💞WAKTU BERSAMA💞

2.2K 88 175
                                    

Langit gelap yang bertaburan bintang membuat malam itu menjadi sangat indah. Desahan angin yang menggugurkan daun-daunnya menambah kesyahduan.

Malam itu, Ken mengadakan makan malam bersama di taman belakang rumahnya. Libur akhir semester telah tiba. Ia sudah menjadi kelas sebelas.

Army dan Santi pulang ke Indonesia untuk liburan. Kemarin mereka baru saja melangsungkan pertunangan di rumah Santi. Mereka akan menikah setelah wisuda. Tepatnya tiga tahun lagi. Itu tak masalah. Yang penting mereka sudah terikat.

Ken mengundang Gladis, Santi Leno, Firdan, Chaca, dan Yogi untuk makan malam bersama. Semua hidangan telah tersaji di meja makan. Namun mereka belum memulai acara makan malam karena masih menunggu Firdan yang belum datang.

Yogi terlihat sangat galau. Bagaimana tidak? Hanya dirinya yang tidak memiliki pasangan.
Di sisi kanannya terlihat Ken dan Gladis yang terlihat asyik mengobrol seakan dunia milik mereka saja. Di sisi kiri Yogi ada Army dan Santi yang saling berangkulan. Huh, Yogi muak melihatnya. Terakhir, ada Leno dan Chaca yang duduk di hadapan Yogi. Mereka masih pedekate dan terlihat malu-malu satu sama lain. Yogi sangat geram.

Ingin rasanya ia terjun ke dalam jurang dan meratapi nasibnya di sana. Mengapa sampai saat ini dirinya masih jomblo? Entahlah.

"Terus aja mesra-mesraan di depan gue. Jadi obat nyamuk dan di kacangin itu nggak enak. Tau gini gue nggak dateng," cerocos Yogi mulai jenggah.

"Makanya Kak Yogi cari pacar biar nggak jadi obat nyamuk terus." Ken tersenyum tipis.

"Apaan sih, Ken? Jangan sok nasehatin gue," sahut Yogi ketus.

"Jangan ngambek dong, Gi. Jelek tau," goda Army sok polos.

"Iya, Gi. Ngambekan lo. Kayak anak kecil aja," sahut Santi.

"Biarin." Yogi melengos. "Kalian ... Ja-hat!!"sambungnya sok dramatis.

"Mulai deh si raja drama," ucap Ken datar.

Sandi datang menghampiri mereka. Ia mengerutkan dahi saat melihat Yogi yang cemberut.

"Kamu kenapa, Gi?" tanya Sandi.

"Ini loh Om, anak-anak dan keponakan om sibuk pacaran. Saya cuma dikacangin," adu Yogi.

Semua menatap Yogi dengan tatapan tajam. Yogi membalasnya dengan senyum kemenangan.

"Ya ampun anak-anak jangan gitu. Kasian Yogi," nasihat Sandi menatap mereka semua.

"Hehehe ... Maaf, Om," kata Santi nyengir.

"Caper nih di depan calon mertua," sindir Yogi.

"Biarin aja," sahut Santi sangat ketus.

Santi dan Yogi memang tak pernah akur. Ada-ada saja yang mereka perdebatkan. Berbeda dengan Army yang sangat akur dengan Yogi.

"Ngomong-ngomong kamu masih jomblo, Gi?" tanya Sandi memecah kesunyian.

"Iya nih, Om," kata Yogi lesu.

"Hari gini masih jomblo? Ken aja udah punya pacar masak kamu kalah." Sandi menatap Yogi dengan prihatin.

"HAHAHA" Semua orang di tempat itu meledakkan tawa seketika.

Muka Yogi memerah. Ia mengira bahwa Sandi akan membelanya. Tapi ternyata Sandi justru meledeknya.

"Om Sandi ... saya marah sama Om." Yogi memanyunkan bibirnya.

"Asalamualaikum ...," sapa seorang pria berbadan cungkring dan berkulit gelap. Ia adalah Firdan.

"Walaikumsalam.''

"Nah, kakak sama Firdan aja." Leno menatap Yogi yang masih cemberut.

"Ada apa? Kok kayaknya pada seneng gitu?" tanya Firdan Penasaran.

"Si Ken abis sunatan," jawab Yogi asal . Ken melototkan mata ke arah Yogi. Yogi terlihat tak peduli. Ken sangat kesal. Sudah tau Firdan telmi masih saja Yogi mengarang cerita.

"Ya ampuun ... jadi selama ini lo belum disunat, Ken?" tanya Firdan dengan ekspresi terkejut.

Nah, benar kan kata Ken. Firdan menanggapi perkataan Yogi serius. Ken sangat geram.

"Jangan percaya, Fir. Hoax itu," sahut Ken.

"Dengerin ya, Firdan. Lo diundang ke sini karena Ken baru disunat. Masak lo temennya nggak tau." Yogi mempengaruhi Firdan.

"Jangan dengerin. Ayok sini kita mulai makan," ajak Ken.

"Duh ... aku bingung. Masak Ken belum disunat. Yang bener yang mana ini?" gerutu Firdan bingung.

"Sudah Firdan. Tak usah di pikirkan. Mari kita mulai makan malamnya. Dan Yogi kamu jangan marah om cuma bercanda," jelas Sandi.

Acara makan makam dimulai. Tentu saja dengan canda tawa yang mengiringinya. Firdan terlihat masih kebingungan. Ken sangat kesal. Ia akan menyuruh Yogi menjelaskan semuanya.

******

Acara makan malam sudah selesai. Semua sudah pulang ke rumah masing-masing. Kecuali Gladis. Ia dan Ken masih di taman menyaksikan indahnya bintang. Ken dan Gladis berdiri berdampingan.

"Bintangnya indah banget ya, Dis. Kaya ....."

"Jangan bilang kalo kaya aku," potong Gladis sebelum Ken menyelesaikan kalimatnya.

"Tau aja ... tepatnya sih lebih cantikan kamu daripada bintangnya."

"Halah gombal," kata Gladis.

"Lo kan tau gue ikut kelas nge gombal. Jadi ahli gombal." Ken nyengir.

"I love you, Ken," lirih Gladis sangat pelan. Namun Ken masih bisa mendengarnya .

"Apa? Apa? Gue nggak denger." Ken mendekatkan telinganya.

"Apa? Gue nggak bilang apa-apa tuh," elak Gladis dengan wajah memerah.

"Gue tadi denger lo ngomong sesuatu. Tapi nggak jelas. Ulangi dong," pinta Ken memelas

Gladis berusaha menguasai irama detak jantungnya. Dengan ragu ia menatap mata Ken. Ia semakin gugup saja.

"I love you, Ken," ucap Gladis dengan mata terpejam. Jujur ia sangat gugup dan rasanya ingin pingsan.

"Makasih, Sayang." Ken mengelus pipi Gladis lalu menarik gadis itu ke dalam dekapnnya. Gladis bertambah gugup. Mungkin saja Ken bisa mendengar detak jantungnya.

"Aku memang bukan cowok yang sempurna, Dis. Tapi aku akan berusaha jadi cowok yang baik. Makasih karena kamu masih tetap bertahan di saat nggak ada satupun orang yang mempercayaiku. Aku nggak akan berjanji untuk apapun. Karena aku takut tak bisa menepatinya. Tapi aku akan berusaha ... aku akan berusaha untuk membahagiakanmu dan tidak akan melukai hatimu. Aku sayang kamu, Gladisa," bisik Ken di telinga Gladis

Gladis mempererat pelukannya pada Ken. Tanpa disadari bulir airmata membasahi pipinya. Ia tersentuh mendengar setiap kalimat yang terlontar dari bibir Ken.

Sang angin mendesah lembut. Sang bintang seolah tersenyum menatap dua insan yang saling mencintai. Gladis dan Ken. Kisah mereka akan selalu terukir indah di hati para pecintanya.

                Selesai

Hai semuaa... akhirnya kisah ini tamat juga... makasih yang udah mau baca. Aku seneng banget... semoga di penghujung tahun ini kita menjadi lebih baik.

Oh ya besok tahun baru. Selamat tahun baru. Aku mau minta maap sama kalian semua.. semoga di tahun yang akan datang kita menjadi lebih baik.

Aku minta maap kalo ada yang kecewa sama endingnya.. tapi inilah hasil akhir dari pemikiranku. Terima kasih semuanya... aku sayang kalian. Maap kalo feelnya nggak dapet. See you...

Gladis dan Ken pamit
Sampai jumpa di lain kesempatan. Love you. Semoga bermanfaat.

Senin, 31 Desember 2018

Windiesti

Mencintai Tanpa dicintai [SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now