9. One Step Closer

29.1K 2.9K 17
                                    

Begitu sampai di sekolah, aku langsung mencari Mindy. Sahabatku itu sudah menunggu bersama tiga teman perempuan kami yang lain.

Setelah saling melempar kode, menunggu sampai Kak Malik tak lagi mengawasi kami, barulah kami menyusun rencana.

"Lo keluar duluan, pake jaket gue. Entar gue pura-pura ke toilet dengan mereka ini. Pake jaket lo," bisik Mindy.

Aku mengangguk. Ketiga teman kami juga.

"Setelah itu lo ke mobil yang ada di belakang. Ini kunci, STNK dan ... eh lo bisa buka sendiri kan?" tanya Mindy lagi.

Aku mengangguk. "Tentu saja." 

"Setelah itu, lo tunggu aja! Sembunyi ya, jangan sampai Kak Malik liat elo," kata Mindy mengakhiri 'presentasi' rencananya.

Sungguh tak sabar menunggu waktunya tiba. Sudah lama aku tak mencoba melarikan diri, dan baru kali ini juga aku menyusun rencana pelarian bersama mereka. Menyenangkan juga punya teman.

Tepat pukul 10, saat istirahat pertama usai, Mindy keluar mengenakan jaket biruku bersama ketiga teman yang mengapitnya. Ia sengaja memakai jaket bertudung itu hingga menutupi kepala dan wajahnya. 

Sejauh ini rencana kami berhasil, begitu Mindy keluar kelas, Kak Malik pun segera mengikuti langkahnya. Setelah mereka agak jauh dan hampir berbelok di lorong, aku keluar mengenakan jaket hitam milik Mindy.

Karena tak ada tudungnya, aku meminjam topi hitam dan kacamata dari  teman-teman di kelas untuk menutupi wajahku.

Tanpa membawa tas, aku berhasil lolos dari pengawasan Kak Malik, juga para guru yang sedang piket.

Dengan tenang aku berjalan menuju pagar samping yang bisa kulompati tanpa kesulitan. Tasku memang masih di kelas, dan kata Mindy nanti mereka yang akan membawanya.

Setengah jam menanti di dalam mobil, aku mulai yakin bahwa cara ini benar-benar berhasil. Next aku juga akan melakukannya lagi.

Biar Papa memecat Kak Malik karena tak becus mengawalku. Aku lebih suka dijaga Om Doni dibanding Kak Malik yang kadang-kadang bossy. Enakan Om Doni yang tak terlalu mengekang saat menjaga. 

Harapanku makin nyata ketika melihat Mindy dan ketiga teman kami berlarian sambil tertawa-tawa di dekat pagar. Mereka lolos juga. Syukurlah.

Dengan gembira kubuka kaca mobil dan berdadah-dadah memanggil mereka. Mindy juga membalas lambaianku dengan penuh semangat dan terus berlari bergerak menuju mobil.

Tapi lama kelamaan tangan Mindy turun dan ia berhenti di tempat.

Ada apa?

Aku menatapnya bingung. Setelah Mindy berhenti, ketiga temanku juga berhenti berlari. Mereka memandangiku bengong.

Penasaran, aku pun keluar dari mobil. Hendak berteriak saat seseorang di belakang mobil berkata, "Suruh mereka buruan! Nanti ketahuan guru kalian."

Hampir jantungku lepas mendengar suara berat yang  terdengar tiba-tiba itu. Kak Malik sudah bersandar santai di mobil Mindy.

Saat tubuhku membeku, Kak Malik mendekati dan mengambil kunci yang sedang kupegang. Santai ia menggandeng tanganku dan membukakan pintu penumpang di belakang. Menutup pintunya dan menuju pintu pengemudi.

"Buruan! Nanti ketahuan!" teriak Kak Malik pada Mindy dan teman-temanku.

Sementara aku sudah bersandar lemas di dalam mobil. 

"Bagaimana Kak Malik bisa tahu sih?" tanya Mindy saat mobil yang akhirnya dikemudikan Kak Malik meluncur ke gedung bioskop di mal yang kami tuju. Mindy duduk di depan.

My Cool Bodyguard, Let Me Free! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang