Bagian 14||Menyuarakan Duka

184 27 1
                                    

Juni 2016

Sore hari selepas bangun tidur, Sira mendadak memikirkan Lannov. Dia capek berpura-pura tidak terjadi apa-apa di hadapan Lannov. Dia ingin Lannov tahu jika apa yang dilakukan pria itu salah. Sira adalah sahabatnya, tidak seharusnya Lannov bersikap acuh tak acuh padanya.

Sira meraih telepon pintarnya untuk menghubungi Lannov. Dia harus tahu alasan Lannov menjauhinya. Tentang apa-apa saja yang membuat Lannov mengabaikan kehadirannya. Seorang teman pernah berkata pada Sira, bahwa Sira harus menyelesaikan permasalahannya dengan Lannov, sesegera mungkin.

Sira mengirim sebuah pesan singkat kepada Lannov. Dia sempat berpikir berulang kali sebelum mengirimnya. Dia takut Lannov mengacuhkannya.

Berselang semenit, Lannov membalas pesan Sira.

[Iya, Sira.]

Mendapat balasan dari Lannov secepat itu, Sira bingung. Tangan dingin dan jantungnya berdegup kencang. Entah mengapa dia bisa merasakan hal aneh seperti itu.

"Besok, kamu punya waktu luang tidak? Aku mau berbicara secara langsung dengan kamu."

[Tentang apa?]

"Tentang semuanya. Semenjak kita bertemu lagi, kita tidak pernah bicara berdua. Banyak yang ingin aku tanyakan. Sebentar saja, tidak akan lama, kok."

[Oke, aku bisa.]

"Jangan ada teman kamu, ya." Berbicara berdua saja dengan Lannov pasti menegangkan. Apalagi jika ada temannya. Bisa-bisa aku tidak mampu bersuara.

[Iya.]

Sira tersenyum tipis melihat balasan Lannov. Balasan singkat itu, membuat Sira semakin merasa Lannov berubah. Dia bukan lagi pria yang dikenalinya beberapa tahun yang lalu.

Lalu, malam harinya Sira sulit sekali memejamkan mata. Sebenarnya dia tidak tahu apa yang harus dikatakan kepada Lannov. Sira berusaha menyusun kata dengan baik. Setelah berpisah bertahun-tahun, Sira tidak akan mengecawakan Lannov dengan gaya bicaranya besok. Bagaimanapun sikap Lannov selama ini padanya, Sira tidak bisa menutupi perasaannya. Dia tidak ingin Lannov kecewa dengan kekecewaan Sira terhadap pria itu.

Sira tiba di sekolah setengah jam sebelum jam masuk. Hari ini sekolah tidak berjalan seperti biasanya. Setelah menjalankan ujian akhir semester para siswa menyegarkan otak dengan kegiatan classmeeting. Pihak OSIS menyediakan beberapa lomba, seperti: futsal, voli, Tarik tambang, dll.

Saat masuk kelas, Sira melihat Kirani sedang menghapus papan tulis. Sira berjalan mendekati sahabatnya dengan senyum cerah. Kirani berbalik ketika mendengar langkah kaki mendekat. Mendapati Sira berdiri di belakangnya dengan senyum yang sedikit mencurigakan, Kirani lantas bertanya, "Kamu kenapa senyum-senyum seperti itu? Dapat duit di jalan?" kata Kirani dengan senyum mengejek.

"Hari ini aku akan bertemu dengan Lannov." Sira berbisik ke telinga Kirani.

Kirani tertawa pelan. "Kamu serius?"

Sira mengangguk sebagai jawaban.

"Semoga permasalahan di antara kalian selesai." Kirani menepuk punggung Sira berirama. Dia selalu mendoakan yang terbaik untuk sahabatnya itu.

Sira berjalan menuju bangkunya untuk meletakkan tas. Sedangkan, Kirani melanjutkan menghapus papan tulis.

Sira mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. Dia ingin memastikan apakah Lannov sudah tiba di sekolah atau belum. Namun, Lannov tidak membalas pesan Sira. Setelah dua jam, Sira kembali menghubungi Lannov. Tidak lama, Lannov membalasnya. Pria itu baru bangun tidur dan akan segera mandi. Sira menatap layar ponselnya dengan anggukan, lalu menyimpan ponsel itu di dalam tas.

Waktu Tak Pernah SalahWhere stories live. Discover now