17

211 47 13
                                    

Hyerin pamit setelah menghabiskan makan malamnya. Ia menyalakan mesin mobilnya sambil bersenandung .

Tak ada rasa curiga ketika ia melajukan mobilnya hingga ia kehilangan kendali ketika ia hendak mengerem mobilnya. Remnya blong.

"Oh astaga apa yang terjadi?" gumamnya panik.

Seberusaha mungkin ia menghindari kendaraan lain yang ada dihadapannya. Orang lain mungkin sudah mengumpat karena dirinya yang menyetir ugal-ugalan.

Dengan rasa panik yang begitu besar ia meraih ponselnya masih sambil menyetir mobilnya.

Ia mencoba menghubungi Jimin namun pria itu sama sekali tidak mengangkat sambungannya.

"Jimin ku mohon setidaknya kali ini angkat sambungannya!" ujar Hyerin dengan air mata yang sudah mengalir deras.

Sungguh ia merasa sangat ketakutan.

Kemudian nama Jungkook terlintas di kepalanya. Tanpa pikir panjang ia langsung menghubungi Jungkook. Tidak seperti Jimin, pria itu bahkan langsung mengangkat sambungannya.

Jungkook terdengar mengatakan sesuatu tapi Hyerin dengan cepat memotong perkataan pria itu dengan jeritannya

"Jungkook tolong aku!"

"Apa yang terjadi padamu Rin?" tanya Jungkook panik, bahkan kedua pria lainnya terdengar sama paniknya.

Hyerin menangis semakin keras,
"A-aku tidak bisa mengendalikan mobilku. Remnya blong hiks."

"Astaga bagaimana mungkin?" pekik Hoseok.

"Tenangkan dirimu Rin. Kau dimana sekarang?"

"Aku.. aku-" Hyerin menoleh ke kanan dan ke kiri melihat jalanan sepi pun gelap yang dilaluinya.

Otaknya bahkan tidak bisa bekerja dengan baik saking paniknya. Ia tidak tau sedang berada dimana saat ini yang jelas setelah melewati jalan besar tadi ia memasuki sebuah gang yang terlihat sepi.

"Hiks Jungkook.. Aku bahkan tidak tahu aku dimana. Apa yang harus aku lakukan?" isak Hyerin di seberang telepon.

"Hyerin tenangkan dirimu oke kau akan baik-baik saja, berusahalah untuk mengemudikan mobilmu dengan baik. Jangan matikan sambungannya kami akan melacak keberadaanmu, kau jangan panik." kali ini suara Yoongi yang menginteruksi wanita itu.

Hyerin mengatur nafasnya yang tersengal karena menangis. Diusapnya air mata yang membuat pandangannya mengabur dan menetralkan emosinya.

Berusaha mempercayai perkataan Yoongi bahwa semua akan baik-baik saja meskipun rasa takut itu masih jauh lebih besar.

Tiba-tiba saja ia teringat pada semua orang yang ia sayangi. Ibu, ayah, Jimin.

"Kenapa kau harus takut Rin? Memang apa masalahnya jika kau berakhir hari ini?"

Wanita itu tertawa hambar mengingat bagaimana menyedihkannya hidupnya selama ini.

"Bahkan jika kau tiada tidak akan ada yang peduli. Lalu apa masalahnya? Hidup atau mati toh tidak ada bedanya. Bukankah kau merasa mati setiap hari?"

Bisikan-bisikan itu muncul mengusik pendengarannya pun mengusik hatinya.

"Jadi apa aku harus berakhir seperti ini?" gumamnya pelan.

Tiba-tiba sinar lampu dari kendaraan lain dihadapannya menyilaukan matanya. Jalanan disana cukup sempit sehingga wanita itu membanting setirnya ke arah lain.

Kutukan. Hyerin semakin yakin bahwa hidupnya memang sebuah kutukan. Hidup menyedihkan mati pun dengan cara yang mengenaskan.








FatiguéWhere stories live. Discover now