurna menatap Siena dengan bingung, "Jadi marah, sih? Gue, kan, cuma ngomong-"

"Udah, udah." Fira buru-buru menyela, "Mendingan lo balik ke meja lo aja, Yur. Benar juga kata Siena. Entar ketahuan Nyi Roro, kan, bahaya juga."

Yurna masih menatap Siena dengan emosi sebelum mengibaskan rambut dan berlalu ke mejanya.

Siena tahu bahwa saat ini Fira sedang ingin mengajukan pertanyaan. "Gue juga gak tahu." Siena menyela lebih dulu sebelum pertanyaan yang ada di kepala Fira terlontar.

Fira duduk kembali, "Jangan dipikirin," ujarnya pada akhirnya.

"Tenang aja," jawabnya tanpa mengalihkan tatapannya dari layar monitor, "gue lagi pengen kerja aja sekarang. Jadi jangan ganggu dulu."

Fira mengerti dan ia berhenti bertanya lagi. Selama dua jam ke depan, Siena mencoba menghabiskan pekerjaannya dengan cepat agar bisa turun ke kafetaria untuk mengisi perut kosongnya.

Hidden MarriageWhere stories live. Discover now