Bagian 5||Nona Perindu

94 27 2
                                    

September 2019

"Kamu masih menyimpan hadiah dari Lannov?"

"Tidak."

Jangan salah paham. Sira tidak membuang pemberian dari Lannov hanya karena sahabatnya berubah menjadi orang yang tidak dikenalinya. Hadiah itu Sira simpan dengan sangat baik. Namun, dia lalai dalam menjaganya.

Hadiah itu menghilang dari hidup Sira, karena mama membuangnya. Mama Sira menganggap hadiah itu adalah sampah. Mama tidak suka melihat rumah dihiasi dengan barang yang tidak jelas.

Itu bukan salah mama. Seharusnya Sira mengatakan kepada mama jika hadiah itu adalah harta yang paling berharga pada saat itu.

Sira menggantung burung origami itu di jendela ruang tamu. Kata mama, benda itu merusak pemandangan, serta mengganggu penglihatan. Akhirnya tanpa sepengetahuan Sira, mama membakar hadiah itu bersamaan dengan sampah rumah tangga yang lainnya.

"Aku pikir kamu akan menyimpan hadiah itu hingga kertasnya menua, hancur dengan sendirinya dimakan oleh waktu," ujar Nicky.

Itu adalah harapan Sira terhadap hadiah itu. Namun, kobaran api telah memusnahkan harapannya.

"Mama menganggap hadiah itu sampah, lalu membakarnya."

Nicky merasa bersalah. Tidak seharusnya dia bertanya tentang hadiah itu. "Baiklah, lupakan hadiah itu. Sekarang, bagian kenangan apa yang akan kamu ceritakan?"

"Sesuatu yang tidak terlalu penting." Sira merutuki dirinya yang berbohong. Bagian kenangan selanjutnya merupakan salah satu kenangan yang Sira ingin lupakan, tetapi selalu berputar di kepala seperti kaset rusak.

"Kalau begitu lanjutkan saja ke bagian kenangan selanjutnya."

"Jangan. Kita tidak boleh melewatkan hal sekecil apa pun. Kita tidak pernah tahu, kejadian mana yang akan membuat kita merindu."

"Baiklah, Nona Perindu. Apakah kita bisa melanjutkan perjalanan masa lalu ini?"

"Siap laksanakan, Tuan." Sira menegakkan tubuhnya, lalu hormat. Nicky mendengus melihat tingkah Sira.

***

Maret 2009

Sebenarnya, meskipun Sira dan Lannov tidak tinggal di daerah yang sama. Mereka masih bisa bertemu di sekolah. Kelas Sira dan Lannov bersebelahan. Sedangkan Lannov dan Didi, mereka satu kelas.

Terkadang Sira menghampiri kelas Lannov untuk mengajak sahabatnya itu bermain. Namun, rasanya berbeda saat bermain di rumah. Mereka dibatasi oleh waktu. Lannov tidak bisa terlalu lama bermain dengan Sira di sekolah. Sira pun begitu.

Mereka memiliki dunia tersendiri saat di sekolah. Sira dan Lannov memiliki teman lain di masing-masing kelas mereka.

Setelah pindah rumah beberapa minggu, Lannov datang ke rumah Sira bersama Didi dan kak Amanda. Mereka datang untuk mengajak Sira bermain sepeda. Sira senang sekali mereka datang mengunjunginya. Namun, mama memusnahkan harapan Sira. Mama melarang Sira keluar rumah. Mama tidak suka Sira keluyuran.

Kejadian seperti itu juga pernah terjadi saat Sira masih di rumah yang lama. Waktu itu sedang bulan ramadan. Anak-anak kompleks keluar rumah setelah berbuka puasa.
Bermain kembang api dan petak umpet.

Sira dan Didi datang ke rumah Lannov untuk mengajaknya bermain. Ibu Lannov keluar, mengatakan jika Lannov sudah tidur. Sira melihat Lannov mengintip dari balik tirai jendela kamarnya. Mereka berbicara melalui mata.

Lewat matanya, Lannov meminta maaf karena tidak bisa ikut bermain.

Sira sedih sekali. Malam itu adalah pertama kalinya dia diizinkan main di malam hari. Dia susah payah membujuk mama agar diperbolehkan.

Malam-malam sebelumnya, Lannov yang merasakan apa yang Sira rasakan saat itu. Lannov selalu datang ke rumah Sira mengajak bermain. Tetapi, Sira tidak diizinkan keluar.

Sekarang Sira tahu bagaimana rasanya jadi Lannov saat itu. Dia pasti sangat kecewa.

Sira dan Didi kembali bergabung dengan anak-anak yang lainnya. Mereka semua berkumpul di rumah kak Tika. Ketika Sira dan Didi datang, anak-anak itu duduk melingkar, sedang mendengarkan kak Amanda bercerita tentang hantu.

Mereka melebarkan lingkaran. Sira dan Didi langsung duduk di bagian lingkaran yang terbuka.

"Lannov mana?" Kak Amanda celingukan mencari keberadaan Lannov.

"Dia sudah tidur," sahut Didi.

"Lanjutkan ceritanya, Nda," seru Dino. Anak lelaki yang berkulit cokelat dengan rambut ikal.

"Rumah kosong di sebelah rumah kakak sudah kosong sejak kakak pindah ke kompleks ini." Kak Amanda melanjutkan ceritanya.

"Ibuku juga bilang begitu. Sejak dulu rumah itu kosong. Semua orang di sini hampir tidak mengetahui siapa yang punya rumah itu," sambung kak Tika. Anak pemilik rumah yang teras rumah dijadikan tempat bercerita mala mini.

Anak-anak kompleks sering main ke rumah kosong itu. Bermain rumah-rumahan. Perabotan di rumah itu masih lengkap. Seperti sofa, kasur dll. Akan tetapi, mereka tidak betah berlama-lama di sana. Suasana horor rumah itu begitu terasa. Ditambah lagi baunya yang menyengat.

●●●

Enjoy Gaes🖤🎆

Waktu Tak Pernah SalahWhere stories live. Discover now