Twenty-four

Mulai dari awal
                                    

Taeyong mengerutkan keningnya saat merasa jika perutnya sedikit sakit. Rasanya begitu menyakitkan hingga keringat mulai keluar.

"Ackkk,," suara Taeyong membuat semua orang disana mengalihkan perhatiannya.

"Tae, kau kenapa?" tanya Taehyung

"Kau pucat Tae, kita ke UKS ya. Aku akan membantumu" ucap Nayeon

Taeyong hanya bisa menganggukkan kepalanya. Dia butuh istirahat kali ini. Pikirannya yang kacau adalah pemicu rasa nyeri di perutnya.

Untung saja ruang Osis tidak terlalu jauh dari UKS, jadi Taeyong tidak berjalan lama. Nayeon membantu merebahkan tubuh Taeyong. ruang UKS sangat sepi, para penjaga sedang tidak ada. Untung saja Nayeon adalah ketua kesehatan, maka dari itu dia sudah sangat hapal tata letak UKS ini

"Aku ambilkan obat sebentar ya" Taeyong mengangguk, mencoba untuk bersandar.

"Kau itu kenapa sebenarnya, kau sakit.?"

"Aku hanya telat makan, makanya maag ku kambuh" elak Taeyong

Menerima obat dari Nayeon, Taeyong hanya tertegun melihat obat itu. Apakah dia harus meminum obat ini. karena dia tau dengan jelas apa yang terjadi padanya

"Minumlah Tae, itu hanya obat pereda sakit."

"Tentu, bisakah kau ambilkan aku handuk basah. Tubuhku sedikit lengket karena keringat"

"Tentu, tunggu sebentar"

Nayeon sedikit menjauh dari Taeyong. mengambil handuk kering di lemari dan membasahinya di wastafel. Sepeninggalan Nayeon, Taeyong membuang obat itu. Dia sama sekali tidak ingin memasukkan obat-obatan ke dalam tubuhnya. Itu akan perpengaruh pada pertumbuhan janinnya



"Maafkan aku ya, aku mengabaikanmu karena terlalu memikirkannya" batinnya. Tangannya mengelus perutnya yang masih rata





Rasa bersalah muncul di dalam pikirannya. Bagaimana jika dia tidak bisa tumbuh dengan baik karena Taeyong tidak memperhatikan dirinya. Bagaimana jika nanti Jaehyun membencinya. Tidak mau menerima kehadirannya. Bagaimana jika nanti Jaehyun mengelak dengan kehadiran janin ini.

Taeyong hanya bisa memejamkan matanya. Mengambil napas dalam-dalam, mencoba untuk tidak lemah dan rapuh dalam menjalani hidupnya. Dia harus tetap bertahan demi janin yang ada dalam kandungannya.

Ya, apapun yang terjadi dia akan tetap mempertahankannya. Dia tidak akan menyerah.



















Jaehyun berjalan tanpa arah, setelah meninggalkan Mingyu tadi dia hanya berputar-putar tidak tentu. Ingatannya kembali pada beberapa hari yang lalu. Saat dimana dia tidak sengaja menemukan testpack yang tergeletak di meja Taeyong.







"Hyung, aku ingin pergi ke rumah bibi Park, kau ingin ikut tidak?"

Jaehyun membuka pintu kamar Taeyong, mencari kakaknya di dalam kamar. Namun tidak ada siapa-siapa disini. Melangkah untuk masuk ke dalam kamar, Jaehyun mendengar suara air gemericik di dalam kamar mandi.

Mungkin itu Taeyong, jadi Jaehyun putuskan untuk menunggu di luar. Tapi saat ingin keluar, Jaehyun melihat sebuah benda yang asing baginya.

Mendekat ke meja Taeyong, mata Jaehyun membulat saat melihat benda apa itu. Ada dua garis tercetak jelas di benda itu. Jaehyun tidak bodoh, dengan segara dia mencari tau apa arti dari garis itu. Namun belum sempat membuka ponselnya untuk mencari tau, suara gemericik air di kamar mandi hilang,

Brother Complex (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang