SEASON- 23

1.5K 69 0
                                    

Biarkan keindahan, kebahagiaan dan juga keceriaan hari kemarin berlalu dengan tenang. Aku ingin tetap mengingat hari kemarin, jika itu selalu bersamamu. Membawa kebahagiaan, cinta dan juga kasih sayang diantara kau denganku.

Arina keluar dari kamar dengan senyuman cerah di wajahnya. Dibalut dengan sweater abu-abu dan kunciran rambut dia terlihat begitu berbeda dari sebelumnya.

"Selamat pagi mamaku yang paling cantik" ucap Arina sembari mencium Ellena.

"Selamat pagi juga kakakku yang paling ganteng" lanjut Arina.

Ellena dan Bian yang melihat gelagat aneh dari Arina, hanya bisa diam setengah melonggo. Entah jin pagi macam apa yang menyerbu Arina pagi ini.

"Lu kenapa?" tanya Bian.

Arina mengambil sepotong roti lalu menatap kakaknya, "Gue? Alhamdulilah masih sehat gini" ucapnya sambil mengedipkan mata.

"Duh anak mama, cantik banget sih pagi ini" ucap Ellena.

"Emang selama ini, Arin gak cantik maa?"

Ellena terkekeh, "Anak mama yang satu ini selalu cantik dong" ucapnya mencubit pipi putri bungsunya itu.

"Lu hari ini mau.."

"Eiiistt gak usah. Gue di jemput teman" ucap Arina memotong perkataan Bian.

"Siapa?"

Arina nyengir tertawa, "Terlalu kepo gak baik tau"

"Ala gue tau, pasti Danar kan?" tebak Bian.

Arina menatap Bian tajam. Dia seolah berusaha memberikan kode pada kakaknya untuk tidak berbicara tentang Danar di depan Ellena.

"Oh, Danar yang pendiam itu ya Bi?" sahut Ellena.

Bian tertawa, "Iya maa. Yang ganteng itu loh. Vokalis band"

"Dia pacar barunya adik kamu?" tanya Ellena kembali.

"Ih mama. Apaan sih? Orang cuma teman kok" ucap Arina.

"Sekarang sih masih teman maa, tapi Bian yakin mereka bakal jadian" goda Bian.

Arina melayangkan tatapan elang pada Bian, "Diem lu mesin rosokan"

Melihat ekspresi Arina yang terlihat merah marah, Bian semakin gemas dengan adik bungsunya itu. Dia mengacak-acak rambut adiknya dengan penuh kasih sayang, "Yailah gak apa kali. Danar juga baik kok anaknya" ucapnya sembari tersenyum.

"Maaf nya, ada temannya non Arina di depan" ucap Bi Uci yang tiba-tiba datang.

"Pasti Danar tuh" ucap Bian yang semakin menggencarkan tekadnya untuk menggoda adiknya.

Tanpa banyak bicara, Arina berdiri dan berlalu pergi dari sana. Telinga dan otaknya sudah hampir pecah karena suhu panas yang di berikan Bian pada dirinya.

"Hey, pagi Rin" sapa Danar melihat kedatangan Arina.

"Eh, iya pagi juga. Berangkat sekarang aja yuk" ajak Arina tergesa-gesa.

"Lu udah sara.."

"Eh Danar. Udah lama nunggunya?" ucap Ellena yang juga datang menghampiri dirinya.

Danar tersenyum ramah pada Ellena. Dengan sopan, dia menyalami Ellena, "Engga tan. Barusan sampai kok"

"Udah sarapan?" tanya Ellena ramah.

"Sudah tante"

"Oh gitu. Ya sudah, terima kasih ya sudah mau menjemput Arin"

Danar tersenyum, "Iya tante sama-sama"

"Iya udah maa, Arin berangkat dulu ya" ucap Arina yang kembali ingin segera pergi dari rumahnya sendiri.

"Loh Rin, lu gak pamitan ke gue?" ucap Bian yang mulai berjalan mendekati mereka.

Arina bersikap acuh. Dia menarik lengan Danar untuk segera pergi dari sana. Dia tau, Bian pasti akan menggodanya habis-habisan. Memang ya, punya kakak itu ada manisnya juga ada pahitnya.

***
Hembusan angin pagi menyambut hangatnya hubungan Arina dan Danar yang sedikit mulai terbuka. Pepohonan di sekeliling jalan juga berusaha memberikan asupan oksigen yang bagus untuk dua sejoli yang berusaha memadukan hati mereka.

Danar melajukan motornya seperti angin kencang. Menyerbak semua jalanan dengan mengoreskan kenangan disana, bersama Arina pagi ini.

Arina sendiri yang tidak terlalu terbiasa naik motor, tentu memeluk Danar begitu erat. Seolah-olah tidak ingin, pria satu ini pergi menjauh dari dirinya.

Baru sampai di gerbang sekolah, semua mata kembali tertuju pada Arina dan Danar. Hal seperti ini bukan pertama kalinya untuk Arina, sehingga dia bisa dengan mengondisikan dirinya dengan sekitarnya.

"Eh bentar jangan di lepas dulu helmnya" ucap Danar.

"Lu gimana sih? Gue gak mungkin kali masuk ke kelas sambil pake helm kek gini" gerutu Arina.

Danar tersenyum tipis sembari menarik hidung Arina, "Biar gue lepasin helmnya kecebong" ucap Danar berlalu melepaskan helm yang digunakan Arina.

Arina melonggo melihat tindakan pria satu itu. Tak terkecuali semua murid yang pagi itu terfokus pada mereka berdua.

"Makasih" ucap Arina berlalu pergi meninggalkan Danar. Dia tidak ingin terlalu lama menjadi pusat perhatian satu sekolah karena ulah konyol Danar.

"Lu gimana sih? Masa pangeran kodok ditinggalin?" ucap Danar yang berusaha mengejar Arina.

"Emang lu pangeran kodok?"

"Iya lah. Kan lu kecebong, ya udah gue kodoknya" ucap polos Danar.

"TERSERAH. BODO AMAT" ucap Arina yang mulai kesal dengan sikap Danar.

Danar terkekeh melihat kekesalan di wajah Arina. Entah kenapa dan sejak kapan dia suka menggoda Arina dan melihat raut wajah gemas seperti ini dari gadis di sampingnya itu.

"Oh jadi lu berdua udah taken?" ucap Kevin dan Gea yang sengaja berjalan di belakang Arina dan Danar.

Arina membalikkan badannya, "Apaan sih? Gue gak mau kali pacaran sama kembarannya pinguin ini"

"Gue juga. Ngapain coba pacaran sama ratu kecebong ini? Dih ogah banget" balas Danar.

Kevin dan Gea tertawa lepas melihat tingkah laku aneh kedua sahabatnya itu.

"Udah ketangkap basah berangkat sekolah berdua, masih saja gak ada yang mau ngakui perasaan sendiri. Emang dasar, orang dingin juga tetap dingin kali ya" ucap Gea.

"Emang mungkin mereka berdua tuh jodoh gitu" ucap Kevin.

"DIH OGAHHH" kompak Danar dan Arina.

"Tuh kan kompak. Udah lah, buruan taken sekarang. Nanti traktirin gue sama yang lainnya" goda Gea.

Telinga Arina mulai memanas kembali. Dia memilih pergi dari sana daripada harus terus menerus mendengarkan ejekan receh dari Kevin dan Gea yang selalu saja membuat dirinya salah tingkah di hadapan Danar.

"Yah, kabur. Arin tungguin gue" teriak Gea sembari berlari menyusul Arina.

"Jadi, gimana Nar?" tanya Kevin menyelidik.

"Apanya?"

"Misi lu"

"Brisik terong" sinis Danar yang juga berlalu pergi meninggalkan Kevin.

"Yah, aa epin di tinggal sendiri" gumam Kevin yang juga berlari mengejar Danar.

DINGIN [COMPLETED] ✓Where stories live. Discover now