💞 MENCOBA MELUPAKAN UNTUK MENERIMA💞

1.5K 92 66
                                    

Sang raja siang yang tepat berada di atas kepala terasa menyengat kulit. Siang itu Ken dan Gladis menjenguk Papa Ken di penjara. Gladis pulang lebih pagi karena ada rapat guru. Ken masih diskors.

Gladis sudah bisa beradaptasi berada di tengah-tengah keluarga Ken

"Kamu diskors berapa hari, Ken?" tanya Sandi di tengah perbincangan mereka.

"Lima hari, Pa." Ken menundukkan kepala. Ada gurat penyesalan di mata pria itu.

"Jangan ulangi lagi ya, Ken. Nggak usah dengerin apa kata orang. Biarkan saja." Sandi menepuk pundak putra bungsunya itu.

"I ... iya Pa. Maafin Ken." Ken masih tertunduk.

"Sudah, jangan sedih. Gimana keadaan Mama?"

"Alhamdullilah, Pa. Keadaan Mama sudah membaik. Banyak kemajuan," ungkap Ken dengan muka berseri.

"Alhamdulillah, Army udah dapet beasiswa belum?"

"Belum, Pa. Susah katanya cari beasiswa di Eropa."

"Memangnya dia mau ambil Fakultas apa?"

"Kedokteran, Pa."

"Memang dia tidak mau kuliah di indonesia saja? Fakultas kedokteran di indonesia cukup bagus."

"Katanya S2 dia kuliah di indonesia. Sekarang dia mau nyoba di luar negeri."

Tatapan Sandi beralih pada gadis yang duduk di sebelah Ken, ialah Gladis yang sedari tadi menyimak.

"Kalo Gladis rencananya mau ambil Fakultas apa?"
tanya Sandi.

"Belum tau Om, masih bingung." Gladis terkekeh.

    ******

Sang fajar mulai mengintip di ufuk timur sana. Cahaya kuningnya menyiratkan keceriaan.

Gladis berangkat lebih pagi. Ia piket hari itu. Gadis itu memasuki kelasnya yang belum berpenghuni.

Gladis memasuki kelas dan mengambil sapu. Ia mulai menyapu ruang kelasnya. Ia memang sangat rajin dalam berbagai hal. Semua sudut kelas ia sapu dengan telaten.

"Dis, lo udah berangkat?" tanya Chaca memasuki kelas.

"Iya nih ... gue piket." Gladis meletakkan sapu. Ia sudah selesai menyapu.

"Ke kantin yuk. Gue laper belum sarapan," ajak Gladis.

Kantin masih sepi. Waktu masih menunjukkan pukul setengah tujuh. Seperti biasa Gladis dan Chaca memesan bakso istimewa favorit mereka.

"Gue udah tau soal keluarga Ken, Cha," ungkap Gladis tiba tiba.

Uhukuhukkk

Chaca yang mengunyah bakso tersedak mendengar penuturan Gladis. Gadis itu langsung meraih air mineral dan meneguknya.

"Lo ud ... udah tau semuanya, Dis?" tanya Chaca terhenyak.

"Mungkin ...."

"Lo udah ketemu Pakdhe Sandi?" Chaca penasaran sekali.

"Udah dua kali gue jenguk Om Sandi."

"Maaf ya, Dis, gue nggak ngasih tau latar belakang keluarga Ken." Chaca merasa sangat bersalah pada sahabatnya itu.

"Nggak pa-pa, Cha. Gue ngerti. Tapi gue seneng karena udah tau semua soal Ken dan Kak Army. Gue juga tau titik kebaikan Ken." Gladis nenyunggingkan senyumnya.

"Harus gue akui kalo Ken memang sangat menyayangi orang tuanya. Siapa yang berani ngejek mereka habis di tangan Ken," aku Chaca.

"Emang bener kalo Kak Army udah hampir tiga tahun nggak jenguk Papanya?" tanya Gladis memastikan.

Mencintai Tanpa dicintai [SEGERA TERBIT]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora