Twenty-five

8K 884 245
                                    





Tangan mungil itu di gunakan untuk menopang kepalanya, menatap Jaehyun yang masih setia menutup matanya. Wajahnya terlihat sangat pucat, tak ada luka sedikitpun yang mengores wajahnya. Tapi kenapa dia masih belum juga bangun. Apa yang salah dengan dirinya?

Ini sudah terhitung 2 hari sejak Jaehyun kecelakaan, dan selama 2 hari ini Taeyong tidak pernah pergi dari sisi Jaehyun. Dia selalu berada di ruangan Jaehyun.

"Kau tidak bosan tidur terus? Kau tidak merindukanku? Hmm?" jari telunjuknya di gunakan untuk menyentuh wajah Jaehyun, dengan iseng dia menusuk-nusuk wajah Jaehyun

"Maafkan aku, aku tidak jujur padamu. Aku hanya takut kau tidak menginginkan kehadirannya. Aku takut kau akan membenciku. Apa kau marah gara-gara itu? Jaehyunie, bangun. Aku merindukanmu, sangat."

Kepalanya menunduk, menenggelamkan wajahnya di tepi ranjang Jaehyun, hatinya terasa sangat sakit. Setiap detik dia selalu terbayang akan hal buruk terjadi pada dirinya. Dia selalu merasa khawatir dengan apa yang akan terjadi nantinya.

"Ku mohon, jangan pergi, hiks"

Airmatapun lolos keluar dari matanya. Berusaha sekuat apapun, setenang apapun, nyatanya tidak mampu Taeyong lakukan. Dirinya tidaklah sekuat yang dia bayangkan.

Taeyong segera menghapus airmatanya saat mendengar seseorang masuk ke dalam ruangan Jaehyun.

"Taeyongie~"

Tanpa menolehpun Taeyong tau siapa orang yang berada di belakangnya. Merasa jika sebuah tangan menyentuh pundaknya, membuat Taeyong hampir kembali menangis.

"Iya Ayah?"

"Jaehyun,," suara Yunho bergetar, dan Taeyong menyadari itu semua. Tangan yang tadi menyentuh pundaknya kini memeluk tubuh Taeyong erat. Yunho memberikan beberapa kecupan di kepala Taeyong, "Kelumpuhan otak, Jaehyun koma sayang,, dokter tidak tau kapan Jaehyun akan sadar"

Taeyong hanya memejamkan matanya. Rasa sakit kembali menjalar di hatinya. Namun tak ada airmata saat ini.

"Aku sudah bisa menebaknya ayah. Tidak mungkin Jaehyun baik-baik saja,"

Taeyong berdiri dari duduknya, membalikkan badan dan menghadap kearah Yunho. Dia berusaha untuk tersenyum. Berusaha untuk memberikan kekuatan pada ayahnya itu.

"Tapi aku yakin, dia akan baik-baik saja ayah. Jaehyun itu kuat. dia tidak lemah"

Yunho tersenyum, tangannya mengelus rambut Taeyong dan membawanya kedalam pelukannya. "Terimakasih sudah menjaga Jaehyun selama ini, mulai saat ini. fokuslah pada masa depanmu. Aku tidak ingin masa depanmu hancur hanya karena Jaehyun"

Taeyong mengerjapkan matanya, kata-kata Yunho membuat dia merasa bersalah. Fokus pada masa depan seperti apa yang Yunho inginkan jika masa depan Taeyong sudah tidak ada. Masa depannya sudah hancur sejak Jaehyun berada di rumah sakit.

"Lusa, Jaehyun akan di pindahkan ke rumah sakit di LA. Ibumu sudah mencari rumahsakit terbaik disana. Dia yang akan menjaga Jaehyun. Jadi kau jangan khawatir"

Tangan Taeyong terkuai lemas di samping tubuhnya, tidak lagi memeluk Yunho. Dia tidak tau perasaan apa yang sedang dia rasakan saat ini.

Jika Jaehyun pergi, dia akan sendiri. Lalu bagaimana dirinya akan menjalani hari-harinya dengan kondisi yang seperti ini.

"Ayah,"

Yunho melepaskan pelukannya, menatap wajah Taeyong. Dia merasa bersalah pada Taeyong karena harus membawa Jaehyun pergi darinya. Tapi inilah yang terbaik, fasilitas rumah sakit di LA jauh lebih baik daripada di sini.

Brother Complex (End)Where stories live. Discover now