19

232 45 21
                                    

Hoseok mengobrak-abrik lembaran kasus yang terjadi beberapa tahun silam demi memecahkan rasa penasarannya sejak kemarin.

Matanya meneliti setiap kalimat yang tertera pada lembaran kertas tersebut.Baik itu dalam bentuk laporan maupun koran-koran lama yang berisi tentang kriminalitas.

"Ini dia! Kasus keluarga Kim," serunya antusias kala menemukan apa yang ia cari sejak tadi.

Kasus pembunuhan yang dilakukan seorang anak pada ayahnya.

Pria itu membaca kasus tersebut dengan seksama tak membiarkan satu katapun terlewat begitu saja. Hingga ia tahu satu hal bahwa instingnya tidak pernah salah.














🍁🍁🍁





Senyum Hyerin tidak pernah pudar sejak ia tersadar tadi. Ia tidak pernah membayangkan kalau Jiminnya akan kembali seperti dulu.

Tatapan khawatir pria itu, perhatian dari pria itu. Sudah lama sekali ia tak melihatnya.

"Berhenti menatapku seperti itu," cetus Jimin dingin sambil mengupas apel untuk Hyerin.

Tapi yang ditegur malah semakin menarik senyumnya masih dengan menatap pria itu.

"Kenapa? Apa mataku mengeluarkan laser sehingga kau merasa panas?" canda Hyerin.

"Aku risih," ketus Jimin yang membuat Hyerin cemberut.

"Sudah lama sekali aku tidak melihatmu seperti ini. Memangnya kenapa kalau aku menatapmu? Toh ketampananmu tidak akan luntur," ujar Hyerin berniat memecah suasana namun Jimin tidak menanggapi wanita itu.

"Ini, makanlah." Pria itu menyodorkan semangkuk apel yang telah ia potong.

"Kau tidak mau menyuapiku?" tanya Hyerin yang dibalas tatapan dingin suaminya.

"Hanya kepalamu yang terluka, tanganmu baik-baik saja."

Hyerin kembali merengut, ditundukannya wajahnya dalam-dalam sehingga tertutupi oleh rambut sebahunya.

"Tapi kan tanganku terasa kaku," gumamnya pelan.

Jimin mendesah pelan, ia lupa bahwa wanita ini akan sangat manja jika sedang sakit.

Ia mengambil sepotong buah apel dengan garpu dan menyodorkannya di depan Hyerin.

"Makan," ucapnya, Hyerin kembali mendongakkan kepalanya dan memakan buah apel tersebut.

Senyumnya kembali terukir, benar-benar seperti anak kecil yang berhasil mendapat sesuatu yang ia inginkan.

"Kau tidak makan?"

Jimin menggelengkan kepalanya menanggapi Hyerin.

"Kenapa?"

"Tidak ingin," jawabnya singkat.

"Tumben.. dulu kau sangat suka dengan apel," kata Hyerin sembari mengenang masa lalu.

"Dulu, sekarang tidak."

Hyerin tersenyum pahit,
"Banyak yang sudah berubah ya darimu," kata Hyerin menatap sendu pria dihadapannya.

FatiguéWhere stories live. Discover now